DELAPAN BELAS-BYAKTA FAMILY

541 42 0
                                    

Delapan belas

"Kamu serius mau ikut arisan?" tanya Meesam, walaupun dia sudah tau apa jawaban Laqueta nantinya, jelas Laqueta tidak ikhlas menerima ajakan itu.

"Ini semua gara-gara kamu," balas Laqueta, dia tidak mau repot-repot menjawab pertanyaan Meesam yang tidak penting itu.

Meesam pura-pura tidak tau apa maksud Laqueta. "Kenapa gara-gara aku? Aku nggak nyuruh kamu ikut arisan itu," balas Meesam.

Laqueta menatap Meesam dengan kesal. "Kalau kamu nggak ngajak aku gabung, aku nggak perlu ngeiyain pertanyaan mereka, mana bisa aku nolak, kalau mereka tersinggung gimana?"

Laqueta cemberut dan Meesam menahan tawanya, tentu Meesam senang karena Laqueta akan bertemu banyak orang dan pasti sifat Laqueta akan berubah walaupun sedikit.

"Kamu juga kenapa nggak bantu aku jawab? Kamu kan tau apa yang aku mau, bukannya bantuin aku, kamu malah diam aja." Laqueta lanjut mengomel.

"Laqueta sayang, mereka nanya ke kamu, bukan ke aku, nggak mungkin tiba-tiba aku yang jawab pertanyaan mereka untuk menolak tawaran itu, nanti aku dibilang suami yang tukang atur." Meesam membela diri.

"Emang iya," balas Laqueta dengan ketus. Untung saja Meesam tidak tersinggung, dia justru lega karena Laqueta sudah mau bicara panjang dengannya lagi.

"Yaudah ikutin aja dulu, kan sesekali bisa nggak datang, kan?"

Laqueta tidak menjawab karena suasana hatinya sudah begitu buruk, wanita itu menyandar dan memejamkan matanya.

"Ochi minta mainan, Ogya mau makanan." Laqueta mengingatkan Meesam tentang pesanan anak-anaknya tadi.

"Untung kamu ingatin, Ta, kalau enggak mereka bisa merajuk."

🐬🐬🐬

"Non jangan nangis lagi."

"Ochi udah dong, diam aja, nanti mami sama papi pulang, loh."

"Ochi jangan nangis lagi, nanti Ogya kena marah."

Laqueta mempercepat langkahnya menuju ruang keluarga, tangisan Ochi serta bujukan dari asisten rumah tangga dan kedua abangnya membuat Laqueta menjadi khawatir. Ochi memang mudah sekali merajuk, tetapi jarang menangis dengan sangat kuat seperti sekarang ini.

"Ochi kenapa, Nak?" tanya Laqueta setelah berada di ruang keluarga.

"Mami." Ochi langsung memeluk Laqueta dengan erat, tangisannya semakin kencang ketika Laqueta mengusap punggungnya.

"Kenapa, Nak? Kenapa Ochi nangis? Ada yang sakit, sayang?" Laqueta khawatir lalu memeriksa tubuh anaknya untuk memastikan tidak ada yang terluka.

"Mami tadi Ochi jatuh dari tangga." Ojwala yang menjawab pertanyaan Laqueta karena Ochi terus saja menangis.

Laqueta semakin khawatir mendengar itu. "Apa yang sakit, sayang?"

Meesam meletakkan barang-barang belanjaan mereka ke atas meja lalu menghampiri Ochi yang masih terus menangis.

"Sini Papi gendong." Meesam mengangkat Ochi lalu membawanya ke luar rumah agar anaknya itu merasa lebih tenang.

Laqueta menghampiri Ogya dan Ojwala yang terlihat takut. "Kenapa Ochi bisa jatuh, Nak?" tanya Laqueta dengan lembut.

Ogya memeluk Laqueta lalu menangis, Laqueta membalas pelukan Ogya untuk menenangkan anaknya itu. "Ogya kenapa ikutan nangis, Nak?"

"Tadi Ochi jatuh karena Ogya, Mi," jawab Ogya pelan, Laqueta mengusap air mata Ogya lalu memegang pipi putranya dengan kedua tangannya.

Byakta Family [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang