Albert menunggu dengan wajah berseri - seri disana. Ia tidak tahu bahwa jatuh cinta bisa semenakjubkan ini. Ia terus menunggu dengan sabar sambil membayangkan paras cantik Putri Margaret yang selalu muncul di pikirannya. Namun bayangannya sirna seketika saat ia melihat segerombolan orang yang datang menghampirinya. Tentu saja itu bukan Putri Margaret karena Putri Margaret hanya datang bersama Elise biasanya. Penerangan tak begitu jelas namun ia bisa melihat sosok tinggi besar disana.
"Pangeran Kenneth ?" Albert bingung mengapa justru lelaki itu yang muncul disini.
"Yang Mulia Raja Kenneth." Cedric membenarkan ucapan tersebut dengan tegas.
"Bagaimana kau bisa tidak mengenal tuan rumah tempatmu menginap, Pangeran Albert ?" Tanya Kenneth dingin.
"Maafkan aku, aku tidak tahu kau sudah naik takhta, Yang Mulia." Albert menundukkan kepalanya sejenak kemudian kembali menatap Kenneth. Ia baru saja menyadari bahwa Kenneth mengenakan pakaian yang sangat formal saat ini, pakaian yang biasa digunakan para raja.
"Aku dengar kau akan menemui Putri Margaret, apa itu benar ?"
"Benar, Yang Mulia." Jawab Albert skeptis, entah darimana Kenneth mengetahui hal ini.
"Apa benar kau berniat melamarnya ?" Kenneth bukan orang yang pintar basa - basi sehingga pertanyaan dasar itu langsung keluar dari mulutnya begitu saja.
"Aku tidak bisa menjawabnya, Yang Mulia."
"Biar ku beritahu padamu, Pangeran Albert. Di luar sana masih banyak perempuan, tetapi mengapa kau justru mengincar permaisuriku ?"
Albert seketika menatap mata Kenneth lekat - lekat. Kenneth terlihat sangat tegas dengan ucapannya barusan. Lelaki itu memang sedang tidak bercanda.
"Apakah di pesta kemarin aku tidak cukup memperlihatkan bahwa Putri Margaret adalah kekasihku ? Aku tidak menyentuh sesuatu yang bukan milikku, Pangeran Albert. Apabila aku sudah menyentuh Putri Margaret, itu artinya ia milikku. Aku harap kau paham dengan situasimu saat ini. Kau tidak ingin mencari masalah denganku kan ?" Kenneth bahkan tak main - main dengan ucapannya. Ia berani menggertak Pangeran Albert detik itu juga.
"Pangeran Albert !" Tiba - tiba suara Margaret terdengar dari sana. Ia berhasil lari dari penjagaan ketat Marriandra.
"Maafkan aku atas kesalahpahaman ini, Yang Mulia. Ku pastikan tak akan terjadi lagi. Aku permisi." Albert menunduk hormat kemudian pergi dari sana walaupun ia melihat Margaret berlari ke arahnya.
"Bisa - bisanya kau berkeliaran tanpa ditemani seseorang." Kenneth mencengkeram tangan perempuan itu kuat - kuat sehingga Margaret tidak bisa berlari lagi.
"Lepaskan aku !"
"Yang Mulia !" Elise terengah - engah di ujung lorong bersama para pelayan lain. Kenneth melirik mereka dengan tajam karena baru saja lalai dalam mengawasi Putri Margaret.
Sedetik kemudian lelaki itu menggeret Margaret dengan paksa menuju Burrow. Ia tak ingin membuat keributan yang dapat didengar ayah dan ibunya. Margaret terus meronta untuk dilepaskan namun Kenneth tetap menyeret perempuan tersebut tanpa ampun, bahkan saat Margaret menangis karena cengkraman Kenneth terlalu kuat sehingga menyebabkan tangannya terpeluntir ke dalam. Para pelayan itu justru menundukkan kepalanya, tak berani mendekati mereka berdua, termasuk Elise sekalipun. Cedric baru saja akan melangkah untuk mengingatkan Kenneth namun ia ingat bahwa lelaki itu sudah menjadi raja. Ia bebas melakukan apapun yang menurutnya benar.
***
Kenneth menghempaskan tubuh Margaret kuat - kuat di atas sofa. Tugas sederhana yang diberikannya kepada Elise tadi gagal dilakukan sehingga menyebabkan Margaret nekat turun sendiri untuk memastikan apa yang terjadi. Kenneth berusaha menahan kemarahannya sejak tadi namun ulah Margaret sendiri justru yang membuatnya meledak.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD DAYS - Bride for The King
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Sejarah (January 1st, 2023) #1 on King (Oct 10th, 2022) #1 on Smart (Dec 27th, 2023) #2 on Complicated (Aug 20th, 2022) #2 on Historical (Oct 25th, 2022) #2 on...