#Part-9#

44 8 0
                                    

"Gaby malam ini ginap di sini aja, Nak. Kan udah lama gak di sini," ucap Anara yang saat ini tengah memasak bersamaan dengan kedua putrinya—Winara dan Gabriella. Bagi Anara, Gabriella itu sudah seperti anak kandungnya sendiri.

"Hehehe, enggak usah Ma, Gaby tidur diapartement dady aja," tolaknya yang masih fokus dengan bahan masakan yang tengah dia olah.

"Iya By, kamu nginap di sini aja. Itung-itung, nemenin aku tidur gitu," cengir Winara.

"Iya, sekalian Mama masih kangen dengan Gaby."

"Hm ... liat nanti deh, Ma" ucapnya yang masih ambigu. Dan Anara hanya mampu tersenyum simpul akan jawaban Gabriella dan melanjutkan kegiatan memasak mereka, hingga akhirnya selang beberapa menit kemudian, mereka pun selesai dengan masakan malamnya. Dan langsung saja kedua gadis yang sebaya itu menghidangkan masakannya di atas meja makan yang saat itu telah diisi oleh Wino dan Della.

"Hum ... siapa yang masak ini? Aromanya enak banget!" pujinya di saat kedua gadis itu menghidangkan masakan mereka di atas meja.

"Putri Mama lah, Pa" jawab Anara dengan PD-nya.

"Ha ... pasti Gaby yang masak, kan? Aduh ... Papa jadi gak sabar buat makan."

Jleb.

"Gaby dan Winara, Pa" jawab Gabriella menimpali yang sangat jelas melihat rasa sakit di dalam diri sahabatnya itu.

"Ayo Ma, beri Papa nasi! Papa gak sabar mau cicipin masakannya Gaby," ucap Wino lagi dengan begitu bersemangatnya. Sedangkan Winara, dia hanya bisa tersenyum gentir akan hal itu.

Anara yang dimintai suaminya untuk menyandukkan nasi ke dalam piringnya itupun langsung melaksanakannya dan tidak lupa menghidangkan masakan yang telah mereka masak tadi pada Wino.

Dengan begitu tidak sabarannya Wino langsung memakan hidangan yang telah disiapkan itu dengan membaca basmalah terlebih dahulu.

"Eum ... jujur, ini enak banget! Kamu memang pintar masak Gaby!" pujinya kepada Gabriella dengan begitu senangnya. Dan Gabriella yang diberikan pujian itu hanya mampu tersenyum gentir bersamaan dengan rasa tidak enak kepada Winara.

Winara hanya diam, seraya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya dengan beribu sayatan yang dia dapatkan. Kenapa dia seperti seorang anak yang tak terlihat di sini, selalu diabaikan.

"Ma, Pa, Nara pamit ke kamar duluan. Nara lupa kalau ada kerjaan OSIS malam ini. Assalamu'alaikum!" Lalu, Winara langsung beranjak dari duduknya dan menuju kamarnya yang berada di lantai dua, tanpa menunggu jawaban dari semua orang.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka semua. Namun, ada rasa bersalah dalam diri Gabriella untuk saat ini.

"Em ... Ma, Pa, Gaby ikut Winara ke atas dulu, ya. Soalnya Gaby juga ngerasa ngantung, hehehe ...," cengir Gaby.

"Oh ... ya sudah. Tapi, kalau kamu ngerasa terganggu untuk tidur berdua, tidur aja di ruang tamu, gak pa-pa, kok" timpal Wino dengan lembutnya.

"Tidak usah Pa, Gaby mau tidur sama Winara aja. Kalau gitu good night semuanya, Assalamu'alaikum!" Lalu, gadis itupun melenggang pergi meninggalkan keluarga yang sepertinya hanya mereka yang menjadi anggota keluarga yang sesungguhnya dalam kisah ini.

Setibanya Gabriella di depan pintu kamar Winara, Gabriella langsung saja membuka pintu kamar gadis itu dengan perlahan-lahan, lalu memasuki kamar gadis yang terlihat sunyi itu. Di sana, Gabriella bisa melihat, Winara yang tengah asik dengan laptopnya.

"Hei, lagi apa?" ucap Gabriella seraya menepuk pundak gadis itu.

"Astaghfirullah, kamu ini, By" ucap Winara yang terkejut.

Pertama untuk Terakhir (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang