Prolog

39.8K 1.8K 49
                                    

Original soundtrack from this story: DBSK - Why Did I Fall In Love With You 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Original soundtrack from this story: DBSK - Why Did I Fall In Love With You 



This is original by Analim


Sebenarnya sejak kapan perasaan itu bermula?

Mungkinkah sejak pertama kali kau tersenyum padaku? Atau sejak aku selalu menjadi prioritasmu tanpa kau sadari.

"Gue suka sama lu. Ini udah dari lama tapi lupa kapan tepatnya."

Seharusnya aku tidak menyatakan perasaanku dengan begitu percaya dirinya. Karena aku tahu, meskipun aku selalu menjadi perhatian utamanya, tetapi dia tidak akan pernah bisa mencintaiku. Bukannya aku tidak cukup cantik untuk bisa bersanding dengannya, hanya saja, dia melihat romansa dengan sudut pandang yang berbeda.

Jason Alvaro menatapku tanpa ekspresi, tidak terlihat terkejut, namun berharap bahwa aku menganggap pernyataan cinta ini sebagai candaan untuk mengerjainya. Seperti yang kulakukan selama sepuluh tahun ini.

"Dalam kamus gue, kalau cewek bilang suka sama gue itu artinya dia mau gue mainin. Tapi untuk kasus lu, ini jelas beda. Lu ini sahabat deket gue, dan seharusnya lu tau perasaan ecek-ecek kayak cinta itu gak boleh terjadi di antara kita. Gue bisa buat lu terluka, Nay."

Ini penolakan, bukan? Aku menunduk, menatap sepatu ketsku yang basah karena air yang mengenang di depan gedung rektorat universitas kami.

Yang dimana langit masih mendung, udara dingin, dan rintik-rintik air hujan dari atas pohon turun ke bawah tanah dengan begitu indahnya. Sungguh penolakan yang dramatis.

"Emangnya kenapa?"

Bodohnya, aku malah merespon dengan cara yang menyedihkan. Maksudku, aku bisa saja tertawa, dan melupakan penolakannya dengan keren. Seolah aku memang tidak begitu membutuhkannya. Cukup miris sebenarnya, kali ini memang berbeda, aku sudah tidak bisa menahan perasaanku lagi. Aku menginginkannya menjadi milikku, entah bagaimanapun caranya.

"Terus lu setuju kalau gue sakitin?" tanya Jason menautkan sebelah alisnya.

"Bukannya itu risiko orang jatuh cinta ya? Jatuh cinta, bahagia, dan sakit hati. Kalau udah kayak gitu, mereka mulai berusaha menata kembali hidupnya dan berusaha nyembuhin diri dari rasa sakit," jawabku. "Karena itu gue pikir  bukan sebuah masalah besar," lanjutku dengan senyum samar.

"Enggak kayak gitu cara kerjanya, Nay. Rasa sakit itu berpola, gak bisa teratur seperti yang lu harepin."

Penolakan itu datang dua kali. Kali ini aku sedikit takjub dengan Jason. Dia mempertahankan prinsipnya dengan sangat baik.

"Gak adil. Padahal gue juga cewek, dan lu suka cewek, kan," kataku masih berharap bahwa dirinya mau memberikanku kesempatan.

"Asalkan bukan lu, Nay."

Kenapa hanya aku yang tidak bisa dia lukai? Aku sudah menunjukkan bahwa aku menerima segala konsekuensi yang ada ketika menyukainya. Tapi kenapa? Kenapa dia tidak memberikanku kesempatan untuk mendapatkannya dalam kurun waktu yang singkat atau mungkin lebih lama dari itu.

Aku sungguh tidak apa-apa. Dilukai olehnya, aku sungguh tidak apa-apa. Karena aku sudah mengambil risiko ketika memutuskan untuk jatuh ke dalam pesonanya.

Why Did I Fall in Love With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang