-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-Suasana lorong Rumah Sakit Cempaka indah terasa sepi. Ini bahkan masih terbilang cukup pagi untuk keluar walaupun hanya sekadar berjalan-jalan. Udara masih sangat dingin, matahari saja belum memperlihatkan sinarnya.
Suara derap langkah memenuhi se isi lorong utama, jama'ah shalat subuh baru saja berhamburan meninggalkan musholla. Beberapa orang kembali ke kamar inap sanak saudaranya dan sebagian pergi keluar mencari sarapan. Susana seperti ini memang hal yang lumrah di setiap Rumah Sakit Indonesia. Tak jarang musholla akan sangat ramai jika para pembesuk melaksanakan ibadah shalat.
Dengan rambut yang masih basah, baju yang digulung di bawah siku dan sarung yang dikenakan, ia berjalan santai menuju salah satu ruangan rawat inap kelas satu. Kamar itu berada di ruang Kamboja dengan nomor 602. Kamar paling ujung itu menjadi tempat pemberhentian langkahnya. Ia membuka handle pintu pelan, supaya tidak mengganggu tidur orang yang ada di dalam sana. Pintu terbuka setengah, ia menyondongkan kepalanya berusaha melirik apakah dia masih tidur. Iya, orang yang berbaring di brankar masih terlelap dengan deru napas teratur. Ia mendekati kasur, menatap lamat-lamat wajah orang yang tertidur di sana.
Karena tidak ingin terlalu lama menumpuk dosa, ia memilih menepuk bahu orang yang sedari tadi tertidur dengan posisi duduk.
"Engh." Orang itu mengerjapkan matanya merasa terganggu dengan tangan yang terus saja menepuk bahunya.
"Shalat dulu kak, nanti tidur lagi."
Mendengar itu, ia bangkit lalu melirik jam dinding yang terpasang di ruangan.
"Iya, aku tinggal Shalat Rai. Mending kamu di depan aja, biar gak nimbul fitnah."
"Iya."
Perempuan bercadar itu keluar dari kamar, setelah punggungnya tidak terlihat lagi, Raihan pun ikut keluar.
Ia duduk di kursi tunggu, ingatannya masih terpaku pada peristiwa kemarin sore. Gadisnya, ah ralat. Gadis itu hampir celaka akibat ulahnya. Alfi, ia harus dirawat di Rumah Sakit akibat penyakit maag-nya kambuh. Ia sempat pingsan di lokasi setelah penyergapan. Raihan dibuat kalang kabut, ia bingung harus melakukan apa. Hingga pada akhirnya, ia menggendong Alfi menuju mobil. Tentu saja itu menimbulkan pro dan kontra. Banyak netizen yang menghujat keduanya di media sosial, karena memang, penculikan itu sempat viral kemarin. Para netizen seolah buta, bukankah itu karena hal mendesak, jika korban dibiarkan saja apa itu lebih baik? Oh tentu tidak. Warga +62 terkadang begitu meresahkan.
Sedangkan Bayu dan antek-anteknya, mereka sudah ditangani pihak kepolisian. Bahkan Bayu termasuk dalam jajaran buronan polisi. Satu fakta lagi yang berhasil membuat Raihan cengo, Bayu adalah pengedar narkoba yang belum pernah tertangkap. Raihan awalnya tidak percaya, namun setelah mendengar pengakuan Bayu kemarin, ia menjadi tau. Klinik kesehatan yang dikelola Bayu ternyata selama ini digunakan untuk mengedarkan narkoba. Selain klinik, perusahaan pertambangan milik keluarga Bayu juga bangkrut akibat ulah Bayu yang korupsi. Begitu banyak fakta yang Raihan tidak tau dari seorang Bayu. Bayu sangat pintar menyamarkan indentitasnya, agar orang terdekat tidak curiga. Penculikan kemarin saja, Bayu menyusunnya dengan epik. Raihan tidak pernah menduga bahwa Bayu adalah dalang dari semua ini.
Raihan menghembuskan napas panjang, ia lega semua sudah berakhir. Teror-teror yang sempat membuat gelisah kini sudah terkuak. Drama persahabatan pun sudah menemukan titik terang. Kemarin malam, Gisel datang untuk menjenguk Alfi. Para cewek-cewek itu terus mengobrol yang entah sedang membicarakan apa hingga jam besuk habis. Kesalahpahaman yang terjadi di Rumah sakit pun sudah selesai. Gisel menjelaskan semuanya, Alfi juga menerima penjelasan Gisel. Semua sudah menemukan titik terang, hanya satu yang belum terselesaikan. Iya, cintanya. Apa semua akan berjalan seperti ini? Hidup tanpa cinta dan tidak tertarik dengan cinta. Atau akan berubah? Entahlah, untuk saat ini Raihan tidak memikirkan hal itu. Ia sibuk mengurus kasus Bayu dan penyembuhan Alfi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dokter Kampret ✓
Teenfikce[Ar-Rasyid Family2] Dunia Alfi harus jungkir balik ketika tanpa sengaja dirinya mengenal sosok Raihan Alfarisi, dokter ahli bedah yang memporak-porandakan hatinya. Tidak, Alfi tidak terpesona dengan laki-laki itu, hanya saja hatinya yang kadang tida...