6. Sisi lain Alfi

2.5K 191 40
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Raihan bangkit dari duduknya, dia berjalan mendekati jendela yang memperlihatkan lampu-lampu malam, sudah terhitung tiga jam Raihan berdiam diri di kamar. Tiga jam pula dia memikirkan sesuatu yang tidak penting. Iya, gadis itu.

Ponsel Raihan berdering, dengan cepat laki-laki itu menyambar ponselnya.

"Sibuk gak, Lo?"

"Assalamualaikum," sindir Raihan membuat orang di sebrang sana tertawa cekikikan.

"Iya-iya, Assalamualaikum Dokter Raihan."

"Wa'alaikumussalam. Apa?"

"Sibuk gak Lo? Gue gabut."

"Di mana?"

"Restoran biasa."

"Ya."

"Singkat bener, bad mood ya Lo?"

Tanpa ingin mendengar ucapan orang itu, Raihan segera mematikan panggilannya. Dia membuka lemari dan mengambil jaket berwarna hitam, setelahnya, dia mengambil kunci mobil dan pergi menuju garasi.

Saat di ruang tamu, terlihat Umma dan Kakaknya sedang duduk bersama. Raihan mendekati mereka, duduk di samping Farhan.

"Umma, Raihan mau keluar sebentar. Umma titip apa?"

Masyitoh menoleh, satu detik kemudian dia menggeleng. "Tidak, kakakmu sudah memberikan Umma banyak sekali pakaian, makanan, mukena dan barang-barang yang selama ini Umma inginkan. Kamu terlalu sibuk dengan duniamu."

Raihan merasa tertampar mendengar tutur kata ibunya. Bukan masalah uang, tapi waktu. Raihan jarang meluangkan waktu untuk ibunya. Terkadang Raihan sadar, yang paling berharga adalah waktu. Tapi lagi-lagi pekerjaan mewajibkannya meninggalkan sang ibu. Lagi-lagi, Raihan akan dibanding-bandingkan dengan anak tetangga. Tapi sekarang, ibunya tidak lagi membandingkannya dengan tetangga. Melainkan dengan saudara kandungnya sendiri. Farhan.

"Maaf, Ma," cicit Raihan, dari nadanya, Masyitoh menyadari ketidak nyamanan dalam hati anaknya. Bukannya Masyitoh pilih kasih, hanya saja dia ingin Raihan belajar bertanggung jawab dan bijak dalam membagi waktu. Terutama untuk dirinya.

"Iya, pergilah. Umma titip martabak manis."

Raihan mengangguk mengiyakan, dia segera meraih tangan ibunya dan mencium punggung tangannya lembut. Raihan menahan tangan ibunya selama beberapa saat, setelah itu, Raihan berpamitan dengan kakaknya.

"Gue keluar dulu, kak." Farhan menahan adiknya. "Gue ikut," bisik Farhan dibalas anggukan oleh Raihan.

"Umma, Farhan ikut Raihan keluar, ya. Sebentar saja, kok." Farhan segera mencium tangan Masyitoh dan bergegas pergi menyusul adiknya.

-o0o-

Raihan dan Farhan memasuki Restoran yang lumayan ramai malam ini, selain ini malam Ahad, juga karena suasana yang mendukung untuk berkumpul dengan teman-teman dan keluarga.

Dokter Kampret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang