Bab 26 - Best Place

12.5K 1.1K 147
                                    

Jason Alvaro menghabiskan banyak waktu untuk berpikir, berpikir lagi, dan terus berpikir, sampai rasanya ia tidak tahu apa hasil dari pemikirannya sendiri. Namun Jason tahu, ia tidak bisa selamanya menyalahkan dunia dan menyalahkan dirinya sendiri. Apa yang dikatakan Henry benar, bukan hanya dirinya yang terluka, kalau Nayara saja mau menata hatinya kembali atas luka yang dideritanya, seharusnya Jason juga melakukan hal yang sama. Tetapi tidak semudah itu... tidak semudah itu.

Laki-laki yang tengah duduk di atas lantai kamarnya dengan kepala menyandar pada dinding menghela napas berat, ia memejamkan matanya erat-erat kemudian membukanya perlahan. Dengan agak malas ia bangkit berdiri untuk mengambil ponselnya yang berada di atas nakas meja.

Tidak mudah bukan berarti tidak bisa dicoba. Jason memutuskan untuk mengirim pesan kepada ayahnya bahwa ia akan kembali bekerja di perusahaan.

***

Walaupun Jason memutuskan bekerja kembali di kantor, ia tetap menjadi pribadi tertutup yang tidak mau bercengkerama dengan banyak orang termasuk saudara-saudaranya. Kini Jason lebih dikenal sebagai pribadi yang dingin, ketus, dan tidak bersahabat. Orang-orang beranggapan Jason seperti itu karena trauma ditinggal di hari pernikahan.

Lucu sekali sebenarnya tapi Jason tidak merasa aneh, orang-orang memang lebih suka mendengar cerita yang dramatis dan dapat diyakini sebagai kebenaran. Karena itulah Jason tidak peduli, ia hanya perlu membiarkan mereka berpikir seperti yang mereka inginkan tanpa pembenaran dari pihaknya.

"Kakek minta kamu ikut liburan ke Lombok," kata Delin pada anaknya yang terlihat tidak peduli dengan kedatangan sang ibu ke apartemennya.

"Aku gak ikut," sahut Jason acuh tak acuh. "Aku udah nurutin apa yang kalian mau, jadi biarin aku fokus sama kerjaan aku," lanjutnya lagi.

Delin mendesah pelan, ia memijit pelipisnya. "Jason," tegurnya. "Kenapa kamu jadi kayak gini sih? Emangnya kamu gak capek membatasi diri kayak gini?" tanya Delin kesal. Kelakuan Jason benar-benar diluar kuasanya, Delin tidak tahu lagi bagaimana cara mengendalikan anak satu-satunya yang sikapnya sangat berubah.

"Ini momen lho untuk memperbaiki segalanya. Kamu bisa ngobrol sama keluarga kita, menikmati waktu dan sebagainya. Meminta maaf mungkin. Gimanapun apa yang menimpa Rafael sampai dia harus nyari pengganti calon istri itu berawal dari kamu, apa kamu gak mau berterima kasih gitu sama dia? Menurut Mama Rafael itu hebat, dia mau ngambil risiko seberat itu demi nama baik keluarga," kata Delin mengebu-ngebu. "Setidaknya kalau kamu gak bisa kayak gitu, ya tolonglah bekerja sama sedikit aja."

"Pokoknya kamu dateng ya ke Lombok, harus," putus Delin akhirnya setelah hening beberapa detik. Sepertinya ia telah menyadari kalau dirinya melewati batas.

Jason tidak menjawab, atau lebih tepatnya tidak bisa menjawab. Sebelah tangannya terkepal, menahan emosi. Lagi-lagi dirinya yang menjadi pihak yang disalahkan. Sadar tidak sadar, orang-orang terdekatnya lah yang membuatnya memilih membatasi diri sejauh mungkin.

Pada saat-saat menyakitkan seperti ini, Jason tiba-tiba saja teringat sahabat sejak kecilnya, Nayara. Gadis itu selalu tahu bagaimana menghiburnya ketika dirinya berada dititik rendah dalam hidupnya.

Sebenarnya ada alasan pasti kenapa Jason tidak punya teman dekat selain Nayara, tentu saja karena latar belakang Jason yang terbilang seindah taman bunga. Sangat sulit bagi Jason menanggung nama besar keluarganya, karena ia tidak bisa mengatakan apa yang ingin ia katakan dari dulu. Karena ia tidak bisa menginginkan apa yang ia inginkan dari dulu.

Ketika salah satu anggota keluargamu lebih unggul, orang-orang akan bertanya seolah Jason perlu mengetahui itu. Ketika salah anggota keluarganya terlibat skandal, orang-orang pun akan bertanya kepadanya seolah Jason lebih tahu berita itu. Tapi apakah orang-orang sadar? Jason memiliki kehidupannya sendiri. Ia tidak perlu disindir, digertak, atau ditanyakan seputar permasalahan orang di keluarganya. Kalau tanya kenapa, itu jelas karena dirinya berhak menjalani kehidupannya sendiri alih-alih berpatok pada berlangsungnya hidup orang lain.

Why Did I Fall in Love With You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang