26. "Belajar dari keluarga Kak Bara dan Mbak Ana."

215 41 0
                                    

Karena ada beberapa hal yang harus Wildan ambil, mengenai berkas kampus dan perlengkapan lainnya. Wildan terpaksa kembali kerumah Orangtua nya untuk mengambil beberapa barang tersebut.

Di kediaman Baskara. Wildan sudah dihadang oleh Caca. "Siapa yang kamu ikuti di Instagram? Bajunya sexy semua!" Wildan menghela nafas. Ia tak menghiraukan Caca.

"Jawab!"

Wildan mendekati Caca. Wajah mereka berdekatan. "Dia non islam, teman saya. Mohon toleransinya," Wildan mengambil kerupuk yang dimakan Caca, lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

"HEH!"

Wildan naik ke lantai atas. Kemudian masuk ke dalam kamarnya. Hari ini ia benar-benar lelah. Untuk sampai ke rumah itu ia harus menempuh 6 jam perjalanan.

Wildan menaruh tasnya didekat pintu masuk kamarnya. Ia kemudian terbaring dikasur empuk miliknya. Caca membuka pintu kamarnya untuk mengambil beberapa barang namun tak diperdulikan Wildan. Biasanya ia yang paling jago menjahili Kakak perempuannya itu.

"Kamu seperti orang yang habis melahirkan," Oceh Caca ke Wildan.

"Hm." Wildan hanya berdehem sambil memejamkan matanya. Ia benar-benar mengantuk kali ini.

"Nggak usah tidur, bentar lagi adzan!" Caca memberikan peringatan.

"Bangunin nanti ya,"

"Nggak mau," Jawab Caca.

"Yaudah. Silakan keluar," Wildan mulai kehilangan kesadarannya. Ia bahkan mengusir Caca.

Caca mengocehi banyak hal sebab baru kali ini ia menemukan adiknya yang mampu mengusirnya. Biasanya bahkan Wildan sering mengajaknya tidur bersama.

"Dek?" Panggil Caca. Namun, tak ada sahutan.

"Wildan?"

Wildan hanya bergumam sambil tidur. "Iya iya iya,"

Caca terkekeh melihat adiknya yang tengah tertidur tersebut. Ia pun langsung keluar kamar adiknya dan menutup pintu perlahan. "Selamat tidur."

----

Wildan sudah selesai sholat. Ia segera berjalan ke ruang tengah. Hari ini benar saja, rumah begitu sepi. Caca masih tidur, sedangkan yang lain sudah keluar rumah. Ia melirik Kak Bara sudah terduduk di ruang tengah sambil memainkan game di handphonenya.

"Kak? Papa nggak ada dirumah," jawab Wildan.

"Kakak tau, hanya numpang main game. Sejak kapan kamu pulang?" tanya Bara sambil masih memainkan handphonenya.

Tiba-tiba Bara ditelpon oleh Shiwa. Ia hanya mengangguk paham. Wajah Bara menampilkan bahwa dirinya tengah terkejut.

"Ada apa, Kak?" tanya Wildan penasaran.

"Papa sama Mama bertengkar, Dek." Bara memberikan informasi.

"Ah," Wildan mengangguk paham.

"Mana Caca?" tanya Bara.

"Tidur Kak. Mungkin kelelahan, ada apa ya Kak kira-kira, apakah mereka bertengkar sampai mau cerai dan sudah keluar kata talak?" tanya Wildan penasaran.

Kak Bara menggeleng.

"Alhamdulillah,"

"Dan,"

"Hm?" Wildan menatap Kak Bara.

"Kamu, kalau ada masalah keluarga. Jangan pernah mengatakan itu ke orangtua ya? Sebab, orangtua kita ini kan nggak tau masalah sebenarnya itu apa. Namanya orangtua pasti bela anaknya. Nah, solusi dari orangtua itu hanya satu, mereka pasti menyuruh bercerai. Jadi, jangan sampai kamu menceritakan urusan keluargamu ke oranglain termasuk orangtua. Kamu harus bisa menelan semua itu dengan mentah-mentah." Kak Bara memberikan petuah bijak yang diterima baik oleh Wildan.

ALEANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang