29. "Cha, tidak ada orang yang bersalah hanya karena mereka bernafas."

211 42 0
                                    

------

Wildan sudah kembali ke kontrakan setelah seharian menunggu Icha dirumah sakit. Ia menggerakkan semua tubuhnya sampai berbunyi "Kreek."

Wildan mengambil handuknya dan duduk disofa. Ia tampak begitu senang hari ini. Entah apa yang membuat Wildan terlalu gembira. "Selamat sore," ucapnya kepada Akbar yang tak pernah mau ia ucapkan kecuali tengah membutuhkan bantuan atau lagi ada maunya. Akbar mendekati Wildan kemudian ia menyentuh kening Wildan dan memegang keningnya juga.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Wildan sambil menepis tangan milik Akbar.

"Kau gila?"

"Hah?" Wildan melotot ke arah Akbar.

"Kenapa kau senyum-senyum sendiri seperti orang gila?" tanya Akbar.

"Itu, karena anu.." pembicaraan Wildan terpotong tiba-tiba.

"Dia tengah jatuh cinta," jawab Hasan yang baru saja datang menggantung kunci mobil miliknya.

"Kau habis dari mana?" tanya Akbar heran. Ia juga baru ingat bahwa Wildan tak dirumah sejak semalam. "Oh iya, ngomong-ngomong," Akbar menggaruk dahinya menoleh ke arah Wildan. "Kau juga darimana? Habis dari mana?"

"Saya dari rumah sakit," jawab Wildan. "Enggak tahu darimana Acan," Wildan mengangkat bahunya tak mengetahui apapun soal yang ada dirumah ini.

Hasan duduk disebelah Wildan. Ia masih memakan kuaci tanpa memperhatikan temannya. Ia masih teringat beberapa waktu lalu.

Flasback On

Hasan berlari menuju ke meja administrasi rumah sakit semarang. Ia ngos-ngosan sambil melirik jam tangannya. "Sudah jam 11 malam." Gumam Hasan.

"Oh iya mbak, saya mau bertanya. Apakah ada pasien atas nama Annisa Asyifa?" tanya Hasan.

Mbak Administrasi segera mencari nama di daftar list pasien. "Sebentar ya, Mas." Ia masih mengotak-atik komputernya sembari mengetik nama yang disebutkan oleh Hasan.

"Oh iya, ada. Dia berada dilantai 2, Mas. Ruang Rawat Inap Kemboja nomor 24." Jawab Mbak Administrasi.

Hasan mengangguk, Ia masih memakai swallow dan jaket yang ia pegang. Hasan memencet Lift dan menunggu sambil menguap. Tiba-tiba ia melihat seseorang yang mirip sahabatnya berjalan dengan terburu-buru. Pintu lift terbuka, "Mas, jadi masuk nggak?" tanya Mbak Perawat yang berada didalam itu. Hasan hanya tersenyum yang kemudian mengejar sahabatnya tadi. Ternyata Ia melihat Wildan yang tengah memesan beberapa makanan.

"Jadi, Icha sudah bersama Wildan?" gumam Hasan sambil mengintip dari balik dinding. Ia menunggu Wildan untuk berdiri, ia melihat Staff wanita itu menghampiri Wildan dan mencoba membangunkan Wildan. "Dia tidak akan bangun," Hasan berdecak sambil menggeleng-geleng sudah mengetahui apa yang akan terjadi.

Hasan menghampiri Staff tadi. Ia mengambil makanan yang dipegang oleh Staff tersebut. "Biar saya saja yang membeli ini. Oh iya, jika teman saya bangun. Bilang saja, kalau makanannya sudah dibayar dan dipesan yang baru oleh pasien yang bercadar." Hasan menyodorkan uang 200 ribu. Staff itu tampak kaget.

"Maaf Mas. Semua total 97.000. Ini kelebihan." Staffnya mengembalikan 100.000 ke Hasan.

"Donasi kan saja, anggap ini sebagai ganti kalian lembur." Jawab Hasan yang kemudian meninggalkan tempat itu. Wildan masih tertidur pulas. "Oh iya. Kalian tahu cara berakting, kan? Sebisa mungkin. Anggap yang membayar tagihan semuanya adalah pasien wanita yang pasti menggenalnya." Staff itu hanya mengangguk paham, Hasan tersenyum.

Flashback Off

"Apa yang tengah kau pikirkan?"

Lamunan Hasan buyar. Ia menatap ke arah Akbar yang mengagetkannya. Wildan sudah tak berada ditempat. "Kemana Dan?"

ALEANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang