#Part-16#

39 7 1
                                    

"Zidan, ini adalah Gabriella Aqilla Azhar, Gaby."

Deg.

"Ga-gaby?" lirih Haidar yang sepertinya tengah terkejut tersebut. Bahkan, ada cairan bening yang langsung mengalir dari kelopak matanya.

Sontak, Gaby yang mendengarkan namanya tersebut itupun langsung membekap mulutnya dan menitikkan air matanya secara bersamaan. Dan dilanjutkan dengan dia yang langsung memeluk Haidar yang pada saat itu berusaha untuk bangkit dari posisinya. Sama halnya dengan Gabriella, Haidar langsung saja membalas pelukannya Gabriella dan menangis di dalam pelukan gadis itu. Bodo amat, jika dia dikatakan cengeng oleh siapapun untuk saat ini, karena jujur rasa rindunya itu benar-benar tidak bisa lagi untuk ditahan.

"Ish, cengeng!" ejek Gabriella ketika melepaskan pelukan mereka.

"Gaby juga," ejeknya lagi. Dan setelah itu terciptalah gelak tawa di antara mereka berdua.

Dari sini Winara bisa menilai, jika Haidar yang sesungguhnya bukanlah dingin dan terlihat begitu buruk. Namun, pria itu adalah pria yang sangat hangat dan penyayang untuk orang-orang terdekatnya.

"Ra," panggil Syifa yang membuat Winara tersentak dari lamunannya.

"Eh, iya Tan?" tanyanya yang langsung tersadar.

"Kamu sudah sarapan?" tanya Syifa.

"Sudah Tan, tadi Nara dan Gaby udah sarapan bareng di rumah," jelasnya. Dan penjelasan itu malah membuat Syifa dan Haidar terkejut.

"Gaby nginap di rumah lo?" tanya Haidar seketika.

"Iya, saya dan Gaby itu sudah kenal sejak dulu dan kami sudah seperti keluarga. Jadi, karena kebetulan Gaby sudah lama tidak di Indonesia, jadi mama saya meminta Gaby untuk nginap di rumah kami saja," jelas Winara dan diangguki oleh Gabriella.

"By, kamu gak akan ninggalin aku lagi, kan?" tanya Haidar terlihat sangat berharap.

Gabriella yang ditanya itupun seketika menjadi merubah raut wajahnya. Jujur, sebenarnya ini bukan keinginannya untuk kembali ke Eropa. Namun, ini karena paksaan dari daddynya yang sampai mengancam Gabriella. Jika, Gabriella tidak kembali ke Eropa dalam waktu dua hari ini, maka Gabriella akan tau sendiri akibatnya terhadap keluarnya yang berada di Indonesia.

"Em ... sepertinya waktuku tidak banyak lagi. Ra, ayo!" ajaknya yang langsung menarik tangan Winara.

"By, kamu mau ke mana?" tanya Haidar yang berusaha untuk bangkit dari posisinya.

"Maaf, Dan!" ucapnya, lalu menarik Winara agar segera keluar dari ruangan rawat itu. Dan Winara yang langsung ditarik itupun hanya pasrah dan mengikuti langkah gadis itu, namun terlebih dahulu dia ucapkan salam meninggalkan ruangan itu.

"By!" panggil Haidar, namun sama tidak menghentikan langkahnya. Dan hal itu seketika sontak membuat Haidar langsung memaksakan dirinya untuk bangkit dari posisinya. Namun, hal tersebut langsung dicegah oleh Syifa.

"Zidan, kamu mau ke mana, Nak?" tanya Syifa yang menahan pergerakan anaknya.

"Ma, Gaby. Gaby, Ma!" ucapnya seraya berusaha melepaskan tahanan mamanya.

"Zidan, kamu masih butuh istirahat, Nak. Kamu jangan terlalu banyak gerak," ucap Syifa. Namun, Haidar sama sekali tidak mendengarkannya.

"Zidan!" bentak Syifa spontan dan itu seketika langsung membuat Haidar berhenti untuk memberontak dan menatap Syifa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Z-zidan, ma-maafin Mama, Nak. Mama gak bermaksud seperti itu," ucap Syifa yang baru saja sadar akan bentakannya. Namun, Zidan yang sudah terlanjur terkejut dan terbawa perasaan, seketika langsung mencengkram erat tepian brankarnya.

Pertama untuk Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang