"Hawa nafsu kayak apa, Nay?"
Nayara tersentak dalam lamunannya ketika Jason kembali mengulang pertanyaannya karena ternyata Nayara malah menatap wajah laki-laki itu. Gadis itu berdeham, ia memejamkan matanya sekilas merasa malu kepada dirinya sendiri. Bisa-bisanya ia membayangkan mencium Jason Alvaro pada saat-saat seperti ini. Sepertinya ia mulai kehilangan akalnya sekarang. Ia harus berhenti memikirkan hal-hal konyol yang akan semakin mempersulit keadaan mereka berdua.
"Kayak laper," sahut Nayara kemudian.
Jason terbahak dengan pengakuan gadis itu. "Udah bacot panjang-panjang belaga kek William Shakespeare, ujung-ujungnya problematika perut," cetus Jason menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.
Nayara mendengus kecil. "Lu juga, belaga kek orang bener tapi otaknya kosong. Sangat mengecewakan," gumam Nayara.
"Gue pinter ya," ucap Jason tidak ikhlas dibilang otaknya kosong.
"Bego," sahut Nayara langsung.
"Pinter," seru Jason kesal.
"Orang yang ngaku-ngaku dirinya pinter adalah orang bego sesungguhnya," balas Nayara tak mau kalah. Ia menunjukkan dagunya di depan Jason untuk menyatakan bahwa apa yang dikatakannya sebuah kebenaran telak yang tidak bisa diganggu gugat.
Jason tercengang, mulutnya terkatup rapat-rapat karena tidak bisa mengalahkan Nayara dalam berdebat. Gadis itu kalau sudah berucap sesuatu selalu saja membuat Jason terdiam beribu bahasa.
"Dahlah," desah Jason kembali memusatkan pandangannya ke depan.
Untuk pertama kalinya Nayara tersenyum lebar setelah menghabiskan banyak waktu bersedih dan menggalaukan tentang si bajingan Jason. Tapi apa yang mau dikata? Ketika mereka berdua terlalu dekat untuk saling membenci dan menjauh, tidak ada alasan mengapa mereka memberikan jarak masing-masing agar bisa menata hatinya kembali.
Namun semua itu pasti ada risikonya. Pandangan Nayara melirik tangan Jason yang menggenggam tangannya erat. Ya, benar, ini risikonya: Nayara tidak memiliki jalan agar dapat melarikan diri dari kisah cinta yang menyedihkan ini.
Ia masih memiliki kesempatan, bukan? Membuat Jason menyadari keberadaan dirinya, dan mereka bisa bersama-sama tanpa penghalang sama sekali. Menjadi gadis yang dicintai Jason. Satu-satunya.
***
"Mau makan apa Nay?" tanya Jason setelah mereka keluar dari bioskop.
"Apa ya," gumam Nayara bingung. "Apa aja deh yang penting makan, terus elu yang bayar," cetusnya dengan senyum lebar.
"Haha haha," Jason tertawa kering yang dipaksakan. "Enak bener ngomong," katanya.
"Makanan cepet saji aja deh. Mau hamburger? Ayam? Kentang?" Jason menawarkan sembari melihat-lihat restoran yang berada di dalam mall.
Nayara menganggukan kepala tanpa menyebutkan apa yang ia inginkan. Jason mengusap wajah Nayara dengan sebelah tangannya.
"Mau semuanya kan lu?" tebak Jason.
Gadis itu terkekeh dan menganggukan kepalanya membenarkan.
"Iya dah. Lu harus makan yang banyak supaya gak marah-marah terus," kata Jason. Laki-laki itu melirik tas yang ditenteng Nayara, tanpa mengatakan apa-apa seolah sudah kebiasaan, Jason pun langsung mengambil tas Nayara dan membawanya.
Nayara menoleh ke arah Jason, menatap laki-laki itu dari samping. Perilaku laki-laki itu kepadanya memang selalu manis. Ia orang yang memikat bagi perempuan mana pun. Kenapa gadis itu menyukai apa saja yang dilakukan Jason? Layaknya seorang maniak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did I Fall in Love With You (END)
General FictionPesona Jason Alvaro ternyata mampu menembus benteng Nayara Pratista yang ia buat sejak dulu. Nayara pikir ia tidak akan mungkin mencintai tetangga sekaligus sahabatnya sendiri. Bagaimanapun juga Jason bukan orang yang pantas dicintai perempuan mana...