.
.
.
.
.
.
.
.
****
"Eh.. tumben sepi" heran Dhea sambil turun dari motornya.Dini dan Sasya pun ikut menengok sekeliling taman itu, dan memang hanya ada beberapa orang yang lalu lalang saja, tidak seperti malam minggu sebelumnya yang ramai dikunjungi orang orang.
"Entah lah, kesana yok" ajak Sasya dan langsung berlari ke rerumputan.
Sampai disana Sasya langsung duduk di atas rerumputan itu, disusul Dhea dan Dini.
"Alan tadi keren juga ya, kayaknya bulan depan dia bakal jadi saingan berat lo Din" ucap Dhea sambil tertawa.
"Yee asal lo tau! Dini gak akan ada yang bisa ngalahin kecuali..." sahut Sasya, berhenti sejenak sambil melirik ke arah Dini yang duduk di dekatnya.
"Kecuali apa?" tanya Dini penasaran.
"Kecuali, Bang Alex! Hahaha" jawab Sasya dan Dhea serentak dan diakhiri dengan tawa mereka.
Sedangkan Dini hanya Menghela nafas berat, memang balapan bersama abangnya itu, gak akan pernah bisa menang, sehebat apapun dia mengatur strategi untuk menyalib dari motor Alex, ujung-ujung nya tetap Alex lah yang menang.
"Eh Din, belikan gw minum yah?" pinta Dhea dengan Ekspresi memelas nya.
"Gw juga" sambung Sasya.
"Hmm" jawab Dini lalu bangkit dari duduknya.
"Din gw minta fan--"
"Gak boleh! Pokoknya minuman biar gw yang pilih! Kalian diam atau gak minum sama sekali!" sela Dini, ia tau apa yang akan diminta Sasya itu.
"Huh, iya deh" sahut Sasya sambil Menghela nafas nya.
Dini tersenyum tipis, lalu pergi membeli minuman di dekat sana.
Karena penjual minuman itu berada di sebrang jalan, Dini harus menyebrang terlebih dulu, merasa jalanan itu sepi sepi saja, Dini langsung melangkahkan kakinya hendak menyebrang, namun saat ia sudah berjalan di tengah jalan itu, dari arah berlawanan tiba-tiba datang tiga motor ninja yang hampir menabrak nya.
Satu motor ninja hitam itu menarik rem tangan nya sampai menimbulkan bunyi berdecit pada ban motor nya itu.
"Anjing!! Lo gak liat gw lagi nyebrang hah!!" sentak Dini pada satu laki-laki yang tepat berada di depannya itu.
Laki laki itu membuka helm nya lalu turun dari motor, diikuti dengan dua orang di belakang nya.
"Kulkas? Lo ngampain disini?" tanya Dini dengan nada kagetnya.
"Nama gw Alan!" balas Alan tak terima dengan panggilan itu.
"Terserah deh, oh iya! Kalau bawa motor yang bener! Punya mata kan? kalau punya jangan dipajang di rumah!" sindir Dini yang mengikuti kalimat Alan saat di kantin.
Dini pun berlalu begitu saja, ia melanjutkan tujuannya yang sempat tertunda karena Alan.
"Lo liat baju Dini gak? Kok sama kayak yang di pakai Ketua Talaskar tadi?" tanya Andra sambil terus memperhatikan Dini yang sedang membeli minuman di penjual pinggir jalan itu.
"Eh iya, baru sadar gw anjirr! Jangan jangan Dini ... ?"
Sementara Alan masih berdiri dengan kedua tangan yang masuk di saku celananya, pandangan dingin nya terus mengamati gadis yang berada di sebrang itu.
"Makasih ya pak" ucap Dini, dan di balas anggukan dari pria paruh baya yang menjual minuman itu.
Dini pun segera balik dengan membawa dua botol minuman, saat Dini kembali menyebrang ia berhenti sejenak karena heran melihat Alan dan dua sahabat nya itu masih berada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Talaskar [End]
Novela Juvenil{Belum di revisi} TALASKAR. Bila mendengar satu kata itu maka yang terbayang di pikiran mereka adalah sekelompok perempuan. Satu dari sekian banyak geng motor lainnya yang hanya beranggotakan perempuan. Tak ada satu pun lelaki di dalam geng itu. D...