Sebelas
"Mami sakit apa?" tanya Ojwala seraya memegang dahi Laqueta untuk merasakan suhu tubuh maminya, sepertinya yang biasa Laqueta lakukan ketika Ojwala dan adik-adiknya sakit.
Laqueta mengusap kepala Ojwala dengan kasih sayang. "Mami nggak sakit, sayang."
"Mami jangan sakit, ya, Ojwala sedih kalau Mami sakit."
Laqueta memeluk Ojwala, ia memang beruntung karena memiliki suami seperti Meesam dan anak-anak yang menyayanginya, seharusnya Laqueta tidak memiliki alasan untuk mengeluh. Semua yang diinginkan oleh orang-orang, ia memilikinya, uang, kedudukan, anak-anak, cinta dari suaminya dan keharmonisan keluarga, lalu kenapa Laqueta tetap merasa bingung.
Kenapa Laqueta merasa kalau dia tidak pantas mendapatkannya? Pria sebaik Meesam, kenapa harus berakhir dengan wanita egois sepertinya? Serta ketiga anaknya, mereka adalah anak-anak yang manis, kenapa Laqueta tidak selalu bisa mengetahui keinginan anak-anaknya?
"Ojwala, kamu sedih nggak punya mami seperti ini?" tanya Laqueta pelan, ia ingin tau apa yang dipikirkan oleh anak sulungnya.
"Nggak pernah sedih, Ojwala senang punya mami. Mami baik banget, Mami selalu ngajarin Ojwala, Mami juga sayang banget sama adik kembar."
Ya, itu benar, Ojwala tidak merasa Laqueta itu buruk, bagi Ojwala, Laqueta adalah ibu terbaik.
"Mami pernah buat kamu sedih?"
Ojwala menggeleng dan semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Laqueta. "Mami nggak pernah buat Ojwala sedih, Mami yang terbaik."
Perasaan Laqueta menjadi lebih baik ketika mendengar ucapan Ojwala, ternyata anak sulungnya tidak merasa sedih dan kecewa padanya. Ojwala menerimanya, hal itu membuat kepercayaan diri Laqueta sedikit meningkat. Setidaknya, ia tidak membuat semua anaknya kecewa.
"Mami! Tadi Ochi beli cokelat untuk Mami, Mami suka cokelat, kan? Ini enak loh." Ochi mengatakan itu seraya berlari ke arah Laqueta dengan tangan memegang sebatang cokelat.
Laqueta tersenyum, perhatian Ochi ini semakin membuat perasaannya membaik.
"Aku buatin susunya dulu, ya sayang."
Meesam mengusap kepala Laqueta sekilas lalu keluar dari kamar. Ochi langsung membuka cokelat itu dan memberikannya pada Laqueta.
"Untuk Mami yang paling cantik."
Laqueta mematahkan cokelat tersebut dan menyuapi Ochi setelah itu barulah ia menyuapi Ojwala. Ochi kembali mulutnya ketika cokelatnya sudah habis, Laqueta kembali menyuapinya dengan senang.
"Katanya cokelatnya untuk Mami," kata Ojwala memprotes sikap Ochi, kalau sekali suap tidak masalah, tetapi sepertinya Ochi menginginkan lebih.
"Kan Mami yang nyuapin Ochi, Ochi nggak minta." Ochi membela diri, ia memang tidak meminta, tetapi dengan membuka mulutnya, Laqueta tentu paham dengan apa yang diinginkannya.
"Nggak apa-apa, Ochi memang butuh cokelat supaya manis," ucap Laqueta bermaksud bercanda.
"Jadi sekarang Ochi nggak manis, ya, Mi?" Ojwala mengatakan itu untuk membuat Ochi merasa kesal, jika ada kesempatan seperti ini, tidak mungkin Ojwala mengabaikannya, kan?
"Ochi udah manis, kok walaupun nggak makan cokelat. Iya, kan, Mi?" Ochi menatap Laqueta untuk meminta pembelaan.
Laqueta mengangguk membuat Ochi bersorak lalu menyenggol bahu Ojwala hingga abangnya itu oleng. "Denger, tuh."
"Apa yang mau didengar? Mami nggak ngomong apa-apa."
Ochi yang merasa kesal langsung menarik kerah baju Ojwala.
"Ochi udah sayang, abang cuma bercanda, Nak."
Laqueta berusaha melepaskan jemari Ochi dari kerah baju Ojwala, kan kasian anaknya itu jadi tercekik.
"Ochi sayangnya Ogya, jangan gitu." Ogya yang baru datang langsung menggelitik pinggang Ochi dan dengan spontan Ochi melepaskan cengkramannya.
"Ogya nggak tau apa-apa! Jadi jangan ikut campur, ini urusan antara Ochi dan Ojwala." Ochi langsung menghempas tangan Ogya.
"Abang Ojwala," koreksi Laqueta.
"Iya. Ini urusan antara Ochi dan abang Ojwala."
"Ochi sama Ogya itu kembar, apa-apa sama, kalau ini urusan Ochi berarti itu juga urusan Ogya. Nggak ada bedanya."
"Jadi abang sendirian?" Ojwala memprotes ucapan Ogya, adik kembarnya memang sering bertengkar, namun jika sudah seperti ini, mereka membuat Ojwala ingin memiliki saudara kembar saja.
"Udah, jangan ribut. Kepala Mami sakit dengar kelian ribut."
"Maaf, Mami. Ojwala nakal." Si sulung Ojwala memang sangat perasa, sama seperti Laqueta, bedanya Laqueta memendam semua yang dirasakannya, sedangkan Ojwala mengatakannya secara langsung, seperti Meesam yang sering bicara. Singkatnya, sifat Ojwala terbentuk dari gabungan sifat Laqueta dan Meesam.
"Nggak apa-apa, sayang."
Mina memanggil ketiga cucunya karena ada sepupu Laqueta yang datang, tidak lama setelah ketiga anaknya keluar, Meesam datang dengan segelas susu cokelat dan beberapa potong roti.
"Maaf ya karena lama, tadi aku nemuin Kak Lia dulu."
Laqueta tersenyum saja, ia masih merasa canggung pada Meesam, apa pria ini masih kecewa padanya?
"Kamu marah?" tanya Laqueta setelah memikirkan baik-baik apa yang harus diucapkannya.
Meesam tidak menjawab, ia mendekatkan gelas yang dipegangnya ke bibir Laqueta, tanpa bicara ia meminta Laqueta untuk menghabiskan susunya. Karena takut membuat Meesam marah, Laqueta menuruti keinginan Meesam, ia menghabiskan susu itu tanpa memuntahkannya sedikit pun. Ternyata kehadiran Meesam membuat ia tidak mual.
"Aku kan udah bilang kalau aku nggak marah, udah jangan dipikirin, nanti kamu malah stress. Oh iya, kamu cuti untuk beberapa hari, ya, sampai kondisi kamu pulih. Mungkin sekitar empat bulan, lalu setelah kandungan kamu tujuh bulan, kamu harus cuti lagi sampai anak kita berumur dua tahun."
"Kamu mau mecat aku, ya?"
Wajar kan jika Laqueta bertanya seperti itu? Meesam memintanya untuk cuti sampai bertahun-tahun, lagipula Laqueta tidak yakin Meesam akan membiarkannya bekerja setelah dua tahun itu.
"Enggak, Ta. Aku cuma nggak mau kalian kenapa-napa, sekarang kamu masih lemas, makanya aku minta kamu cuti sampai empat bulan. Setelah itu kamu bisa kerja lagi, tapi kamu harus cuti lagi untuk merawat bayi kita."
"Setelah dua tahun aku kerja lagi? Karyawan lain pasti akan nganggap aku karyawan baru, lagipula saat Ojwala dan kembar lahir, kamu nggak sampai seperti ini."
Jika ini adalah anak pertama, maka Laqueta akan mencoba untuk memaklumi sifat Meesam ini, tetapi ini berbeda. Bahkan ketika Ojwala lahir, Meesam mengizinkan Laqueta kembali bekerja setelah anak pertama mereka berusia lima bulan. Kenapa sekarang berbeda?
"Dulu kamu masih muda, sayang."
"Maksud kamu aku tua?"
"Ta, jangan ngasih aku pertanyaan yang nggak bisa aku jawab."
"Aku simpulkan kalau kamu nganggap aku udah tua."
Laqueta memunggungi Meesam karena merasa kesal, pria itu benar-benar menyebalkan.
Laqueta dapat mendengar suara tawa Meesam. "Enggak sayang, aku cuma bercanda, aku ngelakuin itu karena kita akan punya empat anak, kamu pasti akan sulit menjaga mereka. Itu alasannya, bukan karena kamu udah tua."
Apapun alasan Meesam melakukan itu, sepertinya ini sudah berlebihan, Laqueta tidak bisa meninggalkan pekerjaannya selama itu. Laqueta mendapatkan posisi ini dengan susah payah, bahkan sebelum ia menjadi istri dari pemilik perusahaan itu.
Jadi, Laqueta tidak memiliki alasan untuk meninggalkan pekerjaannya.
🐬🐬🐬
Rabu, 3 November 2021
Gimana part ini?
Revisi: Kamis, 6 Juli 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Byakta Family [Selesai]
General FictionIni kisah Laqueta setelah menikah, aku sarankan untuk membaca cerita 'Laqueta' terlebih dahulu ❤ Sifat Laqueta tidak akan bisa berubah walaupun status dan kehidupannya telah berubah. Setelah memiliki keluarga kecil yang tampak sempurna, Laqueta teta...