Tiga puluh dua
Meesam masuk ke dalam kamar inap Laqueta dan seketika menjadi panik karena dia tidak melihat keberadaan Laqueta dimanapun. Kemana wanita itu?
"Laqueta?" panggil Meesam.
Pria itu mendekat ke arah kamar mandi dan menghela nafas lega ketika mendengar suara air dari dalam. Meesam meletakkan sarapan yang dibawanya di atas nakas lalu mengambil piring bersih yang sudah tersedia, dengan cepat Meesam memindahkan sarapan itu ke piring, tidak lupa Meesam meletakkan sendok di dekat piring.
Setelah selesai dengan urusan makanan, Meesam mengambil gelas kosong lalu mengisinya dengan air hangat. Barulah Meesam meletakkan sarapannya di atas ranjang agar Laqueta dapat melihatnya.
Meesam duduk di sofa dan mengeluarkan handphonenya seolah-olah daritadi dia tidak melakukan apapun.
Tidak lama kemudian Laqueta keluar dari kamar mandi dan berjalan pelan ke arah ranjang, Meesam melihatnya dan ia ingin sekali merangkul Laqueta untuk membantunya. Laqueta meletakkan sarapan yang sudah disiapkan Meesam itu ke atas nakas agar ia bisa naik ke atas ranjang.
Ketika mencoba naik, ternyata tangan Laqueta tidak kuat untuk menopang tubuhnya membuat wanita itu hampir jatuh ke depan jika saja Meesam tidak menahannya. Melihat Laqueta yang kesusahan, Meesam sudah mengambil ancang-ancang untuk berlari jika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Untung saja perhitungannya tepat.
Meesam membantu Laqueta naik ke atas ranjang tanpa mengucapkan apapun, setelah Laqueta duduk dengan tenang barulah Meesam mengambil makanan tadi dan meletakkannya di pangkuan Laqueta, lagi-lagi tanpa mengatakan apapun.
Sebelum Meesam pergi, Laqueta menahan pria itu dengan cara memegang tangannya. "Aku minta maaf," ucap Laqueta pelan.
Meesam melepaskan jemari Laqueta perlahan dan kembali duduk di sofa.
"Assalamu'alaikum."
Meesam menoleh ke arah pintu, ternyata orang tua Laqueta. Meesam menjawab salam mereka lalu tersenyum dan menghampiri kedua orang itu untuk mencium tangan mereka.
Mina mendekati anaknya dan langsung memeluk Laqueta, tadi Meesam yang menghubungi orang tua Laqueta dan mengabari kondisi putri mereka.
"Gimana keadaan kamu?" tanya Mina pelan, wanita itu mencoba menahan air matanya yang hampir keluar.
"Udah lebih baik, Bun."
Beni mengusap kepala anaknya dengan sayang, dia juga sangat mengkhawatirkan kondisi Laqueta.
"Jangan sedih terus ya, Nak," ucap Mina dan Laqueta meresponnya dengan anggukan.
Laqueta menunduk karena matanya terasa memanas, sebelumnya dia sudah merasa lebih kuat, tetapi ketika orang tuanya yang menyemangatinya Laqueta merasa lemah lagi.
Wanita itu pura-pura makan agar orang tuanya tidak melihat matanya yang basah.
"Mami!"
Ketika semua orang menatap ke arah pintu, Laqueta langsung menekan matanya dengan lengan bajunya agar matanya tidak basah lagi.
"Wah ada Oma," seru Ochi lalu berlari ke arah Mina dan memeluk Omanya dengan erat.
Laqueta melanjutkan makannya agar tidak ada yang menyadari bahwa dia ingin menangis, tetapi Laqueta tidak sadar bahwa daritadi Meesam memperhatikannya dan pria itu tau kalau Laqueta ingin menangis.
"Mami tidur nyenyak, nggak?" tanya Ojwala yang sangat perhatian.
Laqueta mengangguk. "Kalian nggak sekolah?" tanya Laqueta, seingatnya hari ini bukanlah hari libur, tetapi kenapa mereka ada di sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Byakta Family [Selesai]
Aktuelle LiteraturIni kisah Laqueta setelah menikah, aku sarankan untuk membaca cerita 'Laqueta' terlebih dahulu ❤ Sifat Laqueta tidak akan bisa berubah walaupun status dan kehidupannya telah berubah. Setelah memiliki keluarga kecil yang tampak sempurna, Laqueta teta...