#Part-8#

51 10 1
                                    

"Kak!" panggil Della yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya Winara.

"Eh, iya. Kenapa?" tanya Winara yang langsung menatap adiknya.

"Kakak dicariin sama seseorang, katanya ada perlu sesuatu," ucap Della memberi tahu.

"Siapa?" herannya.

"Gak tau, katanya teman Kakak" jelas Della yang membuat alis Winara langsung saling tertaut.

"Siapa sih?" lirihnya yang masih saja merasa bingung.

"Ya, disamperinlah Kak," ucap Della seraya memutar bola matanya.

"Hm, oke deh." Dan akhirnya Winara pun meninggalkan adiknya di sana, beranjak untuk menemui seseorang yang saat ini tengah menunggunya di teras rumahnya.

"Maaf," lirih Winara pada orang yang tengah membelakanginya itu. Mendengar itu, seseorang itupun langsung membalikkan badannya menghadap ke arah Winara.

"Gaby?" ucapnya spontan terkejut. Dengan cepat, Winara langsung saja memeluk gadis itu dengan erat.

"Aish, sesak ni," rintih gadis itu seraya berusaha melepaskan pelukan Winara yang sangat erat.

"Kapan pulang?" tanyanya tanpa mengubrisi perkataan gadis yang bernama Gabriella Aqilla Azhar itu.

"Aku gak disuruh masuk dulu? Mau sampai kapan kalau gitu? Kasihan tau sofa di dalam dianggurin aja," candanya.

"Hahaha ... kamu gak berubah ya, masih tetap Gaby yang sama, walau udah bertahun-tahun di Eropa. Ayo, masuk!" ajaknya seraya menarik tangan Gabriella untuk masuk ke dalam dan membawanya ke ruang tamu.

"Kamu duduk dulu aja, aku mau ke belakang bentar, oke!" Dan Winara pun langsung meninggalkan Gabriella sendirian di ruang tamu, guna mengambil minum serta cemilan untuknya.

Dan tak lama kemudian gadis itupun kembali dengan apa yang dia ambil di dapur tadi.

"Kenapa harus repot-repot gini segala, sih? Kan aku bisa ambil sendiri, dan lagian kayanya denah rumah kamu masih sama kek yang dulu," cerocosnya Gabriella.

"Hahaha ... gak pa-pa, kamu kan udah lama gak ke sini, jadi sekarang aku jadiin ratu sehari aja."

"Eh, Mama mana?" tanya seraya clingak-clinguk mencari seseorang.

"Mama tadi pergi ke supermarket, jadi cuma ada aku dan Della di rumah."

"Ooh ... Eh, btw gimana kabarnya orang tua kamu?" tanya Winara seraya menatap Gabriella serius.

"Hm ... gak berubah. Dady masih di Eropa sama istrinya dan mama udah bersama laki-laki lain sekarang. Dan kembaranku ...." Seketika, raut sedih pun menghiasi wajah Gabriella.

"Lalu, kamu ke Indonesia sama siapa?" tanya Winara seraya mengusap lembut punggung tangan sahabatnya itu.

"Aku sendirian Ra, dan bahkan sekarang mama belum tau kalau aku udah pulang," jelas Gabriella.

"Em ... udah, gak pa-pa jangan sedih lagi, kamu masih punya aku dan Allah. Apapun yang terjadi, In Syaa Allah aku akan tetap menemani kamu." Winara pun memeluk Gabriella dengan begitu hangatnya. Dan untuk kali ini dibalas hangat pula oleh gadis itu.

...

Di lain sisi. Saat ini, Haidar tengah berkumpul dengan anak-anak motor lainnya, termasuk Felix, Aldo, dan Gibran.

"Eh, k*d*l, gue belum main, woi!" teriak Felix terlihat tidak terima.

"Lah, gue kira lo udah main, mana gue tau" ucap Aldo dengan santainya.

"Sabi-sabinya lo curang ya," ucap Felix yang masih saja tidak terima.

"Bodo lah. Udah ah, gue capek main sama lo." Tanpa aba-aba, Aldo pun langsung meninggalkan Felix sendirian bersama dengan caturnya.

"Eh, b*ngs*t! Lo malah duain gue," makinya. Dan tentu saja Aldo sama sekali tidak mempedulikannya, melainkan keluar dari tempat tongkrongannya itu.

"Eh, Dan. Lo udah gak pa-pa? Kok malah di sini?" tanyanya yang mendapati Haidar yang saat itu tengah bermenung di atas motor anak-anak.

"Hm ... gak pa-pa." Lagi-lagi, hanya itu yang dia sampaikan ketika kondisinya yang sebenarnya bukanlah baik-baik saja.

"Dan, gue tau, lo itu sebenarnya lagi mikirin keluarga lo. Tapi, jangan lo buat kondisi lo memburuk juga," nasehatnya.

Mendengar itu, Haidar hanya mampu mengusap wajahnya yang sedikit pucat itu dengan kasar. Jujur, dia benar-benar bingung saat ini.

"Al, gue mau tau. Tadi, yang bantuin gue buat tenang siapa?" tanyanya penasaran.

"Oh itu, tadi si Winara yang bantuin. Entah dari mana dia bisa berinisiatif untuk membawakan lo air hangat sama kompresan tadi," jelas Aldo seraya mengedikkan bahunya tidak tahu.

"L-lo serius?" tanyanya yang masih tak yakin.

"Iya, gue pun sempat bingung sebelumnya. Karena pasalnya, selama ini Winara gak pernah ikut PMR ataupun perhatian sama seseorang, apalagi cowok. Dan hari ini, gue benar-benar melihat sisi berbedanya dia. Kaya sisi kelembutannya gitu, deh."

"Memang, selama ini dia gak pernah lembut atau baik?" tanya Haidar lagi yang semakin penasaran.

"Kalau lembut sih kayanya buat kaum kita enggak. Tapi, kalau baik mungkin aja dia pernah buat baik, hanya saja gue yang gak pernah liat." Dan pernyataan itupun hanya mendapatkan ekspresi datar dari Haidar.

"Lah, emang gue salah ngomong?" tanyanya polos.

"Enggak, omongan lo udah benar. Cuma fungsi penggunaan bahasa lo aja yang harus diperdalami." Dan akhirnya, Haidar pun beranjak dari posisinya, meninggalkan Aldo.

"Lah?"

Haidar yang meninggalkan Aldo itupun akhirnya memutuskan diri untuk masuk ke dalam rumah yang merupakan bagian dari tempat tongkrongan mereka. Di sana, dia mendudukkan dirinya di sofa yang berada di ruang tamu dan membuka gawainya.

Cewek Aneh

Makasih
14.45✓✓             

?
14.45

Karena udah nolongin gue
14.46✓✓                                     

Oh, iya
       14.46

Dan akhirnya chat antara kedua manusia itupun berhenti dengan begitu sinhkatnya. Namun, siapa kira, jika sebenarnya Haidar sangat ingin melanjutkan chattan itu, namun sayang gengsinya lebih tinggi. Sehingga, membuat dia memutuskan untuk membiarkan chat itu saja.

Dan beda halnya untuk Winara yang saat ini yang masih bersama dengan Gabriella.

"Eits, lagi chattan sama siapa, nih?" godanya yang melihat Winara begitu serius akan handphone-nya.

"Eh, gak ada." Langsung saja dia menyembunyikan handphone-nya itu.

"Kalau gak ada, kenapa disembunyiin segala?" tanya Gabriella yang merasa penasaran.

"Huh, gak ada apa-apa Gaby, cuma pesan dari teman," ujarnya dengan pasrah.

"Pasti cowok, kan?" tanya menyelidiki.

"Hm ...."

"Cie ...," ejek Gabriella.

"Apaan sih, dia cuma teman, By. Teman ya, bukan pacar. Lagian pacaran itu dosa. Gak ada gunanya."

"Nah, pintar!" Dan akhirnya terciptalah gelak tawa di antara mereka berdua.

Pertama untuk Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang