24

2.1K 242 0
                                    

Saat itu belum terlalu sore ketika Kenneth menyelesaikan rapat dengan Dewan Hukum Kerajaan. Kali ini ia mengkaji beberapa hukum yang sekiranya sudah harus diganti atau dibuang karena sudah tidak relevan oleh situasi saat ini. Kenneth menghabiskan waktu berjam - jam untuk berpikir matang - matang mengenai hal ini, walaupun pada akhirnya juga ia meminta waktu hingga besok untuk memutuskan hasil finalnya.

Kenneth tidak langsung kembali ke Witchave melainkan pergi ke Blauer untuk menemui ibunya. Ia tahu keadaan tak akan membaik kecuali Kenneth sendiri yang berinisiatif untuk menemui Helena. Orang tua memang sangat keras kepala, ia tahu itu sehingga saat ini Kenneth lah yang harus mengalah supaya situasi dalam Keluarga Days tak semakin memanas. Terlebih lagi ia akan menikah dalam waktu hitungan hari lagi.

"Ibu suri." Sapanya singkat saat ia tiba di ruang kunjungan. Helena tidak bangkit dari tempatnya namun ia tetap memberikan tangannya saat Kenneth akan menciumnya. Wajah wanita itu sangat datar, membuat perasaan Kenneth tiba - tiba menjadi kurang baik.

"Maaf aku jarang berkunjung." Imbuhnya.

"Apa yang membawamu kemari ?" Tanya Helena singkat.

"Aku ingin berdiskusi denganmu."

"Aku mendengarkan." Sahutnya cepat. 

"Rowena mengapa lama sekali ?" Helena setengah berteriak disana karena perempuan tersebut tak kunjung membawakan pesanannya sejak tadi. Kenneth menata kalimatnya terlebih dulu sambil menunggu ibunya kembali fokus.

"Ini mengenai Putri Margaret. Kami akan menikah lima hari lagi. Selama itu pula aku berpikir mengenai banyak hal."

"Bukankah kau sudah sangat yakin padanya ? Apa lagi yang kau butuhkan sekarang ?" 

"Tiba - tiba aku hanya ingin menjadikannya sebagai permaisuri. Aku tahu aku akan sangat kesulitan bila tidak mendapat bantuan dari seorang ratu. Namun di sisi lain, aku ingin ia fokus mengurus rumah tangga dan anak kami kelak." Ujarnya hati - hati.

"Kau masih percaya bahwa akan ada keluarga di dalam istana ?" Helena tertawa sinis disana.

"Akan ada kata 'untuk pertama kalinya' dalam setiap hal." Kenneth tak ingin berdebat panjang disana sehingga ia hanya memberikan argumen singkat. Helena spontan terdiam mendengar ucapan Kenneth. Ia sudah akan membuka suaranya lagi namun Rowena datang dengan nampannya. Perempuan itu menuangkan teh untuk Helena dan Kenneth dengan hati - hati sebelum menundukkan badan kemudian pergi dari sana.

"Kau sudah membicarakannya dengan Margaret ?"

"Sudah."

"Biar ku tebak, ia pasti menolaknya." Kenneth tak bisa menghindari tatapan sinis ibunya. Helena menegak tehnya sebentar sebelum kembali berbicara.

"Saat Margaret pertama kali datang kemari, aku melihat ia sebagai perempuan yang polos tetapi penuh dengan ambisi. Ayahmu mungkin tidak melihat hal tersebut. Namun sebagai sesama wanita, aku bisa merasakannya. Untuk apa berperang dengan Jansen bila ia bisa menjadi ratu di Whitemouttier ?" Tandasnya mantap.

"Aku terlanjur melakukan barter padanya. Itu adalah hutangku. Margaret tetap menginginkan kursi ratu. Itu kesalahanku sejak awal. Aku yang menawarkannya, aku yang merayunya. Sekarang aku merasa menyesalinya." Kenneth tak kunjung meminum tehnya. Lelaki itu hanya menggenggam cangkir tersebut sambil berpikir keras.

"Mau bagaimana lagi." Helena memejamkan matanya sesaat. 

"Hati - hati dalam membuat keputusan. Kau sudah bicara dengan ayahmu ?"

"Belum. Aku rasa ayah tidak perlu tahu."

"Kau sedang menemui karmamu sendiri, Ken. Kau berusaha membuatnya tunduk padamu tapi kau sendiri justru jatuh cinta padanya."

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang