34. "Jangan bercanda, Cha."

292 45 1
                                    

Rumah Icha saat itu tengah ramai. Terlihat banyak sekali tamu yang berdatangan. Wildan sudah mengenakan jas hitam yang begitu rapi dan sudah membenarkan rambutnya.

"Saya gugup," Jawab Wildan.

"Jangan gugup!"

Wildan menoleh ke arah samping. Ia melihat Caca tengah menggunakan Maskara. "Apa itu nggak akan kecolok di mata?"

Caca menggeleng.

"Sudah siap?"

Caca masih menggeleng.

"Sabar wes sabar. Pernikahan siapa juga ini," Caca berdecak kesal.

"Memangnya ini pernikahan siapa?" Tanya Wildan.

"Eh?" Caca kaget.

Beberapa menit kemudian, Caca dan Wildan sudah keluar dari kamar hias. Mereka sudah terlihat anggun. Wildan juga sudah terlihat ganteng dengan setelan jas yang benar-benar rapi malam ini.

"Dan?" Panggil seorang wanita.

Wildan menoleh ke asal suara. Ternyata itu suara Icha. Ia tersenyum dan mendekati Icha yang sudah mengenakan gaun serba putih yang benar-benar membuatnya bercahaya hari ini.

"Kamu benar-benar cantik," Ucap Wildan.

"Terima kasih," Icha terkekeh.

"Kamu yakin dengan ini semua, kan?" Tanya Wildan.

Icha mengangguk.

Wildan dan Icha kemudian berjalan menuju ke tengah-tengah Rumah Icha dimana acara itu akan segera dilangsungkan. Ternyata, ini bukanlah acara pernikahan. Melainkan acara pertunangan.

"Apakah saudari Annisa Asyifa Bakhrie siap akan pertunangan ini? Setelah ini, artinya kamu sudah diikat oleh seorang lelaki dan akan menunggu 3 bulan lagi setelah Ujian dalam perkuliahan kalian selesai? Apa kamu siap?" tanya Wakil Ketua Agama dari KUA.

"Saya siap!"

"Baiklah, bagaimana dengan Saudara Hasan Darmawan. Apakah anda siap untuk meminang seorang gadis dari keluarga Bakhrie?"

"Saya siap!" Jawab Hasan yang sedikit gugup.

Wildan menatap lekat Hasan dan Icha yang dalam 3 bulan kedepan akan resmi menjadi sepasang Suami-Istri. Caca hanya menghela nafasnya menatap adiknya satu itu yang aneh Naudzubillah.

Akhirnya tiba di prosesi pertukaran barang dan cincin. Hasan memasangkan cincin di jari manis Icha, begitu pula sebaliknya. Wildan meledak melihat itu. Ia benar-benar tidak sanggup.

"Mau kemana?" tanya Caca setelah melihat Wildan sudah pergi meninggalkan lokasi pertunangan.

Wildan berdiri menatap ke arah sungai yang berada di belakang rumah Icha. Farhan sudah mendekati Wildan dan melempar satu batu kecil kedalam sungai.

"Ada masalah apa?" tanya Farhan.

Wildan hanya menggeleng.

"Relakan saja, mungkin nggak berjodoh,"

Wildan mengangguk sambil memejamkan matanya.

-----

Suasana saat itu benar-benar menyenangkan. Hasan dan Icha sudah bersama-sama. Hasan berdiri disamping Icha, langkahnya diikuti langkah kaki milik Icha.

"Kaki milikmu sangat kecil, ukuran berapa?" tanya Hasan.

"Hm, berapa ya?" Icha tak langsung menjawab.

"Jawab saja, kamu mau dibelikan sepatu Cinderella atau nggak?" Hasan terkekeh.

"Nggak mau, pasti sepatu kaca? Kalau sepatunya menghilang, lantas saya harus mencari kemana?"

ALEANO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang