9. Gara-gara Cendol

2.1K 160 4
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Waktu terus bergulir, meninggalkan berbagai kenangan yang tidak akan pernah dilupakan. Kenangan manis juga pahit bercampur menjadi satu, selalu hadir seiring berjalannya waktu.

Iya, kenangan indah bersama kakaknya terus saja terngiang di kepala Alfi. Gadis itu begitu kalut ketika mendengar kabar duka yang mengakibatkan kakaknya harus terbaring lemah di rumah sakit. Ada banyak opsi yang mengatakan itu bukan kecelakaan. Alfi yakin itu.

Satu Minggu setelah kecelakaan terjadi, pihak kepolisian menemukan beberapa paku yang tersebar di beberapa titik. Anehnya, setiap polisi menemukan paku-paku yang berserakan, pasti lokasinya tidak jauh dari rest area.

Bukan hanya itu, polisi juga menemukan satu mobil dengan keadaan rem blong juga satu kotak paku. Mobil itulah yang mengawali kecelakaan beruntun, hingga menyebabkan dua orang meninggal dunia.

Namun sayangnya, pengemudi mobil itu tewas di lokasi. Membuat polisi tidak bisa meminta keterangan. Hingga akhirnya, polisi mengatakan peristiwa itu murni kecelakaan. Karena polisi juga menemukan satu botol minuman keras yang berada di dalam mobil itu.

Sejauh ini, Alfi masih tidak percaya. Alfi ingin menuntut keadilan atas apa yang terjadi pada kakaknya. Sudah beberapa kali Alfi mengajukan ketidak puasan atas penyelidikan polisi yang kurang tegas menurutnya. Namun polisi menolak mentah-mentah kasus itu, seakan tidak peduli. Dengan mudahnya polisi mengatakan untuk mengikhlaskan saja. Tapi tidak semudah itu, kini kakaknya harus terbaring di rumah sakit dengan keadaan koma. Terlebih kakak iparnya yang terus menangis hingga keadaannya drop.

Alfi memijit pelipisnya, terlalu banyak yang Alfi pikirkan. Salah satunya tentang peristiwa kemarin. Saat dengan seenak jidat, dua laki-laki bertubuh besar dengan berbagai tatto di tubuhnya membawa Alfi ke lorong belakang kampus. Hingga pada akhirnya, Farhan membantunya untuk pergi dari sana.

Kenapa semua begitu rumit, seolah semua sudah dipersiapkan matang-matang dari jauh hari. Oke, Alfi harus pergi menemui Citra!

Gadis itu bangkit, sebelum meninggalkan ruang rawat sang kakak. Dia mencium kening kakaknya penuh sayang. Dengan harapan, saat dia kembali, kakaknya akan sadar dari koma.

"Alfi mau ketemu temen dulu ya, Mas." Alfi meraih tas cangklongnya dan kunci motornya.

Setelah menutup pintu, Alfi disambut dengan kehadiran sosok yang tidak asing baginya.

"Bagaimana keadaan kamu?"

Alfi tersenyum. "jauh lebih baik."

"Syukurlah, saya mau periksa kakak kamu dulu. Boleh saya masuk?" Tanyanya diakhiri senyum.

"Oh, silahkan Dok. Kalau begitu, saya permisi dulu." Alfi membalikkan badannya berniat meninggalkan rumah sakit, namun suara dokter itu membuat Alfi menghentikan langkahnya.

"Nanti bisa bicara sebentar?"

"Maaf, dokter Farhan. Alfi ada acara sama temen," jawab Alfi tidak enak.

Farhan mengangguk pelan. "Okey, mungkin lain kali."

Alfi tersenyum hingga matanya menyipit. Senyum itu mampu menyihir Farhan, detak jantung laki-laki itu berdetak lebih cepat bersamaan dengan senyuman Alfi.

Dokter Kampret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang