-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-
Alfi baru saja selesai berganti pakaian, ia sudah mengenakan gamis berwarna pink bermotif bunga lengkap dengan hijab instan senada. Gadis itu hendak keluar dari kamar mandi yang berada di dalam kamarnya. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang. Tidak ada, Alfi bergegas keluar.Ia sedikit berjinjit agar tidak menimbulkan suara, jujur saja ia seperti lari dari buronan penjahat. Ah ayolah, Alfi masih malu satu kamar dengan Raihan. Satu kamar dengan kakaknya saja malu, apalagi dengan Raihan.
"Kamu ngapain?"
Mampus!
Alfi membalikkan tubuhnya, ia menyengir kuda. "Nggak kok, hehe."
"Aneh!" Raihan menjauhi Alfi, laki-laki itu mencari baju dalam kopernya.
Tiba-tiba Alfi datang sambil membawa beberapa lipatan baju. "Aku udah beresin tadi, mau pakai yang mana? Yang biru atau yang coklat? Tapi kayaknya yang merah juga bagus. Eh yang putih aja deh."
"Saya mau yang ...." Raihan menghentikan ucapannya membuat Alfi menatap netra laki-laki itu lekat.
"Yang mana?"
"Sa ... Yang kamu."
Cup!
Satu kecupan manis mendarat di kening Alfi, gadis itu mematung dengan jantung yang terus berdetak cepat. Di sisi lain, Raihan sudah tersenyum menang. Sekarang Raihan tau bagaimana caranya membuat mulut Alfi berhenti mengoceh.
"A-apa sih, gak lucu tau!"
Raihan tertawa. "Kan saya emang nggak ngelawak."
"Tapi kam---"
"Udah deh, Fi. Saya mau mandi, nanti lagi debatnya." Raihan bergegas masuk ke dalam kamar mandi, meninggalkan Alfi yang masih salting di tempat.
"Dasar, suami siapa sih?"
-o0o-
Raihan dan Alfi berjalan beriringan menuju ruang tamu, pengantin baru itu disambut sorakan dari beberapa anggota keluarga, terutama Farhan.
"Istri baru Alhamdulillah," ucap Farhan, Khanza dan Kanaya bersamaan.
"Kalian ini, ya. Suka banget bully Alfi!"
Kanaya mendekati Alfi lalu memeluk adiknya itu. "Gak apa-apa, dulu mbak juga gitu kok, apalah suami mbak es balok," bisik Kanaya sambil terkekeh pelan.
"Nay!"
Kanaya mendelik, ia lupa suaminya itu seperti cenayang. "Iya mas, enggak kok."
Kanaya menjauh, ikut duduk di samping suaminya. Sedangkan pasangan pengantin itu masih saja diam sambil berdiri.
"Dok."
"Hm?"
"Kita mau berdiri terus?"
"Kamu maunya gimana?"
"Ya duduk."
Raihan menarik tangan Alfi untuk duduk berhadapan dengan Khanza dan Haris.
Alfi memutar bola matanya jengah, Raihan ini selalu mengambil tindakan tanpa berdiskusi terlebih dahulu.
"Kalian jadi pindah besok pagi?" Tanya Khanza memulai pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Kampret ✓
Teen Fiction[Ar-Rasyid Family2] Dunia Alfi harus jungkir balik ketika tanpa sengaja dirinya mengenal sosok Raihan Alfarisi, dokter ahli bedah yang memporak-porandakan hatinya. Tidak, Alfi tidak terpesona dengan laki-laki itu, hanya saja hatinya yang kadang tida...