"Kenapa gak nginep di rumah Tante aja?"
Nayara menoleh ke arah Jason setelah melepas sabuk pengaman. "Gue masih banyak kerjaan," sahutnya. "Omong-omong makasih ya udah mau nganter gue balik," lanjutnya dengan senyum kecil.
"Jangan terlalu sibuk, nanti lu sakit." Jason mengingatkan.
"Kan ada rumah sakit," ujar Nayara sembari terkekeh.
Jason mendengus tapi tidak mengatakan apa-apa. Nayara memang suka berbicara sembarangan.
"Masalahnya kalau lu sakitnya tengah malem gak ada yang nganternya. Gue khawatir aja lu sampe harus ngesot ke rumah sakit," cetus Jason acuh tak acuh, membalas ucapan Nayara yang tidak benar-benar serius.
"Jangan dong! Nanti profesi Suster Ngesot terancam. Gue lebih ahli soalnya masalah ngesot-mengesot," balas Nayara yang membuat Jason tertawa pelan.
"Nay, kira-kira lu bisa ngambil libur gitu gak?" tanya Jason tiba-tiba.
"Kenapa emang?" Nayara mengerutkan dahinya heran.
Jason diam sejenak kemudian mengangkat bahunya. "Gue bentar lagi ulangtahun kalau lu gak lupa," jawabnya. Nayara berseru tanpa suara, seperti baru teringat kalau sebentar lagi Jason ulangtahun.
Ekspresi wajah Jason menunjukkan kalau ia sedikit merasa kecewa, namun ia berusaha mengerti posisi Nayara yang mungkin sangat sibuk sampai melupakan kalau tanggal ulangtahunnya semakin dekat.
"Gue pasti luangin waktu buat ulangtahun lu. Lu udah buat rencana?"
Jason memiringkan kepalanya berpikir. "Kayaknya kemping di tepi pantai seru deh," katanya.
"Oke," sahut Nayara langsung mengiyakan. "Lu putusin tempatnya dimana jadi gue bisa atur jadwal lebih awal."
Senyum lebar tersungging di kedua belah bibir Jason. "Gue bakal cari-cari tempatnya dan minta pendapat lu."
"Ooh manisnya. Gue terserah lu aja deh, yang penting gue gak perlu keluar duit," balas Nayara sumringah.
"Kelemahan lu dari dulu ini emang gak pernah mau keluar modal," eluh Jason.
"Bukan gak mau keluar modal, masalahnya gue bertemen sama orang kaya raya. Emang harga diri lu gak ngerasa terluka gitu kalau gue yang bayarin?"
"Enggak tuh. Gue seneng dibayarin," sahut Jason menyanggah perkataan Nayara.
Nayara berdeham, ia memasang wajah masam. "Pokoknya lu yang modal, udah hukumnya kayak gitu, gak bisa dilanggar!" tandas Nayara menggerak-gerakan jarinya bahwa ucapannya sudah paten.
"Oke deh." Jason akhirnya mengalah. "Gue yang ngeluarin modal. Puas?"
"Puas dong!" seru Nayara.
"Kalau emang puas. Cium dulu dong pipi gue," kata Jason seraya memajukan pipinya ke depan Nayara.
Nayara nampak menahan senyumnya. "Apa apaan nih, penyalahgunaan kekuasaan," komentarnya,
"Ada harga, ada barang, Nay. Ayo cium," kata Jason memaksa Nayara agar mencium pipinya.
Gadis itu menghela napas, mengikuti permainan Jason, Nayara mendekati wajahnya ke pipi Jason. "Yaudah nih dicium." Setelah mengatakan itu, sebuah tamparan ringan mendarat sempurna di pipi kira laki-laki itu sampai tubuhnya agak terlonjak karena kaget.
"Nay!" pekik Jason kesal. Nayara tertawa terbahak-bahak sampai kedua matanya terpejam. Mau tak mau Jason juga ikut tertawa sembari menyentuh pipinya yang ditampar oleh Nayara.
"Lagian otak lu rusak banget deh," kata Nayara masih diselangi tawa renyahnya.
Jason pura-pura marah. "Udah ah, sana masuk!" usir Jason menyuruh Nayara memasuki gedung apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Did I Fall in Love With You (END)
Ficção GeralPesona Jason Alvaro ternyata mampu menembus benteng Nayara Pratista yang ia buat sejak dulu. Nayara pikir ia tidak akan mungkin mencintai tetangga sekaligus sahabatnya sendiri. Bagaimanapun juga Jason bukan orang yang pantas dicintai perempuan mana...