Tiga hari kemudian
17.00
Rumah Nara
Sepulangnya Nara dari kantor, dia langsung masuk ke dalam kamarnya. Malam ini adalah malam resepsi pernikahan Aulia. Nara memutuskan untuk pergi ke Florence Hall, gedung tempat resepsi Aulia dan Yovie, bersama keempat sahabatnya semenjak SMA. Nara akan dijemput oleh mereka karena jalan menuju Florence Hall melewati kompleks Permata Agatama.
Nara pun menuju ke lemari yang berada di depannya. Menggeser pintu dan melihat beberapa dress yang tergantung di sana. Memilah-milih, mencoba di depan cermin, mengambil, dan meletakkannya di kasur, benar-benar sebingung itu seorang Nara. Akhirnya, pilihan Nara jatuh pada sebuah dress di bawah lutut berwarna cream bermotif bunga kecil dan berhias payet. Menurutnya, ini dress yang cukup elegant untuk dipakai ke acara resepsi. Setelah memilih dress yang akan dia kenakan, Nara beralih ke gantungan tas, memilih sepatu, dan menyiapkan segala sesuatu yang akan dia bawa.
Selesai membereskan kamarnya kembali yang sudah seperti kapal pecah, Nara bergegas mandi. Sekitar tiga puluh menit setelah itu, Nara melaksanakan shalat maghrib di kamarnya. Nara sudah meminta izin pada Nugroho dan Kirana untuk tidak ikut makan malam, karena dia harus bersiap-siap.
Duduklah Nara di depan cermin setelah memakai dress yang telah dia pilih. Memoleskan sedikit make up, memakai cincin, menambahkan sedikit aksesori di dressnya, kemudian menyanggul kecil rambutnya ke belakang. Simple saja yang penting pantas dilihat oleh orang lain.
Sekitar pukul setengah tujuh malam, Nara sudah turun dari kamarnya. Terlihat keluarga Nugroho itu tengah makan malam. Nugroho, Kirana, dan Ressa berdecak kagum melihat penampilan Nara. Mereka terbengong. "Ih, kok, liatinnya gitu? Nara ngga pantes pake baju ini, ya, Yah?" Tanya Nara yang menyadari akan tatapan mereka.
"Kak, cantik banget, dih. Mau ketemu siapa kamu?" Ledek Ressa pada kakak perempuannya itu. Berdandan atau tidak, Nara memang perempuan yang cantik.
"Cantik, Nak, cantik. Pantes, kok." Ucap Kiara tak lupa memuji putrinya itu. "Ati-ati, loh, Ra. Banyak yang naksir." Kata Nugroho bergurau. "Apa, sih, Yah. Engga." Jawab Nara yang sedikit merajuk. Tak lama dari itu, terdengar suara klakson mobil dari depan rumahnya. "Itu kayaknya temen-temenku, deh, Yah, Nara berangkat dulu, ya. Assalamualaikum." Kata Nara tak lupa mencium tangan kedua orang tuanya.
–
18.30
Rumah Bian
Bian keluar dari kamarnya sudah rapi dengan setelan jas berwarna cream bermotif kotak-kotak dengan dilengkapi hem berwarna putih, dasi coklat, dan jam tangan yang dia kenakan. Setelah keluar dari kamar, Bian menuju ke ruang makan karena di sana keluarga Adiwarna sedang makan malam. Suara sepatu Bian memecah keheningan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amerta - [SELESAI]
ChickLit"Amerta. Amerta itu tidak dapat mati, abadi. Aku berharap cintaku dan cinta Mas Bian juga demikian. Walau umur kami sudah habis, namun perasaan kita berdua bisa selayaknya amerta, yang tidak dapat mati." -Nara Menikah dengan sedikit rasa cinta. Buka...