Cedric baru saja akan masuk ke paviliun Monza saat ia menyadari bahwa ada bau gosong dari dalam sana. Firasat lelaki itu menjadi tak enak sehingga ia cepat - cepat masuk ke dalamnya. Saat pintu terbuka, bau gosong tersebut semakin kuat dan sedetik kemudian, lelaki itu menangkap sesuatu yang buruk dalam pandangannya.
"Siapa yang melakukannya !" Ia menggeram sangat keras hingga membuat prajurit yang datang bersamanya segera masuk menghampiri lelaki tersebut.
"Panglima..." Ia tak bisa berkata - kata lagi melihat gaun pengantin Putri Margaret sudah terbakar sebagian. Jelas gaun tersebut sudah tak akan bisa dipakai lagi sekarang.
"Siapa yang berjaga tadi malam ? Kapan terakhir kali mereka memeriksa paviliun ?"
"Prajurit di bawah belum bertukar giliran jaga. Sepertinya mereka masih tetap disana."
"Kau tetap disini, aku akan mencari Yang Mulia Raja sekarang." Cedric segera bergegas keluar dari paviliun. Ini adalah kabar yang sangat buruk karena upacara pernikahan akan dilaksanakan tiga jam lagi.
***
"Siapa yang akan menikah ?" Elise menggoda Margaret dengan nada khasnya untuk kesekian kalinya, membuat perempuan itu tertawa lepas disana.
"Aku tahu hal ini akan terjadi juga. Kau akan dirias terlebih dulu sementara gaun pernikahanmu sedang dalam perjalanan dibawa kemari." Imbuhnya.
"Jujur aku sangat gugup." Margaret memainkan jarinya sendiri sejak tadi. Sudah lama sekali ia tidak menggunakan riasan secantik ini, terakhir kali adalah saat ia datang ke pesta perayaan ulang tahun Kenneth Days. Siapa sangka lelaki tersebut akan menjadi suaminya sebentar lagi ?
"Siapa saja yang akan datang pada pernikahanmu, Yang Mulia ?"
"Aku tidak tahu. Raja tidak pernah membicarakannya. Firasatku mengatakan bahwa tak ada yang datang karena raja tak mengundang siapa - siapa. Yang Mulia Raja adalah orang yang seperti itu bukan ?" Margaret menahan tawanya disana.
"Aku akan memakaikanmu pewarna bibir, Yang Mulia." Ujar ahli rias yang sedang mendandani Margaret saat ini.
"Oh baiklah, aku minta maaf." Margaret menutup suaranya saat itu juga supaya semuanya bisa cepat selesai. Elise melihat betapa seriusnya perempuan itu dalam mendandani wajah Margaret.
"Sempurna." Sedetik kemudian ahli rias itu berpindah tempat agar Margaret bisa melihat dirinya sepenuhnya di cermin.
"Kau sangat cantik, Yang Mulia !" Puji Elise disana.
"Elise kau membuatku malu ! Aku..." Margaret tersipu sekali lagi.
"Aku hanya beruntung." Ia tertawa kemudian.
"Permisi, Nyonya Elise. Apakah gaun permaisuri masih belum datang juga ? Aku tidak bisa merias rambutnya sebelum Yang Mulia memakai gaunnya." Ujar ahli rias itu sangat sopan.
"Sebentar, aku akan menanyakannya pada Panglima Cedric. Ia yang ditugaskan untuk mengambil segara perlengkapan yang dibutuhkan permaisuri." Wanita itu baru saja bangkit dari duduknya sebelum Kenneth tiba - tiba muncul disana dengan ekspresi yang tak dapat didefinisikan. Elise juga tak perlu repot - repot mencari Cedric. Lelaki itu sudah berdiri di belakang Kenneth dengan tatapan berdukanya.
"Permaisuri belum selesai, Yang Mulia." Elise cepat - cepat menutupi Margaret agar perempuan itu tidak terlihat oleh para lelaki, sekalipun itu Yang Mulia Raja sendiri.
"Kalian semua pergi dari sini. Aku perlu bicara pada permaisuri." Suaranya pelan, namun cukup memancarkan kesedihan mendalam. Margaret tahu itu sehingga ia segera menyingkirkan Elise dari pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD DAYS - Bride for The King
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Sejarah (January 1st, 2023) #1 on King (Oct 10th, 2022) #1 on Smart (Dec 27th, 2023) #2 on Complicated (Aug 20th, 2022) #2 on Historical (Oct 25th, 2022) #2 on...