37. Sepenggal kisah yang hilang

1.4K 147 15
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Raihan membuka pintu kamar yang sudah satu tahun ini tidak berpenghuni, semua masih sama. Barang-barangnya, foto-fotonya dan piala-pialanya masih tertata rapi. Ia meletakkan kopernya di depan lemari. Lalu ia memilih duduk di sofa hitam yang ada di kamarnya.

Badannya terasa remuk, sendi-sendinya terasa nyeri, badannya pegal setelah seharian membantu acara resepsi kakaknya. Kakinya juga bengkak akibat keseleo tadi, namun itu tak menjadi masalah. Karena, yang terus ada dalam pikirannya adalah Alfi.

Setiap bangun tidur, Raihan selalu bermimpi aneh. Ia bermimpi seolah memiliki hubungan spesial dengan gadis itu. Selama satu tahun ini, ia sering mendapat mimpi yang sama. Mimpi yang seolah nyata, peristiwa-peristiwa yang sama persis seperti yang diceritakan Khanza. Seperti ... Sepenggal masa lalu yang hilang.

Saat kontrol pun, dokter sering mengatakan bahwa ingatannya sudah sedikit demi sedikit kembali. Namun setiap Raihan ingin mengingat semua lebih lanjut, kepalanya terasa sakit. Itu sebabnya ia memilih diam dan membiarkan semua berjalan sesuai skenario Tuhan. Dan kini, ingatannya perlahan kembali, walau hanya sekian persen namun ia sudah memiliki gambaran bagaimana dirinya di masa lalu. Dirinya yang sering dibedakan oleh keluarganya, dirinya yang selalu diremehkan dan dirinya yang tidak sengaja bertemu dengan gadis cerewet bernama Alfi.

Pelan-pelan, Raihan sadar kesalahannya. Ia sadar sudah melukai hati gadis itu terlalu dalam. Seharusnya ia tidak meninggalkan Semarang, harusnya ia berada di sini dan memulai semua dari awal. Namun egonya memaksa pergi, meninggalkan masa lalu seolah semua hanya sampah. Penyesalan selalu datang di belakang, Raihan mengakui itu.

Setalah mengetahui fakta bahwa Alfi sudah memiliki lelaki baru, rasa bersalah, menyesal, marah, sedih bercampur menjadi satu. Demi Allah, Raihan tidak rela miliknya dipandang orang lain. Ia tidak ikhlas Alfi bersama laki-laki lain. Namun, sekali lagi kenyataan seolah menamparnya. Alfi sudah berubah, bukan lagi Alfi yang dulu. Alfi kini sudah melangkah maju, meninggalkan kepingan masa lalu yang memilukan hati. Ia juga sadar, Alfi pasti lelah dengan semua drama ini. Drama amnesia berkepanjangan menjadi salah satu alasan Alfi untuk mengangkat tangan. Dilupakan orang terkasih ternyata sangat menyakitkan. Raihan tersenyum.

Laki-laki itu memilih bangkit untuk melaksanakan shalat Isya, mendekatkan diri kepada Allah dan menyerahkan semua yang terbaik kepada-Nya. Karena alur hidup semua mahkluk di dunia sudah diatur oleh pengarang skenario paling handal.

-o0o-

"Dokter Kampret, gue gak mau makan coklat ini. Jijik!"

Lelaki itu terkekeh kecil, ia menggelengkan kepalanya melihat tingkah aneh gadis di hadapannya.

"Terserah Lo aja, gue mau pulang."

"Dasar jadi laki kok gak peka! Pergi aja sono yang jauh. Mati aja sekalian!"

Ia menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menatap tajam gadis yang tengah merengut sambil melihat coklat yang sudah tak berdaya di lantai.

"Lo mau gue mati, terus lo gak punya suami?"

Gadis itu melotot. "Heh, gue gak mau jadi perawan tua ya! Kalau Lo mati gue cari yang baru. Cari yang tajir, dompet tebel, transferan jalan, maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan?"

Dokter Kampret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang