Play song: Happier
By: Olivia Rodrigo~~~
Dear Erland,
Bagaimana kabarmu? Semoga selalu bahagia, ya.
Apakah hidupmu sudah jauh lebih baik? Ah, pertanyaan ini tidak semestinya aku tanyakan kepadamu. Karena aku tahu, kalau hidupmu saat ini pasti berlangsung dengan sangat baik.
Selamat, ya! Selamat karena akhirnya kamu bisa terlepas dari segala ketidakpastian yang aku ciptakan. Semesta tahu jikalau kamu berhak merasakan kebahagiaan bersama seseorang yang pastinya akan membuatmu bahagia, yang pastinya bukan aku.
Erland, aku membencimu. Sangat.
Tapi, aku juga sangat merindukanmu. Aneh sekali, bukan?
Aku benci, tapi, juga rindu. Erland... Apakah kamu benar-benar lupa akan janji yang pernah kamu ucapkan kepadaku? Apakah janji itu sama sekali tidak terlintas dalam benakmu? Ketika kamu hendak menandatangani kontrak itu.
Erland...
Sungguh tak mengapa jika kamu melupakanku. Tapi, tak seharusnya kamu melupakan janji yang pernah kamu ucapkan kepadaku hari itu—di halte toko buku.
Erland...
Aku merindukanmu. Aku merindukan segala hal yang pernah aku lakukan bersamamu dulu. Aku ingin menikmati kebersamaan di antara aku dan kamu lebih lama lagi. Lebih lama dari ini.
Maafkan aku, Erland.
Maafkan aku yang telah menyakitimu. Sejak hari dimana kamu pergi meninggalkan kota ini, rasa penyesalan yang aku rasakan sama sekali tidak hilang. Aku menyesal, Erland. Aku menyesal telah menyia-nyiakan seseorang yang tulus sepertimu. Amat sangat menyesal.
Sejak hari itu pula aku sadar jika kamu pantas untuk mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik daripada aku. Ya, aku bukanlah orang yang tepat untukmu, Erland. Aku bukanlah tujuan terakhirmu. Sebab aku hanyalah tempat untukmu bersinggah sejenak. Menikmati masa istirahat yang cukup lama. Namun, bukan sebagai tempat kepulanganmu.
Aku menulis surat ini tanpa ada maksud apa pun. Aku hanya ingin mengungkapkan isi hatiku yang selama ini terpendam. Biarlah hanya aku yang membacanya, kamu jangan. Aku malu jika kamu sampai membaca surat menyedihkan ini.
Aku tidak ingin kamu tahu jikalau sejak kamu memilih pergi meninggalkan kota ini, hatiku teramat sakit. Dan, untuk menyembuhkannya juga sulit. Karena tidak ada obat penawar yang bisa menyembuhkannya, Erland.
Mungkin ada. Dan, kalau pun ada, paling hanya satu. Aku tidak ingin mengungkapkan ini, tapi... Ah sudahlah. Lupakan soal hatiku yang sakit.
Erland, keberadaanmu jauh dariku. Sangat jauh. Ribuan kilometer dari tempat ini. Tapi, walaupun sosokmu tidak dekat denganku, entah kenapa perasaan aneh ini tetap tumbuh. Bahkan, sudah banyak cabang-cabangnya.
Sejujurnya, aku tidak ingin mengakui ini. Tapi, biarlah aku akui. Toh, kamu juga tidak akan membaca surat yang kutulis ini.
Erland, aku jatuh cinta denganmu.
Aku jatuh hati pada sosokmu yang sederhana.
Kamu benar, aku tidak bisa mencabut hingga tuntas akar dari perasaan itu. Karena, kuncinya adalah menerima. Aku harus bisa menerima kalau hatiku telah terjatuh pada sosokmu.
Yeah, aku tahu ini terlambat. Tapi, itu tidak menjadi masalah untukku. Walaupun sakit, karena sosokmu telah menjadi milik orang lain. Tapi, tak mengapa. Aku sama sekali tidak keberatan dengan rasa sakit ini.
Yang paling penting adalah aku mencintaimu. Itu saja. Tapi, maaf. Maafkan aku yang tidak bisa mengungkapkan perasaanku secara langsung di hadapanmu. Sungguh, aku minta maaf. Aku minta maaf karena telah membuatmu terluka.
Baiklah, sudah cukup kesedihan yang aku ungkapkan ini.
Erland, aku tidak akan menulis surat yang panjang. Jadi, sudah ya. Sampai sini saja. Pada bagian ini, aku sudah siap untuk melepasmu dengan ikhlas.
Terima kasih, ya...
Terima kasih sudah menyempatkan hatimu untuk jatuh cinta dengan perempuan sepertiku.
Berbahagialah selalu, Erland.
Karena ketika kamu bahagia, maka di saat yang bersamaan aku juga akan bahagia.
All the best for you, Erland.
With love,
Aleysia Olin Elina
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Erland [END]
Romance"𝙲𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚝𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗, 𝚋𝚞𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚝𝚎𝚛𝚙𝚊𝚔𝚜𝚊𝚊𝚗." -𝑫𝒆𝒂𝒓 𝑬𝒓𝒍𝒂𝒏𝒅, 2021 *** [Follow dulu sebelum baca!] Highest Rank in 2022: #1 truestory (16-18 Juli 2022) Started : 26 April 2021 Finished: 07...