TIGA PULUH LIMA-BYAKTA FAMILY

660 37 0
                                    

Tiga puluh lima

"Meskipun kamu udah boleh pulang ke rumah, kamu harus istirahat yang cukup, oke? Kalau kamu udah benar-benar pulih baru kamu bisa kerja lagi." Ucapan Meesam di akhir kalimat membuat Laqueta menoleh ke arah Meesam yang sedang mengemasi barang-barangnya untuk dibawa pulang.

"Oke, semuanya udah beres," seru Meesam setelah menutup tas yang berisi barang-barang Laqueta.

Meesam menghampiri Laqueta yang masih duduk di ranjang. "Mau pakai kursi roda atau aku gendong?" ucap Meesam memberikan pilihan.

Laqueta memukul lengan Meesam pelan. "Aku mau jalan kaki aja."

"Aku nggak ada ngasih pilihan untuk jalan kaki, aku nggak nerima inisiatif ya Laqueta."

"Aku udah baik-baik aja kok, nggak sakit ataupun lemas lagi. Aku udah kuat." Laqueta mengatakan itu sambil meletakkan kedua tangannya dipinggang.

"Tapi kayaknya pinggang aku jadi makin kecil, deh, aku jadi langsing lagi." Laqueta bermaksud pamer pada Meesam bahwa berat badannya berkurang tanpa diet.

"Waw, kayaknya aku harus nyetok banyak makanan biar pinggang kamu nggak kecil lagi."

Laqueta mendelik lalu tersenyum, Meesam juga ikut tersenyum, dia senang karena hubungan mereka semakin membaik, tidak dingin lagi dan mereka menjadi lebih akrab.

"Oke, Nyonya. Sekarang jawab pertanyaan aku yang tadi." Meesam mengingatkan Laqueta bahwa pertanyaannya belum dijawab.

"Aku jalan sendiri, nggak mau pakai kursi roda ataupun digendong, aku udah kuat," jawab Laqueta santai, suasana hatinya sedang baik jadi dia tetap santai menanggapi Meesam.

"Oh mau digendong." Meesam mengangguk-anggukan kepalanya dan mendekati Laqueta.

Laqueta mendorong Meesam pelan dan keluar dari ruang rawat inapnya seraya tersenyum. Kemarin dia berpikir bahwa hubungan mereka akan tetap memiliki jarak walaupun sudah baikan, tetapi ternyata tidak, atau mungkin ... belum?

Meesam yang ditinggal langsung memegang tas dan menyusul Laqueta, dia tidak marah karena sebenarnya dia hanya berniat menjahili Laqueta saja.

🐬🐬🐬

Ojwala berdiri di depan kedua adiknya yang duduk di sofa, Ojwala ingin memberikan beberapa nasehat pada adiknya yang sedikit nakal itu.

"Ochi, Ogya, mami baru pulang dari rumah sakit, jadi kalian jangan bikin mami capek, ya?"

Adik kembarnya mengangguk.

"Jangan banyak minta kalau soal makan, kalau mau pergi sekolah pakai seragamnya sendiri, jangan minta mami yang pasangkan atau carikan seragamnya, kalau susah bisa panggil Abang, jangan panggil mami, ya?" Ojwala

Ogya mengangguk tetapi Ochi hanya diam karena dia lebih suka jika dibantu oleh Laqueta daripada Ojwala, abangnya itu tidak tau segalanya yang diketahui Laqueta.

"Ochi?" tegur Ojwala.

"Ochi nggak mau janji, Abang nggak tau banyak kayak mami." Ochi mengutarakan alasannya tidak mau menyetujui permintaan Ojwala.

"Tapi kan mami baru sembuh, nanti mami sakit lagi kalau kecapekan. Pokoknya kalau Ochi lagi susah, Ochi lapornya sama Abang aja, jangan sama mami."

Ochi mengangguk walaupun tidak sepenuhnya setuju, Ojwala memegang kepala adiknya itu lalu mengusapnya. "Jangan marah, mami belum pulih, Ochi nggak mau kan kalau mami sakit lagi kayak kemarin?"

Ochi mengangguk lagi, mana mungkin Ochi mau melihat Laqueta sakit seperti kemarin lagi, melihat Laqueta seperti kemarin membuat Ochi takut.

"Kalau mami lagi butuh sesuatu, kita harus tolongin mami, ya? Jangan nolak-nolak."

Byakta Family [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang