45. SPECIAL PART.

606 56 5
                                    

12 Desember 2018.

Wildan menggenggam ganggang pintu. Ia masih memikirkan beberapa perkataan yang dilontarkan oleh temannya sebelumnya.

Flashback On

"Jujur saja," seorang pria menahan tangan Wildan. Ia hanya menghela nafas kesal setelah beberapa kali Hasan meminta sebuah jawaban.

"Jujur saja, kalau Icha ada penyakit yang saya dan yang lain tidak mengetahuinya." mata Hasan berkaca-kaca. Wildan masih tak mampu untuk menjawab, karena dia sudah berjanji kepada Icha.

"Benar, dia punya penyakit." jawab Wildan yang terlihat begitu serius ditatap oleh Hasan.

"Apa?"

"Dia sudah gila karena menerima kamu sebagai calon suaminya." Wildan melempar handuk ke arah Hasan. Ia benar-benar tak bisa mengatakan hal itu. Ia tak mungkin mengungkapkan hal yang sudah dia janjikan kepada Icha.

Flashback Off

Seorang wanita sudah berdiri dibelakang Wildan. Ternyata ia adalah Caca.

"Apa yang kau lakukan didepan pintu wahai lelaki gila?"

Sontak lamunan Wildan segera buyar. Ia hanya mempersilakan Caca untuk masuk kedalam ruangan terlebih dahulu. Ternyata ruangan yang ingin Wildan masukin adalah ruangan rawat inap Icha. Lagi-lagi Icha di infus.

"Kau sudah datang?" tanya Icha dengan wajah yang pucat pasi.

"Kau sangat kurus." jawab Caca menggeleng sambil menaruh beberapa barang diatas meja.

"Ya apa yang kulakukan disini selain memakan cairan infus, huh!" Icha menghela nafas memberikan kode kepada Wildan agar dibuatkan kembali makanan. Namun Wildan sedang banyak pikiran sehingga Wildan tak memahami kode itu.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Caca yang sudah duduk manis sambil menopang dagu dengan tangan manis miliknya itu.

"Ah, tidak ada." Wildan menggeleng sambil menghela nafas. Ia benar-benar kepikiran tentang Hasan. Apakah dia harus menutupi penyakit Icha darinya? Atau, tidak? Atau, dia harus memberitahu Hasan bahwa Icha memiliki riwayat penyakit jantung.

"Dan, tampaknya memikirkan banyak hal." Icha terkekeh melihat Wildan yang banyak pikiran saat ini.

"Oh iya, ada beberapa barang yang perlu ku ambil. Kalau butuh bantuan suruh Wildan aja ya, Cha? Jangan sungkan. Kamu boleh memarahi atau membuatnya menjadi babu." Caca langsung mematikan handphone nya setelah membaca beberapa pesan. Mungkin tukang paket.

Wildan melihat kakak perempuannya itu keluar dari ruangan. Wildan menarik kursi mendekati Icha. Mereka melirik ke arah luar jendela sudah ada Hasan dan Akbar tengah memanjat pohon jambu.

"Kau tau.." Wildan masih menatap Hasan. Hasan bahkan tak tau bahwa dirinya tengah diperhatikan.

"Apa?" tanya Icha yang menatap kearah Pandangan Wildan. Ia melihat Hasan tengah tertawa puas.

"Kenapa kau nggak coba keluar untuk ketawa bersama mereka?" tanya Wildan menawarkan.

Icha menggeleng. "Dadaku sakit. Aku nggak bisa kesana. Lagian, biarkan saja aku disini. Minimal aku ingin beristirahat."

ALEANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang