.
.
.
.
.
.
**Sekarang ini kantin di penuhi dengan banyaknya murid yang baru saja keluar dari kelas masing-masing karena bell istirahat sudah terdengar beberapa menit lalu.
"Eh tunggu jangan dimakan dulu!,"sahut Andra.
"Kenapa?."
Dhea yang tadinya hendak memasukan makanan itu ke mulut nya mendadak berhenti."Jangan makan sendiri, sini biar gw suapin,"lanjut Andra mengambil sendok yang ada di tangan gadis itu.
"Ekhem ... gimana? sudah ngerasain yang gw rasain dhe?," goda Sasya saat melihat Dhea tersenyum malu.
"Diam lo nying!," balas Dhea ketus.
"Btw Alan sama Dini mana ya? kok masih belum balik juga," heran Sasya.
"Biarin aja by, mereka palingan lagi berduaan di lapangan," jawab Bara yang duduk di samping kekasihnya itu.
"Baguslah, semoga aja mereka bener-bener jadian, biar bisa nyusul juga, gak rela gw kalau punya bu boss kayak Ara njirr," sambung Andra.
***
"Sshh pelan-pelan nying!"
"Ini sudah pelan bego! mau pelan kayak gini?!." Dini semakin menekan luka di sudut bibir laki-laki itu.
"Anjing sakit!," sentak Alan sambil menepis tangan Dini.
"Lemah," gumam Dini, menyimpan kembali kotak p3k itu.
Mereka sekarang ini berada di dalam UKS. untuk mengobati luka Alan, karena saat di lapangan tadi dia sempat lengah sampai akhirnya yang di takutkan pun terjadi.
Alan terkena bogeman mentah dari tangan Dini berkali-kali, terlihat banyak luka lebam membiru di beberapa bagian wajahnya itu.
"Tadi lo bilang apa hmm?" tanya Alan sambil menatap dingin gadis yang duduk di depannya itu.
Dini tertegun melihat tatapan dingin Alan, bukan takut tapi lebih pada perasaan kagum.
"Dah lama gw gak liat tatapan asli si kulkas ini, tapi lucu ... juga," batin Dini tertawa kecil.
"By ...."
"Gak ada, tadi lo salah dengar," jawab Dini.
Alan hanya mengangguk-angguk seolah-olah percaya dengan jawaban gadis itu, padahal ia tadi mendengar dengan jelas gumaman Dini.
"Gw mau balik ke kelas, lo ikut gak?,"ajak Dini sambil menengok ke Alan yang masih terduduk sambil melihat lebam di wajahnya dari cermin kecil yang ada disana.
"Hmm."
Laki-laki itu berdiri dari posisi duduknya lalu melangkah lebih dulu melewati Dini."Dasar Kulkas! nyesel gw ngajak lo!"gerutu Dini dalam hati.
Baru selangkah dia hendak pergi ke luar mendadak berhenti karena mendengar nada dering hp nya berbunyi.
Dini mengerutkan keningnya bingung melihat nomor asing yang tertera di layar hp nya itu.
"Siapa?," tanyanya setelah menerima panggilan telfon itu.
"Sudah makan siang belum?." tanya seseorang dari seberang sana.
"Dih! sok kenal bener lo!, gw tanya lo siapa goblok! dapat nomor gw dari mana?!" seru Dini kesal.
"Jangan galak galak sayang ...." balas laki-laki itu di akhiri dengan kekehan nya.
Sejenak Dini berfikir, kalau mendengar panggilan 'sayang' dari orang itu, sepertinya dia tau siapa yang menelpon nya.
"Kenzo," ucap Dini sambil memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Talaskar [End]
Ficção Adolescente{Belum di revisi} TALASKAR. Bila mendengar satu kata itu maka yang terbayang di pikiran mereka adalah sekelompok perempuan. Satu dari sekian banyak geng motor lainnya yang hanya beranggotakan perempuan. Tak ada satu pun lelaki di dalam geng itu. D...