2. "Ah, Ternyata dia wanita itu."

1.3K 207 50
                                    

"Hasan,"

"Opo?"

"Zina itu banyak jenisnya. Ada Zina mata, yang kalau dilakukan itu ya pake mata. Kamu ngeliat wanita cantik, melihat aurat wanita, dan sesuatu yang kamu lihat dengan matamu itu sudah termasuk zina meskipun gak kamu lakukan," Ucap Wildan.

"Oh, iya terus?"

"Selanjutnya ada zina pikiran, ini biasanya orang ngehalu gitu. Halu pacaran dengan idol atau halu jadian dengan crush, bisa juga halu baca karakter fiksi. Biasanya zina pikiran ini dari seks edukasi gitu. Misal dia nonton video porno dan muncul syahwat baginya, itu sudah zina!"

"Syahwat itu apa?"

"Sejenis kamu mau melakukan hal yang dilakukan orang dewasa. Pegang tangan, pelukan, ciuman, bersetubuh, yang buruk begitu. Selanjutnya ada zina mulut, zina mulut itu yang bagaimana? Ya yang kamu lontarkan dari mulutmu. Kata-kata kotor atau mesum, yang tidak layak disebutkan itu sudah zina mulut. Ada zina tangan, yang kamu pegangan tangan atau bersentuhan dengan dia. Nah, itu sudah termasuk zina loh," Jawab Wildan.

"Banyak benar zina ini,"

"Masih ada lagi, zina pikiran tadi yang kamu lakukan berimajinasi, paham kan?"

"Paham lah, wong kamu jelasin baru saja," Jawab Hasan memprotes.

Tiba-tiba hujan makin deras. Pandangan Wildan balik kembali ke wanita yang ia lihat sebelumnya. Hasan juga memperhatikan wanita itu. Ada getaran aneh yang dirasakan oleh Hasan. Ia tak begitu tertarik dengan wanita sejak terakhir ia mengalami kecelakaan bersama kekasihnya.

"Jemput dia, kasihan. Basah," Ucap Hasan yang membuka payungnya dan mendorong Wildan yang mau tak mau Wildan segera terlihat oleh wanita itu.

Wildan berhati-hati berjalan mendekati wanita itu. Karena airnya sudah mulai mengenang, ia takut membasahi baju wanita itu. Setelah sampai dia kaget melihat wanita itu sudah berendam didalam air.

"Kamu gak dingin?" Tanya Wildan tiba-tiba.

Wanita itu mengalihkan pandangan dan tak mau menatap wajah Wildan. Ia hanya menjawab singkat. "Saya tidak kenapa-napa. Demi apapun saya tak akan membuka aurat saya meskipun banjir sekalipun,"

"Ah," Wildan tercengang. Ia tak bisa banyak mengatakan sesuatu.

"Mau ikut saya berteduh di ruangan sebelah? Insyaallah niat saya baik, jangan takut. Demi apapun, saya juga tak akan menyentuh tubuhmu jika tidak dalam keadaan darurat kamu pingsan atau sesuatu,"

Jawaban Wildan mulai menghangatkan wanita itu. Ia mulai mau mengikuti jalannya Wildan. Bisa dipastikan bagian gamis wanita itu benar-benar tenggelam. 'Basah.'

"Kamu kenapa tak langsung meneduh di ruangan kelas tadi?" Tanya Wildan.

"Saya nggak sempat, tadi juga saya lihat banyak anak laki-laki yang juga berhamburan menunggu hujan disini. Saya gak mau timbul fitnah," Jawab wanita itu.

Wildan dan wanita itu akhirnya sampai di teras ruang kelas B semester 2. Hasan sudah tersenyum puas melihat bagian bawah Wildan sudah basah. Ia juga kaget setelah melihat gamis wanita itu basah dan kotor tersapu bekas kotoran kaki mahasiswa lainnya.

"Namamu Icha, kan?" Tanya Wildan ketika merasa sampai untuk berteduh ke arah Hasan.

Hasan yang mendengar Wildan menyebut itu langsung mendekati Wildan. "Siapa?"

Wanita itu menghentikan langkahnya untuk masuk kedalam ruangan. Dia menundukkan kepalanya sedikit. "Iya, saya Icha. Ada apa?"

"Kamu temannya Teh Caca, kan?" Tanya Wildan.

ALEANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang