Kring!!!
Bel masuk pun untuk saat ini telah berbunyi dan untungnya, saat ini Winara telah memasuki pekarangan sekolahnya. Dengan langkah santai, gadis itupun menuju kelasnya. Namun, belum sempat dia sampai di pintu kelasnya, Winara sudah dihadang oleh seorang siswa.
"Ra," panggilnya dengan napas yang terengah.
"Eh, ada apa ni?" tanya Nara dengan heran.
"Gimana keadaannya Haidar? Dia baik-baik aja, kan? Kata tante Syifa, tadi lo ke rumah sakit."
"Dia baik-baik aja, hanya masih butuh istirahat," jelas Winara.
"Jadi, sehabis dia kejang-kejang semalam, dia siuman?" tanya siswa itu lagi. Dan pertanyaan itu bukannya langsung mendapatkan jawaban dari Winara, namun tatapan terkejut dari gadis itu.
"Kamu tau dari mana, Do?" tanyanya balik.
"Lah, lo gak tau? Tapi, semalam sebelum gue tinggalin Haidar, dia sempat kejang-kejang. Awalnya gue gak mau pulang saat itu, tapi sayangnya adik gue juga sendirian di rumah dan gue gak bisa ninggalin adik gue gitu aja," jelas Aldo. Dan itu hanya membuat Winara terdiam dengan seribu pertanyaan di dalam benaknya.
"Berarti, lo gak tau?" tanya Aldo memastikan lagi. Dan Winara hanya menggeleng pelan akan hal itu.
"Hm ... yaudah, Bu Tina udah datang noh, mendingan kita masuk dan nanti kita bicarakan lagi," ucapnya seraya mulai meninggalkan Winara dan memasuki kelas mereka, begitu sebaliknya dengan Winara.
...
Jam pelajaran pun telah berlalu, hingga saat ini jam istirahat pun datang. Winara yang sedari tadi sudah menahan laparnya, segera saja beranjak ke kantin dan membeli sepiring somay dan memakannya di salah satu meja kantin yang kosong. Di tengah acara memakannya, tiba-tiba para sahabatnya datang dengan membawa makanan di tangan mereka masing-masing.
"Loh, Ra? Tumben udah tinggal setengah gitu?" tanya Zena keheranan. Biasanya, jika mereka belum hadir, Winara juga tidak akan menyentuh makanannya terlebih dahulu.
"Hehehe iya, lapar soalnya," cengirnya.
"Ooh ... yaudah, dilanjutin aja, Ra. Jangan berhenti juga, kita kan juga mau sama-sama makan," ucap Vioni mentoleransi.
Dan akhirnya mereka semua pun menikmati makanan siang mereka masing-masing. Hingga akhirnya, Queen membuka suaranya.
"Aku dengar, si Haidar kecelakaan ya, Ra?" tanyanya. Dan seketika itu juga Winara menghentikan makanannya dan menatap Queen dengan serius.
"Kamu tau dari mana?"
"Yaa Allah, Ra. Si Haidar itu sudah menjadi most wanted di SMA ini, jadi jangan heran apapun berita tentang dia bakalan tersebar dengan cepat di penjuru sekolah ini," jelas Gita.
"Jadi, benarkan, berita itu?" tanya Queen lagi.
"Hm ...," dehemnya dan kembali melanjutkan makannya.
"Terus, keadaannya sekarang gimana?" tanya Zena ikut penasaran dan diangguki oleh yang lainnya.
"Alhamdulillah udah mulai membaik, hanya saja butuh istirahat yang masih cukup."
"Dan lo udah jenguk dia?" tanya Vioni.
"Hm ... dan rencananya nanti aku juga mau ke rumah sakit lagi," jawab Winara seraya mengunyah makanannya.
"Cie ...," seru mereka berlima dengan serentak, hingga membuat Winara langsung tersedak oleh somaynya.
Dengan cepat, Winara langsung meminum airnya dan menatap sinis kelima temannya. Namun, bukannya mereka berhenti mengejek Winara, tetapi malah menertawakan Winara yang saat ini terlihat tidak suka.
"Kamu naksir sama Haidar, Ra?" tanya Anayra yang sudah berhenti dari tawaannya.
"Ha? Eh, enggaklah. Aku ini cuma punya tugas bimbing dia selama satu minggu ini dan hari ini adalah hari terakhir aku bimbing dia. Jadi, hari ini aku bakalan nemuin dia buat mengakhiri masa pengenalan lingkungannya," jelas Winara.
"Cuma punya tugas!" ejek mereka semua seraya menirukan nada bicara Winara. Dan tentunya, hal itu sangat membuat Winara kesal untuk saat ini.
"Ish, kalian. Terserah deh, aku gak peduli," kesalnya, lalu mulai beranjak dari duduknya dan meninggalkan mereka semua.
"Eh, Ra! Kamu mau ke mana?" tanya Anayra.
"Ke ruang OSIS, kalau di sini mulu, meleleh es moci aku," ucapnya ngasal dan benar-benar meninggalkan mereka semua dengan tawa yang menggelegar.
Di ruangan OSIS, Winara mengambil sebuah buku catatan kecil di dalam laci mejanya dan menuliskan sesuatu di atas itu. Lalu, membawanya keluar dari ruangan OSIS dan mengunci ruangan itu.
Setelah dari ruangan OSIS, Winara pun segera beranjak menuju kelasnya dan mulai mengikuti kegiatan PBM selanjutnya.
Sampai akhirnya jam sekolah berakhir dan hal itu juga membuat Winara segera beranjak dari kelasnya.
"Ra!" panggil kelima sahabatnya yang melihat Winara baru saja keluar dari kelasnya.
"Apalagi?" juteknya.
"Ish, juteknya si Maemunah," ucap Zena ngasal.
"Ada apalagi, Zena?" ucapnya lemah-lembut.
"Ish, geli gue, Ra."
"Huh ... ada apa? Kalian mau ngajakin aku ke mall? Atau mau main? Atau nongkrong? Aku gak bisa, maaf ya. Yaudah, aku duluan ya, bye!" Dan Winara pun mulai meninggalkan kelima sahabatnya.
"Eh, Ra. Bukan gitu, kami mau ikut kamu ke rumah sakit, boleh? Kami juga mau jenguk Haidar. Ngitung-ngitung pelepas rindu ketemu cogan gitu," jelas Queen.
"Tujuannya itu? Serius? Keknya jangan deh, di rumah sakit itu banyak yang kek mumi, dan aku yakin kamu bakalan gak kuat," ucapnya menakuti.
"Ish, Ra. Kami serius. Boleh, ya!" pinta Queen mewakili yang lainnya.
"Huh ... yaudah, terserah kalian aja." Dan akhirnya mereka berlima pun tersenyum senang, lalu mulai mengikuti Winara yang mulai keluar dari pekarangan sekolah mereka.
"Eh, nanti kita mampir ke toko kue bentar, ya! Aku mau beliin kue sebagai buah tangan kita dulu. Masa iya mau jenguk, gak ada bawa apa-apa," jelas Winara dan hanya diangguki setuju oleh yang lainnya.
...
Setibanya mereka di rumah sakit, mereka berenam langsung saja menuju ruangan rawatnya Haidar dan tentunya dipimpin oleh Winara. Namun, di saat di tengah perjalanan menuju ruangan rawatnya Haidar, Winara berpapasan dengan anak-anak geng motornya Haidar, yang mana di sana juga ada Felix, Aldo, dan Gibran.
"Eh, Ra? Lo ngapain di sini?" tanya Felix heran.
"Jenguk oranglah, masak mau jenguk hewan," sahut Gita dengan juteknya.
"Lah, siapa yang ngomong sama lo Markonah?" timpal Felix yang membuat Gita kesal sendiri.
"Lo mau jenguk Haidar, Ra?" tanya Aldo yang seolah-olah sudah tahu. Dan Winara pun hanya mengangguk akan hal itu.
"Ooh ... yaudah, ayo! Kita bareng-bareng aja," ucapnya dan Winara pun kembali melanjutkan langkahnya menuju ruangan Haidar bersama dengan para kawanannya dan diikuti oleh anak-anak geng motor Haidar. Dan tentunya, di saat Gita melewati Felix, tak lupa dia menjulurkan lidahnya ke arah Felix, sehingga membuat pemuda itu kesal akan kelakuannya Gita.
"Assalamu'alaikum!" salam mereka memasuki ruangan rawatnya Haidar.
"Wa'alaikumussalam, eh ada teman-temannya Zildan?" terkejutnya Syifa yang saat itu tengah mengobrol bersama dengan putranya.
"Iya, Tan" jawab mereka semua.
"Oh, ayo, silahkan masuk!" titahnya seraya bangkit dari posisi duduknya.
Dan mereka semua pun langsung memasuki ruangan rawatnya Haidar yang dimulai oleh Winara dan mereka semua pun menyalami Syifa secara satu persatu. Dan tak lupa juga Winara menyerahkan buah tangan yang dia bawa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pertama untuk Terakhir (End)
Novela Juvenil[FiksiRemaja-Spiritual] "Dia hadir dalam genggaman kepiluanku."-Winara "Dialah permata indah yang harus dijaga."-Haidar Cerita yang berawal untuk diakhiri. Dan cerita pertama untuk terakhir. 11 Agustus-27 November 2021 ©Resa Hidayahtri