Sebenarnya sejak kapan perasaan itu bermula?
Mungkinkah sejak pertama kali kau tersenyum padaku? Atau sejak aku selalu memprioritaskanmu tanpa kusadari.
Aku tahu ini terdengar klise, tapi aku mengatakan apa adanya. Meskipun aku menyukai banyak perempuan cantik, namun Nayara yang paling istimewa. Dia punya tempatnya sendiri yang tak dimiliki perempuan lain.
Apakah aku menyukainya? Aku sering menanyakan pertanyaan yang sama pada diriku sendiri, tetapi aku tidak tahu cara membedakan 'suka' karena berteman, atau 'suka' karena ada maksud lain. Karena kupikir rasanya sama saja.
Bagaimana ya aku menggambarkan Nayara dalam pandanganku, dia ini terlihat seperti musim semi; indah, cerah, sejuk, dan seperti angin sepoi-sepoi. Sejak pertama kali pertemuan kami, aku sudah menyukai sikap terus-terangnya yang diluar dugaan. Dia orang paling jujur yang pernah kukenal, dan dia sangat berbalik banding denganku yang cenderung sulit menunjukkan perasaanku yang sebenarnya kepada banyak orang. Kurasa aku membutuhkan orang sepertinya, selain tidak rumit, aku tidak perlu berusaha keras memahaminya, mungkin itu sebabnya kami berdua bisa berteman baik hingga dewasa.
Saking nyamannya bersama Nayara, aku tidak bisa sekali saja menjauhinya. Aku merasa pantas menyentuh tangannya, merangkul bahunya, mengusap rambutnya, bahkan mencium pipinya. Ada sesuatu di dalam diriku yang mendorong gerak tubuhku untuk melakukannya. Rasanya wajar, tepat, dan sesuai.
Aneh, bukan? Aku juga merasa begitu. Aku sama sekali tidak mengerti kenapa aku bisa merasakan hal semacam itu pada Nayara seorang. Kurasa aku perlu mendiskusikan masalah ini dengan saudaraku, karena aku perlu mengetahui apa yang sebenarnya telah terjadi.
"Kalau kata gue sih pacarin aja, Son." Begitulah yang dikatakan Rafael Alvaro saat kami selesai bermain gim di rumahnya.
Aku mengembuskan napas berat, sudut mataku meliriknya yang tengah memasukkan keripik kentang ke mulutnya dengan santai.
"Enak ya anak SMP kalau bacot, mulus kayak perosotan," komentarku sembari berdecak kagum mendengarnya bicara tanpa beban seperti itu.
Rafael mendengus. "Jangan mentang-mentang karena lu anak SMA, gue bakal diem aja lu injek-injek. Walaupun gue masih SMP, gue udah berpengalaman menghadapi kisah cinta temen-temen gue," cetusnya membela diri.
Aku merebahkan punggungku ke belakang sofa, merasa pusing dengan perasaanku sendiri. "Tapi masa gue pacarin si Nayara," gumamku bingung.
"Ya, emang gak boleh?" tanya Rafael mengerutkan dahi.
"Bukannya gak boleh, cuma aneh aja. Kita udah bertemen dari kelas empat SD, yakali tetiba gue nembak dia. Kalau ditolak, gimana?" seruku panik.
Rafael mengibaskan tangannya. "Gak mungkin ditolak, Son. Gue rasa sih dia ngerasain yang sama kek elu, gak tau perasaannya sendiri. Lagian ya, dia itu gak pernah nolak atau risih kalau kalian berdua skinship, berarti ada kemungkinan dia juga nyaman," ujar Rafael berspekulasi.
Aku menganggukan kepala, apa yang dikatakan Rafael ada benarnya juga. Baiklah, lebih baik aku dan Nayara pacaran saja. Hitung-hitung memperjelas status hubungan kami. Masalah diriku menyukainya sebagai seorang perempuan atau tidak, itu urusan belakangan. Yang penting perjelas saja dulu.
"Rafael, ada si Jason gak?" seruan kencang itu membuat aku dan Rafael tersentak kaget. Sontak kami berdua menegakkan tubuh dan melihat Nayara sudah ada di dalam rumah Rafael. Kok dia bisa ada di sini?
"Nih ada orangnya." Rafael menunjukku yang ada di sampingnya.
Nayara menghampiri kami berdua tanpa sebab khusus lalu menyela di tengah-tengah kami.
![](https://img.wattpad.com/cover/278680452-288-k98189.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did I Fall in Love With You (END)
General FictionPesona Jason Alvaro ternyata mampu menembus benteng Nayara Pratista yang ia buat sejak dulu. Nayara pikir ia tidak akan mungkin mencintai tetangga sekaligus sahabatnya sendiri. Bagaimanapun juga Jason bukan orang yang pantas dicintai perempuan mana...