#Part-18#

39 7 0
                                    

Eropa

"Gaby!" Gadis manis yang tengah berkutat akan laptopnya itupun spontan memutar bola matanya dengan malas. Dia sudah tahu siapa yang memanggilnya itu.

"Gaby!" Panggilan itu terulang lagi. Gabriella yang benar-benar merasa muak akan panggilan itu seketika beranjak dari posisinya. Melangkah malas menuju wanita muda yang tengah menikmati snacks di depan televisi.

"Why?" tanya Gabriella dengan nada yang membentak. Jujur, dia sudah lelah sedari pagi disuruh-suruh seenaknya oleh wanita jalang ini. Berkali-kali Gabriella harus menuruti kemauan wanita ini, jika dia tidak ingin daddynya marah. Tetapi, semakin lama, Gabriella juga merasa muak akan semua ini. Dia ingin menyatakan keberatannya terhadap setiap keinginan wanita ini.

"Make me apple juice, I'm thirsty!" ucap wanita itu dengan dramanya yang khas.

"But, you can make it yourself," tolak Gabriella.

"Gaby, come on! You want your dad to be angry again when you come home?" ucap wanita itu lagi dengan beribu ancamannya.

Gabriella yang saat ini sudah benar-benar muak pun mendelik malas. "It's up to you what you want to do, and I won't care anymore what happens next!" bentak Gabriella, lalu berlalu dari hadapan wanita tersebut. Membuat wanita itu merasa begitu kesal dengan Gabriella yang sama sekali tidak menyukai wanita itu sejak awal. Bahkan, sampai sekarang pun Gabriella masih bisa mengingat betapa jahatnya wanita itu kepada dirinya sewaktu kecil dulu. Tetapi, ayahnya sama sekali tidak mempedulikan setiap aduan dirinya.

Dan sekarang, wanita itu masih saja sama, tiada perubahan. Bahkan, hal itulah yang membuat Gabriella tidak pernah menyayangi adik-adik tirinya. Tetapi, mau bagaimana lagi, Gabriella juga orangnya tidak tegaan ketika adiknya itu tidak mendapatkan apapun yang diinginkan oleh mereka dari ayah ataupun ibu tirinya Gabriella tersebut. Ketika itu terjadi, Gabriella dengan berat hati memberikan dan mengabulkan keinginan mereka tersebut.

Gabriella memang tidak bisa menyayangi adik tirinya itu, namun dia tidak pernah tegaan terhadap apapun yang terjadi pada adiknya itu. Mereka masih kecil, tidak pantas menangis dan merasa tidak bahagia begitu. Dan tentunya, hal itulah yang Gabriella rasakan ketika kecil dulu. Dia hanya tak ingin masa kecilnya yang dulu juga dialami oleh mereka.

"Kak Gaby!" anak kecil berseragam itupun tiba-tiba saja masuk ke kamarnya Gabriella dengan wajah girangnya.

Gabriella yang merasa kesal saat inipun hanya mampu memutar bola matanya malas untuk kesekian kalinya.

"I have something for you!" ucap anak kecil itu seraya membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya.

"This!"

"Why did you give this to me? Go! I don't want to be bothered for now!" bentaknya. Dan itu membuat anak kecil itu seketika merubah raut bahagianya menjadi sedih.

"But, why?" tanya gadis itu dengan sedihnya.

"I told you, get out!" bentaknya sekali lagi. Dan itu sangat membuat anak kecil itu mengerti dan langsung meninggalkan Gabriella sendirian di kamarnya.

Sepeninggalan anak kecil itu, Gabriella langsung saja menutup pintu kamarnya itu dengan rapat-rapat, lalu menitikkan air matanya dengan begitu lancar.

...

Indonesia

"Sya," panggil Haidar pada Winara yang saat ini tengah sibuk bermain bersama dengan Kayla.

Winara yang tengah bermain itupun hanya mengangkat sebelah alisnya, sebagai isyarat bertanya pada pria yang tengah asik akan handphone-nya itu.

"Kalau gue video call Gaby sekarang, dia bakalan keganggu gak sih?" tanyanya.

Pertama untuk Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang