18. "Sama-sama merelakan."

215 44 0
                                    

Wildan membuka matanya perlahan, cahaya matahari mulai masuk melalui cela-cela dedaunan menembus ke jendela kamarnya. Wildan perlahan duduk, Ia tampak kebingungan sambil memperhatikan sekelilingnya.

"Gua yang beresin semuanya,"

Terdengar suara pria yang agak berat dari dalam kamar mandi. Pria itu keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Yap! Dia Hasan.

"Teteh siapa yang jaga?" tanya Wildan yang masih setengah sadar.

"Sudah dikamarnya. Lo tidur seharian. Ya, Teteh lo sudah pulang tadi pagi jam 10. Sekarang udah jam 2."

Wildan mengambil jam di mejanya. Ia mengecek jam miliknya sendiri. Menatap jam dengan tidak percaya. Ia mengembalikan dengan perlahan dengan ekspresi masih tidak percaya.

Hasan memperhatikan gerak-gerik Wildan. Bibirnya mulai tersenyum setelah memperhatikan temannya tampak seperti orang bodoh.

Beberapa menit setelah duduk dengan ekspresi aneh. Wildan meraba handphonenya di kasur, ia mengecek notifikasi handphonenya.

[Instagram] @Wira_pst mulai mengikuti Anda.

Pesan baru dari Anisa BEM. Ketuk untuk membalasnya.

[WhatsApp]
Rayhan: Bang, Lo dimana?
Anisa BEM: Dan, Lo nggak datang?
Annisa A. Bakhrie: Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Wildan...

Oh iya! Wildan segera berlari masuk ke dalam kamar mandi. Tampaknya ia melupakan sesuatu hari ini.

"Lo kenapa?"

Teriakan Hasan tetap diabaikan Wildan. Terdengar dari luar bagaimana Wildan mandi seperti ingin dikejar Anjing.

"Lo mandi bar bur bar bur pakai sabun woi jangan lupa!" teriak Hasan.

Wildan tetap tidak merespon jawaban Hasan. Ia keluar dan membuka pintu sedikit, ia mengulurkan tangannya.

"Can, tolongin gua lempar handuk. Cepat! Gua telat."

Hasan melempar handuk ke arah tangan Wildan. Nice catch! Wildan menangkapnya dengan sempurna.

Wildan bergegas mencari baju yang pas untuknya hari ini. Hari ini Hasan memilih untuk tidak ikut ke kampus dan memilih menjaga kamar milik Wildan.

"Lo yakin nggak ikut?"

Hasan hanya memberi respon dengan senyuman. Ia tampak benar-benar lelah.

------

FAKULTAS KEDOKTERAN

Seperti biasa, Wildan memarkirkan mobilnya di lapangan parkir milik dosen. Wildan sering diperingati namun ia sangat bandel dan terus menerus mengulanginya sampai dosen dan satpam lelah memperingatinya. Padahal kampus ini bukan milik bokapnya. :)

Wildan turun dari mobilnya, menutup dan mengunci pintu mobilnya.

"Dan?"

Terdengar suara yang tidak asing dari arah belakang. Wildan membalikkan badannya, menatap sosok wanita bercadar dihadapannya. Tinggi, manis, mata berbinar, siapa lagi kalau bukan Icha.

"Ada apa ya?" Jawab Wildan dengan cuek.

"Aku ada chat kamu, kok enggak kamu balas? Aku nanya sesuatu padahal."

"Oh nanti saya balas. Saya sibuk hari ini, Cha."

Wildan berjalan melewati Icha, namun langkah Wildan terhenti ketika mendengar kata-kata dari gadis manis itu.

ALEANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang