17. "Karena dia masih ada disini."

195 47 0
                                    

Di rumah Wildan.

Mobil Wildan terparkir di bagasi. Wildan dan Hasan turun dari mobilnya. Hasan mencoba menurunkan tas miliknya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ma, Pa, Teh, Wildan pulang." ucap Wildan yang langsung masuk ke ruang tengah berdua Hasan. Wildan kaget karena hari ini tampak begitu sepi. Ia melihat sekeliling rumahnya dan melihat guci sudah berserakan berjatuhan. Ia juga melihat ada darah dilantai.

"Darah siapa heh?!" tanya Hasan yang langsung menjatuhkan tas miliknya.

Wildan berkeliling membuka setiap kamar namun tidak menemukan siapapun.

Ha! Darah siapa ini? Wildan tidak bisa berpikir jernih.

Wildan mencoba menelpon Mama nya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Ma. Mama gak apa?" Tanya Wildan di telepon.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Mama gak apa nak. Ada apa?" Tanya Ameena balik.

"Mama dimana? Wildan kesana." Jawab Wildan.

"Kamu dirumah saja nak. Jangan kemana-mana. Nanti mama pulang." Tegas Ameena.

"Terjadi sesuatu dirumah?" Tanya Wildan.

"Lihat saja nanti. Mama sibuk. Kamu tidur aja jangan nunggu mama." Jawab Amina yang langsung memutuskan sambungan telepon.

"Hallo.. Hallo.. Ma? Ma?"

Wildan mengecek handphonenya. Ternyata telephone sudah dimatikan langsung oleh Mama nya. Dia mulai merasa gelisah.

"Kenapa? Tante kemana?" tanya Hasan.

Wildan menggeleng. "Gatau. Mama bilang dia pulang sebentar lagi. Dia bilang gak ada masalah apa-apa."

Hasan mulai mencoba mengambil pecahan Guci yang berjatuhan.

"Hasan! Jangan biarin aja. Nanti kamu kena tusuk bagiannya." Wildan mencoba menghentikan Hasan, namun Hasan terus memungut guci tersebut.

"Ayo beres-beres hari ini. Anggap saja ini sebagai bayaran gua nginap disini malam ini." ucap Hasan.

Hasan dan Wildan mencoba membereskan semuanya. Ia memungut hasil pecahan kaca. Hasan juga menyapu dan mengepel bagian yang berdarah. "Dan, gua pinjem kamar mandi nya ya?" tanya Hasan.

"Lah, pake acara pinjem segala. Masuk aja kali. Kamar mandi mana bisa dipinjem." Jawab Wildan sambil mengernyitkan dahinya.

Hasan mencoba membuka pintu kamar mandi. Ia kaget karena di bawah pintu sudah terlihat banyak darah mengalir. "WILDAN!" Hasan berteriak setelah membuka pintu kamar mandi. Wildan kaget melihat itu, itu menjatuhkan sapu miliknya dan berlari mendekati Hasan.

Terlihat di kamar mandi kakak perempuannya sudah tergeletak didalam bak kamar mandi dengan keadaan tangannya penuh darah.

"Teh? Teh Caca?"

Wildan langsung membuka jaket nya. Ia segera mengangkat kakak perempuannya itu ke sofa. Ia membaringkan kakak perempuannya dengan perlahan. Hasan berinisiatif mengambil handuk.

Wildan memberikan handuk di sekeliling badan kakak perempuannya. Ia mencoba mengecek nadi milik Caca.

"Can, darurat! Ayo ke rumah sakit. Lo bawa mobil? Rumah sakit dekat sini dekat simpang tiga kesana aja. Walaupun mahal terobos aja." Wildan mengangkat nuna nya ke mobil.

Semuanya sudah masuk kedalam Mobil. Wildan sudah memeluk Caca. Kali ini Hasan menyetir dengan sangat ngebut.

"Ayo cepat! Nadinya makin lemah." teriak Wildan.

ALEANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang