Perayaan tersebut sangat berbeda dari perayaan yang digelar di Dakota. Di sepanjang jalan terdapat meja - meja yang diletakkan di tengah, penuh dengan makanan yang berwarna - warni. Margaret tertawa bersama Kenneth saat mereka saling mencoba makanan yang ada disana. Rasa makanannya sangat beragam sesuai dengan bahan bakunya. Seorang wanita tua menawarkan sebuah kue padanya, membuat Margaret tertarik seketika.
"Apakah ini kue madu ?"
"Benar nyonya, ini sangat lezat. Cobalah." Ia benar - benar terdengar sangat ramah. Margaret mengambil satu kemudian mencobanya. Rasanya benar - benar lezat hingga ia mengambil untuk kedua kalinya.
"Ini benar - benar lezat !" Serunya dengan senang.
"Kau mau ? Aku masih punya banyak. Ada satu bungkus penuh disini, bawalah bila kau mau. Ini." Wanita itu menyodorkan sekotak kecil kue yang telah disusun dengan rapi.
"Terima kasih !" Margaret sangat senang menerimanya.
"Kau benar - benar menyukai kue madu ? Itu adalah makanan khas kerajaan kami."
"Aku sudah mendengarnya dari Nyonya Ingrid namun aku tak berselera makan disana." Bisik Margaret pelan agar tak ada yang mengetahui bahwa mereka berasal dari Dakota. Lebih tepatnya, mereka sedang menyamar sebagai rakyat biasa.
"Kita makan sangat banyak sekali, sayang. Aku takut perutku akan meledak."
"Sebentar." Margaret spontan berhenti di tempatnya, membuat Kenneth menoleh seketika.
"Kau memanggilku apa tadi ?" Ia berusaha mencocokkan pendengarannya. Sedetik kemudian Kenneth menjadi salah tingkah.
"Apa memang ?"
"Kau memanggilku 'sayang', apa aku benar ?"
"Tidak, kau salah dengar." Sahutnya cepat.
"Tidak mungkin, aku mendengarnya dengan jelas." Margaret menahan senyumnya disana.
"Mengapa memang ? Apakah aku tidak boleh memanggilmu begitu ?"
"Kau sangat romantis !" Seharusnya Kenneth yang salah tingkah namun justru Margaret lah yang tertawa sendiri disana, membuat lelaki itu tersenyum halus.
"Baiklah, aku akan memanggilmu dengan ribuan kata sayang. Sayang, sayang, sayang, dan masih banyak lagi sayang untukmu."
"Kau sedang membuatku melayang, kau tahu ?"
"Sudah ku bilang aku tidak ingin ada orang lain yang menempati hatimu. Hanya aku yang bisa menempatinya."
"Baiklah, aku setuju." Margaret berhenti di depan Kenneth sambil menatap lelaki itu dalam - dalam.
"Setuju apa ?" Kenneth mengernyit.
"Aku setuju untuk terus bersamamu setiap detiknya. Aku setuju untuk menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Bayangkan betapa menyenangkannya hal itu !" Margaret tertawa lepas disana. Detik itu pula Kenneth sudah tak bisa lagi mengingkari perasaannya pada Margaret.
"Aku mencintaimu, Margaret. Aku benar - benar mencintaimu." Kenneth memeluknya tiba - tiba.
"Aku juga mencintaimu, Ken." Margaret tersenyum sambil menatap mata lelaki tersebut.
"Saat aku melihat seribu bunga bermekaran, saat itu pula aku mengingat kekasihku, Margaret."
Kenneth teringat dengan puisinya saat itu. Lelaki itu seakan melihat keindahan bunga - bunga di taman ketika Margaret tersenyum. Ternyata benar, ada bagian dari Margaret yang benar - benar menempel dalam dirinya, sebuah bagian yang sangat mustahil untuk dihapus. Margaret telah merebut semua tempat dalam hati Kenneth lalu membuang kuncinya entah kemana. Yang jelas, Kenneth merasa bahwa ia sangat terikat dengan Margaret. Sebesar apapun masalah kerajaan yang ia hadapi, semuanya akan lenyap saat ia melihat perempuan itu di depannya. Namun sebaliknya, sekecil apapun masalahnya dengan Margaret akan mempengaruhi emosinya saat berinteraksi dengan orang lain. Margaret sangat dominan dalam dirinya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD DAYS - Bride for The King
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Sejarah (January 1st, 2023) #1 on King (Oct 10th, 2022) #1 on Smart (Dec 27th, 2023) #2 on Complicated (Aug 20th, 2022) #2 on Historical (Oct 25th, 2022) #2 on...