#Part-30 (Spesial End)#

182 12 2
                                    

Kring!!!

Bel pulang sekolah pun telah berbunyi. Membuat siswa dan siswi berhamburan dari kelas mereka masing-masing.

"Zidan!" panggil Gabriella pada siswa yang saat ini tengah sibuk memainkan handphone-nya.

"Em?" tanyanya tanpa mengalihkan pandangan.

"Ayo!" ajak Gabriella terlihat sangat tidak sabaran.

"Sabar, By!" tanggap Haidar dengan kekehan kecilnya.

"Ayo!" desaknya lagi. Dan dengan kekehan yang masih tercipta, Haidar pun menuruti kemauan kembarannya itu. Mereka meninggalkan kelas itu yang hanya dihuni oleh keheningan dan kesunyian.

Di setiap langkah yang mereka lalui, Haidar tak lupa untuk menghiasinya dengan canda tawa yang telah lama tak hadir. Jika saja Haidar boleh jujur, untuk saat ini dia benar-benar bahagia akan semua ini.

Melihat tawa dari kembarannya sendiri dengan penuh kebahagiaan yang mungkin saja sama seperti yang Haidar rasakan.

Hingga akhirnya, mereka berdua pun sampai di parkiran. Langsung saja Haidar menaiki motornya itu dan diikuti oleh Gabriella yang duduk di belakangnya. Untung saja gadis itu menggunakan celana training, jadi auratnya pun tidak akan terlihat.

Haidar pun langsung menancapkan gas motornya menuju rumah sakit yang biasa dia kunjungi setiap harinya. Hari ini, Haidar yakin jika Winara akan bahagia dengan kejutan ini.

Tak henti-hentinya dia tersenyum di balik helmnya itu, mengingat bagaimana senangnya Winara ketika melihat kedatangan Gabriella.

Hingga akhirnya, mereka pun sampai di rumah sakit itu. Langsung saja Haidar membawa Gabriella untuk memasuki kawasan rumah sakit itu dan menuju ruangan rawatnya Winara.

"Assalamu'alaikum!" salamnya tatkala memasuki ruangan rawat itu.

"Wa'alaikumussalam," jawab semua orang yang ada di sana.

"Gaby?" ucap Syifa antusias. Dan itu seketika membuat pandangan semua orang teralihkan ke arah Gabriella.

Dengan ragu, Gabriella pun menatap Haidar. Haidar yang tahu maksud Gabriella pun menganggukkan  kepalanya.

Dengan langkah yang berat, akhirnya Gabriella memasuki ruangan itu, menghampiri brankar yang saat ini tengah di tempati oleh Winara.

Dia pun menatap Syifa yang saat ini tengah berada di hadapannya. Dengan tangan yang terlihat ragu, Gabriella meminta tangan Syifa guna dia cium. Dan ya, seketika Syifa langsung memberikannya dan langsung memeluki putrinya itu.

Gabriella yang merasakan ada ketenangan di dalam pelukan itupun akhirnya mencoba untuk membalas pelukannya. Jujur, Gabriella sebenarnya rindu akan pelukan itu. Namun, rasa kecewanya terlalu besar untuk menghalangi agar mau memeluk ibunya sendiri.

"Kamu apa kabar, Nak?" tanya Syifa yang saat ini telah menitikkan air matanya.

"Baik," jawabnya singkat. Lalu, kembali fokus kepada Winara yang saat ini hanya menatapinya.

"Gaby?" lirih Winara dengan nada bingung.

"Iya, Ra. Ini aku. Kamu kenapa, Ra?" tanyanya yang langsung duduk di samping brankarnya Winara dan menggenggam tangannya Winara.

Winara pun hanya menggeleng seraya tersenyum. Seolah-olah menjawab, jika dia baik-baik saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Kamu gak usah bohong, Ra. Aku tau semuanya. Zidan udah cerita semuanya sama aku. Tapi, kenapa kamu tidak pernah menceritakan itu sama aku, Ra? Please, Ra! Jangan kaya gini, kasihan mama, mama pasti sedih liat kamu kaya gini. Apalagi, papa ...," ucapnya dengan sedih.

Pertama untuk Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang