Tiga puluh satu
"Kenapa cuma makan sedikit, Nak? Ayo makan lagi supaya kamu cepat pulih," ucap Ambar karena Laqueta hanya makan satu suap dan sudah akan menjauhkan piringnya."Aku nggak lapar, Ma," balas Laqueta meletakkan piringnya di atas nakas.
Ambar berdiri lalu mengambil piring itu kembali. "Ayo, mama suapin, kamu harus makan banyak, sayang," bujuk Ambar.
"Rasanya nggak enak, Ma," keluh Laqueta.
"Dipaksakan ya sayang, jangan pikirkan rasanya."
"Satu suap aja ya, Ma?" tawar Laqueta karena dia merasa mual dan akan muntah jika memaksa untuk makan.
Ambar mengangguk lalu menyuapi Laqueta.
"Udah," ucap Laqueta setelah menelan makanan itu dengan cepat, tetapi walaupun sudah berusaha menelan dengan cepat tetapi rasanya makanan itu akan keluar kembali.
Laqueta menutup mulutnya agar muntahannya tidak keluar, Ambar langsung mengambil plastik dan memberikannya pada Laqueta. Setelah memuntahkan makanan itu, Laqueta merasa lega sekaligus lemas. Kepalanya terasa sedikit pusing membuat Laqueta oleng dan hampir jatuh, tetapi seseorang yang baru masuk ke kamar rawat inap itu langsung menahan tubuh Laqueta.
Tanpa mengatakan apapun, Meesam membantu Laqueta agar kembali berbaring. Melihat wajah Laqueta yang pucat membuat Meesam merasa sangat sedih, apapun yang sudah Laqueta lakukan, tetapi tidak membuat perasaan Meesam berubah.
"Mami sakit," lirih Ochi, rasanya dia ingin menangis melihat Laqueta yang akan jatuh seperti tadi.
"Mama pulang aja, istirahat, biar aku yang jagain Laqueta," ucap Meesam pada mamanya.
Ambar menatap Meesam sekilas lalu menggeleng, Ambar tau ada yang tidak beres dengan mereka, karena itulah Ambar tidak mau meninggalkan Laqueta karena takut Meesam akan seperti tadi. Membiarkan Laqueta sendirian.
"Ma, aku udah di sini, daritadi mama yang jagain Laqueta, mama harus istirahat juga."
"Mama nggak apa-apa, mama mau jagain Laqueta karena mama takut Laqueta ditinggal sendirian lagi." Ambar menyindir dengan halus.
"Laqueta nggak akan sendirian, Ma." Meesam masih mencoba meyakinkan Ambar.
"Alish, Danu, bawa mama pulang," titah Meesam.
"Mama nggak mau pulang, Meesam," ucap Ambar dengan ketus, dia masih kesal pada anaknya itu karena membiarkan Laqueta sendirian disaat kondisinya sedang seperti saat ini.
Ketika Ambar memasuki ruang rawat inap Laqueta tadi, Ambar melihat Laqueta sedang menangis, hatinya pasti hancur tetapi Meesam justru tidak menemaninya membuat Ambar merasa sangat marah.
"Ma, aku yang akan jagain Laqueta, jadi mama bisa istirahat."
Ambar menatap Meesam dengan kesal, setelah apa yang dilakukan putranya itu, apa Ambar masih bisa mempercayainya?
"Mama pulang aja, lagipula bentar lagi aku tidur, Ma," ucap Laqueta, dia bukannya ingin membantu Meesam, Laqueta hanya merasa tidak enak jika Ambar yang merawatnya semalaman.
"Sebentar lagi Mama pulang," ucap Ambar pada akhirnya dan Laqueta mengangguk.
"Kakak sakit apa?" tanya Alish setelah dia berdiri di sebelah ranjang Laqueta.
Laqueta hanya diam dan menunduk, Meesam menghela nafas dan lebih memilih untuk tidak menjawab pertanyaan adiknya itu. Ambar menggeleng untuk mengkode Alish agar tidak bertanya apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Byakta Family [Selesai]
Ficção GeralIni kisah Laqueta setelah menikah, aku sarankan untuk membaca cerita 'Laqueta' terlebih dahulu ❤ Sifat Laqueta tidak akan bisa berubah walaupun status dan kehidupannya telah berubah. Setelah memiliki keluarga kecil yang tampak sempurna, Laqueta teta...