TIGA PULUH-BYAKTA FAMILY

630 35 0
                                    

Tiga puluh

Ambar menatap Meesam yang sedang duduk di sebuah bangku taman rumah sakit, wanita itu langsung menghampiri anaknya dengan cepat.

"Meesam! Ngapain kamu di sini?" tanya Ambar seraya memegang pundak Meesam.

"Mama?" gumam Meesam.

Ambar menghela nafas lalu duduk di sebelah Meesam. "Kamu ngapain di sini?" tanya Ambar sekali lagi.

"Laqueta sakit, Ma," jawab Meesam dengan pandangan yang masih lurus ke depan.

"Kamu juga nggak pulang ke rumah? Kamu nggak mikirin gimana anak-anak kamu? Mereka khawatir sama kalian, tadi Ojwala udah coba nelpon kamu tapi handphone kalian berdua tinggal di rumah," omel Ambar.

Meesam yang awalnya menyandar langsung menegakkan tubuhnya, dia lupa dengan ketiga anaknya yang ditinggal tanpa kabar, entah bagaimana mereka bertiga mengurus diri tanpa orang tuanya.

"Meesam nggak ingat, Ma, mereka bertiga baik-baik aja, kan? Tadi mereka pergi sekolah? Udah makan?" tanya Meesam beruntun.

"Sekarang Alish ada sama mereka, Mama nggak tau tadi mereka sekolah atau enggak, tapi soal makan Alish pasti bakal ngasih mereka makan," jawab Ambar dengan sabar.

"Sekarang kasih tau Mama, Laqueta sakit apa? Kenapa kamu di sini dan bukannya menemani Laqueta di kamarnya?"

"Keguguran." Jawaban yang diberikan Meesam membuat Ambar merasa sangat terkejut, wanita itu merasa sedih karena kehilangan cucunya yang belum lahir.

"Meesam seharusnya kamu nemenin Laqueta, bukan malah merenung di sini. Saat ini Laqueta pasti sangat membutuhkan dukungan dari kamu, tapi kamu malah diam aja." Ambar memarahi anaknya yang tidak pengertian ini.

"Dia kan sukanya sendirian, biarin aja lah," jawab Meesam dengan sedikit ketus.

Nada suara yang dikeluarkan Meesam membuat Ambar mengerti jika ada sesuatu yang terjadi pada Meesam dan Laqueta, jika tidak maka anaknya ini pasti akan menemani Laqueta.

"Laqueta di kamar berapa?" tanya Ambar.

Jika Meesam tidak ingin menemani Laqueta, maka dirinya saja yang melakukan itu.

"Nggak tau."

Ambar berdecak lalu meninggalkan Meesam sendirian, lebih baik dia bertanya pada orang yang benar-benar mengetahuinya.

🐬🐬🐬

"Nggak apa-apa kalau kamu nemenin aku jagain anak-anak?" tanya Alish pada Danu.

Saat ini mereka berdua berada di depan kolam renang yang berada di rumah kakaknya, hanya ada mereka berdua di sini karena Alish ingin bertanya pada Danu.

"Nggak apa-apa, lah, memangnya kenapa?" jawab Danu dengan santai.

"Aku takut gangguin kamu, mungkin aja kamu lagi sibuk tapi aku malah minta kamu nemenin aku di sini," balas Alish.

Danu menaikkan sebelah alisnya lalu memegang pundak Alish. "Kenapa kamu mikir kayak gitu? Kamu nggak pernah ganggu aku, Alish, keluarga kamu juga aku anggap sebagai keluarga aku, itu artinya keponakan kamu juga keponakan aku, jadi kita harus jagain mereka, kan?"

Alish mengangguk dua kali membuat Danu tersenyum.

"Aunty sama Uncle pacaran, ya? Hayo ketahuan sama Ochi, nanti Ochi laporin ke papi," ucap Ochi yang melihat Alish dan Danu berdua di depan kolam renang.

"Anak kecil tau apa, sih?!" sinis Alish yang merasa malu karena dipergoki oleh Ochi.

"Tau banyak dong." Bukannya takut, Ochi malah semakin berani.

Byakta Family [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang