Aku selalu berpikir bahwa... kau tidak akan pernah jatuh cinta. Sejak dulu sudah banyak gadis yang sudah menjadi mangsamu, kau menyakitinya, kau membuatnya menangis, dan kau bahkan membuatnya hampir gila. Meskipun aku sama sekali tidak mengerti apa pesonamu waktu itu. Karena kukira, aku akan tetap memandangmu sebagai sahabat yang setia kawan.
"Nay, lu di mana? Mau gue beliin makanan gak?"
"Nay, gue baru balik dari Hawai. Cepetan ke rumah, gue bawain oleh-oleh buat lu."
"Nay, masa nih cewek gangguin gue mulu. Enaknya bales chat-nya gimana ya? Gue gak mau sama diaaaa!"
"Nay gue nitip baju olahraga ya di tas lu, soalnya tas gue udah penuh."
"Nay, minta bekel lu dong hehehe."
Ucapan yang terkesan tak ada artinya itu ternyata menyimpan banyak kenangan dari kisah kita di masa lalu. Hal-hal kecil yang kupikir tak ada harganya justru yang paling sering kuingat. Tentangmu. Hidupku dipenuhi tentangmu.
***
Nayara Pratista menyipitkan mata menatap betapa macet dan penuh asap jalanan yang ia lihat dari jendela kafe. Ia membasahi bibirnya, mencoba membuat dirinya rileks dengan lagu Cold Play berjudul Yellow yang mengalun lembut di penjuru kafe.
"Halo, Nay. Lama ya nungguin Tante?"
Tak lama seseorang yang sudah dinantinya selama lima belas menit akhirnya datang. Ia menyambutnya dengan senyum sumringah dan pelukan singkat.
"Macet ya Tan?" tanya Nayara kepada Delin, ibunda dari Jason Alvaro.
"Iya tuh tadi ada tukang angkot ribut sama pengendara motor. Biasa deh drama jalanan," Delin mengibaskan tangannya merasa hal semacam itu biasa saja.
"Mau pesen apa, Tan? Biar aku yang pesenin," kata Nayara menawarkan diri pada wanita yang berpakaian gaun putih dengan kalung mutiara yang melingkari lehernya terlihat begitu anggun.
"Apa aja yang penting es-nya banyak," sahutnya bersemangat.
"Oke, tunggu dulu ya." Nayara berjalan ke depan kafe dan memesankan minuman untuk Delin. Delin menatap Nayara dengan pandangan berbinar serta penuh kasih sayang. Ia sangat berharap bahwa gadis cantik itu tidak pernah dilukai oleh siapa pun, bahkan anak kandungnya sendiri. Tapi apa yang mau dikata? Delin tidak bisa mengatur dunia seperti yang ia harapkan.
"Nanti pesenannya dateng kok, Tan," kata Nayara setelah dirinya kembali ke meja.
"Kamu apa kabar, Nay?" tanya Delin langsung.
"Baik kok, Tan. Tante sendiri apa kabar? Masih ngerasa kesepian di rumah?" Nayara balik tanya dengan nada ramah dan manis. Atau memang gadis itu selalu manis.
Delin mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Gak jelas deh keadaan rumah. Yang pasti Tante kangen kamu lho, Nay. Kalau ada kamu di rumah, rasanya dunia Tante itu berubah indah," sahut Delin berlebihan.
"Intinya kangen ngegibahin orang sama aku, kan?" balas Nayara terkekeh geli. Delin menganggukan kepalanya keras-keras, membenarkan perkataan Nayara.
Minuman yang tadi dipesankan Nayara untuk Delin akhirnya datang, Delin menyesap minumannya sembari membicarakan hal-hal kecil dengan Nayara.
"Oh iya Nay, ada yang pengen Tante tanyain sama kamu," ujar Delin seraya meletakkan minuman di atas meja. Ia menatap wajah Nayara serius. Inilah alasan mengapa Delin ingin menemui Nayara di luar, karena ia merasa khawatir dan tidak tenang beberapa hari ini. Terutama permasalahan antara hubungan Nayara dan Jason.
"Apa tuuh?" sahut Nayara tersenyum riang.
Delin mendesah pelan, ia menatap wajah Nayara lekat-lekat. "Tante tau seharusnya gak boleh nanyain ini sama kamu, selain ini agak privasi, pertanyaan ini juga bakal buat kita berdua mungkin ngerasa canggung," ucap Delin memulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did I Fall in Love With You (END)
General FictionPesona Jason Alvaro ternyata mampu menembus benteng Nayara Pratista yang ia buat sejak dulu. Nayara pikir ia tidak akan mungkin mencintai tetangga sekaligus sahabatnya sendiri. Bagaimanapun juga Jason bukan orang yang pantas dicintai perempuan mana...