Dua puluh
Setelah beberapa hari, keadaan Ochi sudah membaik dan dia juga sudah mulai sekolah kembali. Namun Ochi tetap tidak ingin memiliki adik karena takut orang tuanya akan mengabaikan dirinya.
"Selamat hari ibu, Mami," seru Ochi seraya menyerahkan setangkai mawar pada Laqueta yang sedang sibuk dengan laptopnya.
Laqueta tersenyum dan mengambil bunga itu dari Ochi. "Terimakasih, sayang."
Ochi mencium hidung Laqueta cukup lama, bahkan tangan Ochi memegang pipi Laqueta agar maminya tidak bergerak.
"Ochi tau hari ini itu hari ibu?" tanya Laqueta heran, dia bahkan tidak ingat bahwa hari ini adalah hari ibu.
"Ochi tau, kemarin dikasih tau di sekolah," jawab Ochi semangat.
Laqueta tersenyum lalu mencium pipi Ochi. "Terimakasih untuk bunganya sayang," ucap Laqueta, dalam diam Laqueta merasa tidak enak pada ibunya, dia bahkan tidak pernah mengucapkan selamat hari ibu pada ibunya selama ini. Bukan karena tidak ingat, hanya saja Laqueta merasa sulit untuk mengucapkan selamat pada ibunya. Entah karena apa.
Sedangkan dirinya, bahkan ketika anaknya masih kecil, dia sudah mendapatkan ucapan selamat seperti ini. Laqueta ingin sekali mengunjungi ibunya dan mengucapkan selamat hari ibu, tetapi sepertinya Laqueta tidak memiliki keberanian seperti itu.
"Mami! Cokelat ini untuk Mami, selamat hari ibu, Mami," ucap Ogya yang baru tiba di ruang keluarga.
Laqueta mengambil cokelat yang diberikan oleh Ogya lalu mengusap kepala Ogya dengan lembut. "Terimakasih sayang."
Ogya mengangguk dengan semangat lalu memeluk Laqueta dengan erat. Leher Laqueta dipeluk dari belakang membuat wanita itu langsung menoleh, ternyata Ojwala.
"Mami, selamat hari ibu. Ojwala sayang banget sama Mami, Ojwala nggak beli apapun untuk Mami, tapi Ojwala buat ini," ucap Ojwala lalu memberikan sebuah kertas gambar yang berukuran cukup besar.
Laqueta menatap gambar yang diberikan Ojwala dengan seksama, itu gambar dirinya dan Ojwala, anak pertamanya memang sangat pandai menggambar, tetapi Laqueta tidak pernah menyangka bahwa dia akan mendapat hadiah seperti ini.
"Terimakasih sayang, gambarnya bagus, Mami suka sama gambar ini."
Ojwala tersenyum senang, tentu saja dia senang karena maminya menyukai gambar yang dia buat selama empat hari belakangan ini.
Ochi menatap gambar itu lalu mencebik. "Gambarnya nggak bagus karena nggak ada Ochi di situ," ucapnya.
"Ini hari ibu, bukan hari adik, makanya nggak ada Ochi di gambar itu," jawab Ojwala lalu menjulurkan lidahnya ke arah Ochi.
Laqueta teringat sesuatu ketika mendengar jawaban yang diberikan Ojwala.
"Mami boleh minta satu hadiah lagi dari kalian bertiga?" tanya Laqueta membuat ketiga anaknya bingung, maminya tidak pernah meminta apapun pada mereka selain menjadi anak yang baik.
"Boleh," jawab ketiganya serempak.
"Mami minta, kalau nanti kalian sudah punya adik bayi, kalian harus sayang sama adik bayi, bisa?"
"Ochi nggak mau, Ochi nggak mau punya adik bayi." Ochi menolak mentah-mentah permintaan yang diajukan Laqueta.
"Kok gitu? Tadi katanya Mami boleh minta satu hadiah lagi," ucap Laqueta.
Ochi merengut mendengar balasan yang diberikan Laqueta. Ini adalah hari ibu dan Ochi sudah berjanji untuk memenuhi keinginan maminya, masa dia harus ingkar janji?
KAMU SEDANG MEMBACA
Byakta Family [Selesai]
General FictionIni kisah Laqueta setelah menikah, aku sarankan untuk membaca cerita 'Laqueta' terlebih dahulu ❤ Sifat Laqueta tidak akan bisa berubah walaupun status dan kehidupannya telah berubah. Setelah memiliki keluarga kecil yang tampak sempurna, Laqueta teta...