10. Tertampar oleh realita

2K 157 26
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N
-o0o-

Suara lonceng yang ada di pintu sebuah cafe, membuat seluruh pengunjung menoleh. Tidak butuh waktu lama, hanya dalam hitungan detik, semua kembali melanjutkan aktivitasnya.

Cowok dengan kemeja putih garis-garis dan celana bahan hitam panjang memasuki sebuah cafe yang berada di pusat kota Semarang, tatapan tajamnya membuat beberapa cewek dengan seragam putih abu Jingkrak-jingkrak tidak jelas. Cowok tampan itu hanya menoleh sekilas sebelum melanjutkan langkahnya menuju satu meja di belakang sana.

"Mantap, banyak juga yang suka sama Lo. Kenapa gak gue aja ya yang disambut hangat kayak gitu?" Pekik seorang yang masih setia menatap kerumunan cewek di meja sebelah.

"Mana mau cewek sama Lo." Laki-laki yang tadinya hanya mendengar kini mulai bicara. Dia duduk di hadapan cowok berkaus hitam polos itu.

"Rai, Lo sebagai makhluk Tuhan yang tampan harus bersyukur. Harusnya Lo sapa tuh cewek-cewek di sana. Kasih nomor Lo kek, duduk bareng kek, atau setidaknya senyum dikit gitu. Wajah ditekuk kek surat dari mantan aja."

Raihan berdecak malas. "Gue bukan Lo yang ada cewek cantik langsung main kasih nomor hp. Gue bukan playboy yang dengan mudah godain semua cewek."

"Ck! Lo itu terlalu kalem, bro! Pantes aja jomlo sampe karatan. Lihat tuh wajah, kurang belaian!"

"Setidaknya gue masih punya harga diri dengan gak rusak perempuan, karena hanya laki-laki brengsek yang berani ambil mahkota perempuan dan pergi tanpa mau tanggung jawab," jawab Raihan santai. Kata-kata Raihan barusan, berhasil membuat orang di depannya kicep tidak mampu mengatakan apapun.

"Oke, gue salah. Lupain semua, sekarang ada apa Lo mau ketemuan sama gue."

Raihan menghela napas panjang. "Gue mau pindah tugas dinas, Bay."

Laki-laki yang sedang meneguk kopi itu membelalakkan matanya. "Hah?!"

"Gue mau pindah ke Rumah sakit di Jakarta pusat. Gue sebenernya gak bisa buat ninggalin Umma, tapi sekarang ada Kak Farhan yang siap buat jaga Umma. Gue udah tanda tangan surat pemindahan dinas tadi," tutur Raihan pelan. Tangannya tidak berhenti mengaduk kopi panas di depannya. Pikirannya kacau, akan sulit meninggalkan Semarang. Terlebih saat mengetahui keadaan Ummanya yang sedikit memburuk beberapa hari belakangan.

"Pindah Mulu Lo, kayak hati gue. Gak bisa dong, kita nongkrong lagi." Laki-laki yang diketahui bernama Bayu ini merengut sebal. Bukan hanya karena kepergian sahabatnya, tapi juga karena khawatir akan kesehatan ibu sahabatnya.

Bayu mengangkat kedua alisnya, dia meletakkan kedua tangannya di atas meja dan menautkan jari-jari laki-laki itu.

"Lo ada masalah apa sampe mau pindah? Gak ada ceritanya Dokter Raihan Alfarisi pindah tanpa alasan. Setau gue, beberapa tawaran dinas semuanya Lo tolak, tapi kenapa ini Lo terima?"

Raihan mengusap wajahnya frustasi. Bayu memang tipe orang yang sangat peka terhadap keadaan, juga peka terhadap kehidupan Dokter bedah ini. Bukan tanpa alasan Raihan menjadikan Bayu sebagai sahabat, walupun Bayu seorang playboy kelas kakap, tapi Bayu memiliki sisi dewasa yang melebihi kedewasaan Raihan.

Raihan bertemu dengan Bayu saat kegiatan ospek di kampus. Bayu juga mengambil studi kedokteran sama dengan Raihan. Awalnya Raihan merasa risih saat Bayu terus mendekatinya, hingga pernah satu hari Raihan terang-terangan meminta Bayu pergi. Tapi Bayu sama sekali tidak pergi, hingga perlahan hati Raihan luluh dan mampu menerima Bayu sebagai sahabatnya.

Dokter Kampret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang