#Part-3#

65 12 0
                                    

"Ra, kita ke UKS aja, yuk!" ajak Zena yang saat itu tengah mengantarkan Winara ke kelasnya bersama dengan keempat sahabatnya yang lainnya.

"Enggak usah, aku gak pa-pa, kok. Ini cuma luka kecil, juga" ucapnya yang masih saja sempat-sempatnya untuk tersenyum.

"Ih, benar-benar tu anak baru. Awas aja kalau dia lewat di depan gue, gue bakalan gebukin tu anak," ucap Gita dengan begitu kesalnya.

"Udah Git, aku juga gak pa-pa, kan. Lagian dia gak sengaja dan aku juga salah, kenapa malah nekat buat misahin mereka."

"Iya, tapikan setidaknya dia bertanggung jawab, Ra. Gak kaya gini, yang malah ditinggalin gitu aja," jawab Vioni yang juga tidak terima.

"Ih, kalian pada kenapa, sih? Tadi katanya pada mau minta nomor dia. Eh, sekarang? Kok malah gak suka gitu?" tanya Winara dengan nada mengejeknya.

"Gak!" ucap mereka berlima serentak.

"Percuma ganteng, tapi gak tanggung jawab!"

"Percuma ganteng, tapi gak punya attitude!"

"Percuma ganteng, tapi gak bisa ngehormatin cewek!"

"Percuma ganteng, tapi gak berani minta maaf!"

"Percuma ganteng, tapi gak .... Gak apa, ya? Lupa gue," cengir Queen seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Percuma cantik, tapi kita gak bisa berpositif thinking," timpal Winara seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Dan seketika itu juga mereka semua terdiam dan hanya bisa menunduk.

"Udah ya, makasih udah antarin aku ke kelas. Maaf, malah buat kalian repot gini," ucapnya memecah suasana hening di antara mereka.

"Iya Ra, gak pa-pa. Kami semua cuma takut lo kenapa-kenapa. Yaudah, lo baik-baik di kelas ya, kami juga mau ke kelas," ucap Zena yang diangguki oleh yang lainnya.

"Iya, kalian juga hati-hati!" Lalu, setelah itu, Winara pun memasuki kelasnya itu. Dan begitu juga dengan kelima teman-temannya yang langsung menuju kelas mereka masing-masing.

Di dalam kelasnya, Winara langsung saja duduk di bangkunya. Namun, baru saja dia mendudukan dirinya di kursi, sebuah kotak P3K malah tersodor di hadapannya.

"Obatin luka lo!" ucap seseorang yang menyodorkan kotak itu dengan dinginnya. Dan sontak, alis Winara malah terangkat, bertanya akan perihal apa yang siswa itu lakukan.

"Pipi lo terluka, gue gak mau sampai pipi lo bengkak gara-gara gue tadi." Setelah mengatakan itu, siswa yang bernama Haidar itupun meletakkan kotak itu di atas mejanya Winara dan berlalu dari hadapan gadis itu.

Winara yang mendapatkan perlakuan itu, bukannya menurut, namun malah menggeleng-gelengkan kepalanya tidak setuju. Lalu, dia pun berdiri dari tempat duduknya dan membawa kotak P3K itu. Membawanya kembali ke hadapan siswa tadi.

Haidar yang saat itu tengah mengatap layar handphone-nya,  langsung menengadahkan kepalanya menatap Winara.

Tanpa diperintah, Winara langsung saja mengambil kursi yang berada di sebelah tempat duduk siswa itu dan duduk menghadap ke arah siswa itu. Winara pun membuka kotak P3K tadi, mengeluarkan kapas serta rivanol, lalu menuangkannya sedikit pada kapas.

"Eh, lo mau ngapain?" tanya siswa itu keheranan di saat Winara malah mengarahkan kapas itu ke arah dirinya.

"Diam!" perintahnya, lalu mulai menempelkan kapas itu pada sudut mata pria itu.

Haidar yang saat itu mendapatkan perlakuan dari sosok gadis yang sama sekali tidak dia kenal ini pun entah mengapa menjadi bungkam.

"Oh iya, nanti soal aturan di SMA ini, saya kirim lewat WA saja. Jadi, mohon dibaca setiap aturan yang saya berikan nanti, supaya hal tadi tidak terulangi lagi," ucapnya di saat mengobati luka pada sudut bibir siswa itu.

"Sudah," ucapnya kembali setelah selesai mengobati luka siswa itu dan memberesi semua barang-barang yang dia kenakan tadi.

"Luka lo?" tanya Haidar secara spontan yang sejak tadi tidak bisa mengalihkan tatapannya dari gadis itu.

"Ini cuma luka kecil, gak separah luka kamu. Jadi, ini tidak apa-apa." Winara pun bangkit dari duduknya, lalu membawa kotak P3K itu pergi dari sana. Tapi, sebelum itu.

"Gue Haidar Andreas Zidan," ucapnya seraya mengulurkan tangannya ke arah Winara.

"Winara." Dan setelah berucap itu, Winara pun akhirnya benar-benar pergi dari hadapan siswa itu dan kelasnya, menuju UKS.

...

Malam ini, Winara hanya sendirian di dalam kamarnya, bergulat dengan laptop yang berada di hadapannya itu. Entah apa yang tengah dia perhatikan saat ini, namun dia terlihat begitu sangat fokus akan apa yang dilihatnya.

Lalu, dia beralih pada handphone-nya, mengirimkan sebuah file melalui bluetooth. Dan meneruskan file tersebut kepada seseorang.

+62895*********

🗒️File Dokumen-Tata Tertib Siswa
20.00✓✓

Assalamu'alaikum! Ini saya Winara. Mohon jangan lupa dibaca tata tertibnya! Terima kasih.
20.01✓✓

Wa'alaikumussalam, ok!

20.02                           

Jika ada yang tidak dimengerti bisa langsung bertanya pada saya.
20.03✓✓

Setelah pesan singkat itu, Winara langsung memberesi semua barang-barang yang tadinya berantakan di atas tempat tidurnya ke atas meja belajar yang berada di depan tempat tidurnya. Lalu, setelah memberesi semua perkakasnya, Winara mulai merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya itu.

Di lain sisi. Haidar yang barusan saja mendapatkan notif dari nomor tidak terkenal langsung saja membuka gawainya itu.

"Siapa, sih?" tanyanya dengan begitu tidak suka.

"What? Dari mana ni anak dapat nomor gue?" ucapnya lagi. Lalu, membalas dengan singkat pesan yang masuk itu. Dan langsung menyimpan nomor yang tadinya tidak dikenal tersebut dengan nama Cewek Aneh.

"Eh, siapa tu?" Tiba-tiba saja, seseorang menepuk bahunya Haidar dari belakang, membuat pria itu malah terkejut.

"Apaan, sih?" tanyanya seraya menyembunyikan ponselnya itu ke dalam sakunya.

"Yaelah, pasti cewek baru lagi, kan?" tanya seseorang tadi, yang tak lain adalah Felix. Cowok yang tadi sempat berkenalan dengan Winara, namun tidak digubrisi oleh gadis itu.

"Enggak."

"Terus?" tanyanya yang masih saja penasaran.

"Wakil OSIS."

"What? Winara? L-lo? Kenapa bisa dia ngehubungin dia? Gue aja dicuekin tadi, loh" ucapnya tidak terima. Dan Haidar pun hanya bisa mengedikkan bahunya tidak tahu akan hal itu.

"Ini gak adil, masa sama lo dia malah mau kenalan? Kenapa sama gue enggak? Padahal, gue ini kan lebih ganteng daripada lo," ucap Felix tidak terima.

"Terserah lo," ucap Haidar yang terlihat acuh dan malah meninggalkan Felix sendirian di sana.

"Eh, lo mau ke mana? Gue nyebeng, soalnya gue gak bawa motor hari ini," ucapnya mengejar langkah kaki Haidar yang ingin menaiki motor ninjanya itu.

"Gak. Lo di sini aja bareng anak-anak. Gue ada urusan sebentar. Nanti, kalau geng Federos datang, siapa yang bakalan melawan mereka kalau lo gak ada di sini."

"Bila Bang Zidan sudah berkata panjang, maka Dede Felix hanya bisa menuruti," ucapnya dengan sok imutnya.

"Alay!" Hanya satu kata itu yang bisa Haidar sampaikan, lalu dia pun melajukan motornya meninggalkan pelantaran basecamp Haidar.

Pertama untuk Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang