.
.
.
.
.
.
***"Din, gw boleh nanya gak?" tanya Dhea yang terlihat ragu.
"Tanya aja kali" jawab Dini tanpa menengok ke Dhea karena sedang melihat fokus ke handphone nya.
"Emm ... foto cowok yang ada di kamar lo itu, siapa?"
Mendengar pertanyaan Dhea seketika dia menengok sahabatnya itu dengan tatapan dingin.
"Lo buka laci?" tanya Dini.
"Gak, foto nya kan ada di atas kasur lo" jawab Sasya.
Dini terdiam, setelah beberapa detik kemudian barulah ia ingat kalau foto itu belum sempat ia simpan kembali ke dalam laci dan tergeletak begitu saja di atas kasurnya.
"Itu siapa Din? ganteng bener, gak lo kenalin nih?" tanya Dhea sambil tertawa kecil.
"Pergi"
"Hah? lo ngomong sama siapa?" heran Sasya karena tiba-tiba Dini mengucapkan kata itu dengan nada dingin nya.
"Sorry, gw mau sendiri dulu" ucap Dini tanpa melihat kedua sahabatnya yang tertegun itu.
"Tap-"
Sasya memegang tangan Dhea, menyuruhnya untuk diam dan jangan bertanya apapun."Ya sudah kami pulang, tapi ini bukan berarti lo marah kan?"
Dini tersenyum tipis dengan pertanyaan Sasya, "Bodoh! gw cuma mau sendiri dulu, pikiran gw lagi kacau, kalau untuk masalah foto itu ... gw belum bisa cerita" jelas Dini.
"It's oke, lo bisa cerita kapan pun!, lagian gw juga seneng kalau lo punya cowok lain," ucap Dhea sambil menepuk-nepuk pundak Dini.
"Kami pulang ya, bye" pamit Sasya lalu melangkah keluar dari rumah Dini di susul dengan Dhea.
"Cowok lain?"
Terdengar kekehan kecil dari mulut gadis yang masih duduk diam di sofa itu.
Tentu ia tau apa maksud perkataan Dhea tadi.Sekitar lima belas menit setelah kepergian kedua sahabatnya itu, pintu rumah nya kembali terbuka.
Dini sedikit melirik untuk melihat siapa yang datang kali ini.
"Bang, tangan lo napa?!" tanyanya kaget melihat di punggung telapak tangan Alex terlihat sedikit luka.
Dia pun berdiri dan menghampiri Alex yang baru saja datang itu. "Coba gw liat!" ucap Dini sambil sedikit mengangkat tangan Alex.
Setelah memperhatikan luka itu dengan jelas, sekarang ia tau apa penyebabnya.
"Abang mukul siapa?" tanya Dini sambil mendongak menatap Alex. dia sendiri juga pernah mendapat luka seperti itu setelah memukul beberapa Anggota Geng Motor lain saat ikut tawuran beberapa bulan yang lalu.
"Alan" jawab Alex dengan nada dinginnya, ia melangkah melewati Dini dan duduk di sofa.
"Sudah gw duga"gumam Dini.
"Tunggu sini!" ucap nya, setelah itu Dini pergi ke arah dapur untuk mengambil sesuatu.
Sementara Alex hanya mengangkat bahunya cuek, ia sedikit meniup-niup luka nya, memang sedikit nyeri, karena tadi lumayan keras saat dia meninju wajah Alan.
Tak lama kemudian Dini datang dengan semangkuk air hangat dan kain kecil di tanganya. Ia duduk di samping Alex sambil menaruh mangkuk itu di atas meja.
"Siniin tanganya!" ketus Dini menarik kasar tangan kanan Alex.
"Aww ... pelan pelan njirr!" ringis Alex karena luka nya di tekan dengan kain yang di pakai Dini untuk membersihkan darah nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Talaskar [End]
Fiksi Remaja{Belum di revisi} TALASKAR. Bila mendengar satu kata itu maka yang terbayang di pikiran mereka adalah sekelompok perempuan. Satu dari sekian banyak geng motor lainnya yang hanya beranggotakan perempuan. Tak ada satu pun lelaki di dalam geng itu. D...