45. Ke rumah Ummi

1.4K 123 6
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Brakk!

Mata Raihan terbuka sempurna mendengar suara bising itu. Ia menyingkap selimutnya, lalu perlahan berjalan menuju sumber suara. Sebelum itu, ia melirik jam terlebih dahulu.

"Astaghfirullah, masih jam satu pagi." Raihan melangkahkan kakinya menuju dapur yang berada di lantai satu. Dalam hati, Raihan sudah berharap semoga Alfi tidak membuat ulah lagi.

Sampai di dapur, ia tidak menemukan apapun. Semua tertata rapi, tidak ada yang mencurigakan. Raihan pergi ke ruang tamu, di sana pun sama. Tidak ada siapapun. Raihan memutuskan untuk melihat ke taman belakang. Siapa tau sang istri ada di sana.

Dan benar ... Istrinya ada di sana, sedang bermain ayunan.

"Alfi," panggil Raihan saat sudah berada di belakang Alfi.

Perempuan tanpa hijab itu menoleh, tanpa ingin membalas ucapan Raihan.

"Kamu kenapa di sini, hm? Ayo masuk, dingin."

Alfi tetap diam, membuat Raihan gemas sendiri. Raihan pun berpindah di depan Alfi sambil berjongkok. Ia menggenggam kedua tangan Alfi yang memegangi tali ayunan.

"Kenapa? Ada masalah? Ayo cerita sama aku, jangan dipendem sendiri."

Alfi menghela napas panjang. "Aku pengen mie instan, tapi sama kamu nggak boleh."

Oh ternyata karena mie instan, Raihan tersenyum tipis. Ia kira ada masalah apa.

"Mie instan itu gak baik buat kesehatan kamu, apalagi kamu sekarang nggak sendiri. Ada anak kita, di sini." Sambil mengelus perut Alfi.

Alfi merengut. "Iya, aku tau. Makanya aku gak bisa tidur. Pengen mie."

"Ya udah, aku buatin sup aja, gimana?" Tawar Raihan berharap Alfi mau.

Namun perempuan itu menggeleng. "Udah nggak selera, mau tidur aja."

Tanpa pikir panjang, Raihan membopong tubuh Alfi menuju kamar mereka. Alfi memekik kaget, namun tak urung ia melingkarkan tangannya di leher Raihan.

"Besok kayaknya aku kerja sampai malem, kamu ke rumah Abah aja, ya?"

Sambil menyembunyikan wajahnya di dada bidang Raihan, Alfi mengangguk kecil. "Kamu kok lembur terus?"

"Pasien akhir-akhir ini banyak, jadi aku juga harus lembur. Lagian, aku juga pengen nambah pemasukan. Kenapa? Kamu keberatan?"

Alfi menggeleng. "enggak, aku cuma bingung kok kamu jadi sering lembur. Aku khawatir kalau jam sebelas kamu belum pulang, aku gak bisa tidur," balas Alfi mengeluarkan unek-uneknya.

Mendengar itu, sudut bibir Raihan tertarik menciptakan lengkungan tipis. Ia tahu, Alfi merupakan perempuan penyayang, perempuan baik. Ia memang tidak salah pilih istri.

"Nggak apa-apa, jangan dipikirin. Aku bakal sering-sering kirim pesan ke kamu kalau lembur, biar kamu nggak khawatir. Udah, ayo tidur. Jam tiga nanti kita shalat sama-sama." Raihan membawa tubuh Alfi berbaring di atas kasur, setelahnya ia menyelimuti tubuh Alfi sambil mengelus kepala istrinya.

Dokter Kampret ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang