Delapan
"Laqueta, tadi Meesam nelfon Bunda. Nanyain kamu, kenapa telfon Meesam nggak kamu jawab?" tanya Mina ketika Laqueta baru keluar dari kamarnya.
"Ketiduran, Bun. Aku capek."
Laqueta tidak berbohong, dia memang capek, bahkan sekarang badannya menjadi panas. Sakitnya ini bukan karena kelelahan, tetapi karena menangis, ketika Laqueta menangis maka kepalanya akan menjadi sakit lalu dia menjadi demam.
"Kamu sakit? Muka kamu pucat."
"Pusing sedikit, ntar juga sembuh." Laqueta tidak yakin dengan ucapannya sendiri, biasanya dia butuh beberapa hari jika sakit seperti ini.
"Yaudah kamu makan dulu, nanti langsung telfon Meesam, jangan bikin suami kamu khawatir."
Laqueta menjadi tidak berselera karena mendengar ucapan Mina, untuk beberapa waktu, Laqueta ingin melupakan Meesam agar dia tidak sedih lagi, tetapi Mina malah menyuruhnya menelfon Meesam.
"Aku mau tidur aja, Bun. Kepalaku pusing."
"Makan dulu sedikit, nanti Ayah beliin obat." Beni yang daritadi hanya memperhatikan anak dan istrinya itu kini membuka suara.
"Nanti aja, Yah. Aku mau tidur sebentar."
Laqueta langsung menuju ke kamarnya, rasanya wanita itu malas bicara, takutnya mereka nanti akan bertengkar pula. Laqueta mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas, ada lima panggilan tak terjawab dari Meesam dan juga beberapa pesan yang belum dibuka.
Ketika Laqueta melihat pesan-pesan yang masuk ke ponselnya, lagi-lagi Meesam menelfon, jika tidak dijawab maka pria itu akan terus menghubunginya seperti ini, tetapi Laqueta sedang malas bicara dengan Meesam.
"Hallo?" Laqueta lebih memilih untuk menjawab daripada Meesam terus mencoba menghubunginya.
"Hallo, Ta. Kamu baik-baik aja?" Suara di seberang sana terdengar lega.
"Aku baik-baik aja, tadi ketiduran," jawab Laqueta pelan.
"Kamu sakit? Suara kamu serak." Hati Laqueta merepih mendengar ucapan Meesam, bahkan di saat berjauhan pun, pria itu tetap bisa mengetahui kondisinya. Meesam sangat baik dan perhatian.
"Enggak kok, aku baru bangun, makanya serak."
"Kamu sakit? Nggak biasanya kamu tidur jam segini."
Laqueta menjauhkan ponselnya lalu mendengus, Meesam bawel sekali.
"Kan ketiduran, nggak sengaja."
"Papi! Papi telfon mami?" Tanpa sadar Laqueta tersenyum mendengar suara Ochi, anaknya itu pasti sangat menggemaskan.
"Iya, mami telfon. Ochi mau ngomong sama mami?"
Laqueta menyimak pembicaraan Meesam dan Ochi, wanita itu sama sekali tidak berniat untuk menutup telfon.
"Mau!" jawab Ochi dengan semangat.
"Hallo, Mami!" sapa Ochi.
"Hallo sayang, Ochi udah makan?" Karena sudah terbiasa memastikan anak-anaknya kenyang, Laqueta reflek menanyakan hal itu.
"Udah, Mi, tadi Ochi makan udang. Ogya sama kakak makan kepiting."
🌸🌸🌸
Meesam menghampiri Ochi yang masih asik bermain boneka barbie bersama anak-anak dari sahabatnya, mereka akur membuat Meesam tenang, setidaknya mereka tidak membuat keributan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Byakta Family [Selesai]
Художественная прозаIni kisah Laqueta setelah menikah, aku sarankan untuk membaca cerita 'Laqueta' terlebih dahulu ❤ Sifat Laqueta tidak akan bisa berubah walaupun status dan kehidupannya telah berubah. Setelah memiliki keluarga kecil yang tampak sempurna, Laqueta teta...