Anatasya Winara, adalah gadis cantik 17 tahun. Terlihat begitu imut dengan bola mata bonekanya. Hari ini, adalah hari pertama dia akan memasuki kelas dua belas setelah dua minggu sebelumnya liburan akhir semester.
Pagi ini, Winara sudah terlihat anggun dan manis dengan pakaian sekolahnya. Dia berjalan menuruni anak tangga, satu demi satu, menuju ruang makan keluarganya.
"Pagi, Ma, Pa!" sapanya pada kedua orang tuanya.
"Pagi, Sayang!"
"Della mana, Ma?" tanyanya pada wanita empat puluh lima tahun yang bernama Anara itu.
"Della sudah berangkat dari tadi, katanya dia takut terlambat" jawab Anara. Dan Winara hanya mengangguk akan jawaban ibunya.
Lalu, sarapan pagi hari ini pun berlangsung dengan keheningan, sebab dalam keluarganya sudah dikatakan tidak boleh berbicara di saat makan, sebab itu tidak akan baik. Maka dari itu, tak ada sedikit pun suara di sini, kecuali dentingan sendok dan piring yang bersatu.
Setelah sarapan, Winara langsung saja berpamitan kepada Anara. "Ma, aku berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum!" pamitnya, seraya mencium punggung tangan Anara.
"Wa'alaikumussalam, hati-hati, ya!"
"Yaudah, aku berangkat dulu ya, Ma. Assalamu'alaikum!" ucap Wino mencium kening istrinya. Lalu, disambut dengan kecupan lembut pada punggung tangannya oleh Anara. "Wa'alaikumussalam, hati-hati ya, Pa!"
Lalu, mereka berdua langsung saja berangkat menuju sekolahnya Winara. Di tengah perjalanan, Winara hanya bisa diam tanpa berkata. Sebab bukan apa, tapi dia memang tidak terlalu dekat dengan ayahnya, mangkanya di saat dia berada di dekat ayahnya, dia selalu merasa canggung. Bukannya tak ingin membiasakan diri, tapi sifat ayahnya terhadap dirinya memang berbeda. Terlebih, keberadaan ayahnya yang terlalu sering pergi meninggalkan keluarga demi kepentingan negara.
Tak lama kemudian, akhirnya mobil Wino pun sampai di halaman pekarangan sekolahnya Winara. Langsung saja gadis itu mengulurkan tangannya kepada Wino, "Aku berangkat, Pa. Assalamu'alaikum!" Setelah mencium punggung tangan Wino, Winara langsung saja turun dari mobil ayahnya itu, lalu memasuki pekarangan sekolahnya.
...
"Assalamu'alaikum!" salamnya menghampiri kawanan yang saat ini telah berkumpul di sebuah meja kantin. Mengapa dia tidak ke kelas? Sebab, saat ini kelasnya belum ditentukan.
"Wa'alaikumussalam!" jawab ketiga temannya yang ada di sana—Gita, Anayra, dan Vioni. Sedangkan, dua lainnya di antara mereka—Zena dan Queen, mereka adalah nonis.
"Hei, kenapa lambat, Ra?" tanya Zena. Winara yang akan duduk di sebelah Gita pun mengalihkan pandangannya ke arah Zena.
"Tidak kenapa-kenapa," jawab Winara dengan entengnya.
"Yaelah, lo ini." Zena pun hanya bisa mendengus kesal.
"Eh, guys! Kalian tau, gak? Hari ini ada siswa baru, loh!" ujar Vioni dengan hebohnya.
"What??? Ganteng, gak?" tanya Queen, Gita, dan Anayra dengan hebohnya.
"Hehehe ... gak tau, gue" cengir Vioni dengan santainya.
"Kebiasaan!" ucap mereka serentak, kecuali Winara.
"Ya, mana aku tau, kalian tanya aja noh sama Nara, di akan Waktos, siapa tau kenal gitu," sahut Vioni yang membuat Winara langsung mengerutkan dahinya.
"Lah, kenapa aku?"
"Gimana, Ra?"
"Ganteng, gak?"
"Yaa Allah, kalian ini. Itu enggak ada urusannya sama aku kali," ucap Winara dengan memutar bola matanya malas.
"Siapa tau, tau gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertama untuk Terakhir (End)
Teen Fiction[FiksiRemaja-Spiritual] "Dia hadir dalam genggaman kepiluanku."-Winara "Dialah permata indah yang harus dijaga."-Haidar Cerita yang berawal untuk diakhiri. Dan cerita pertama untuk terakhir. 11 Agustus-27 November 2021 ©Resa Hidayahtri