Saat Margaret bangun tidur, semuanya berubah. Kenneth tak ada di sisinya lagi padahal semalam ia merasa ia masih bisa memeluk Kenneth dengan damai. Elise tak mengatakan apapun, ia membuka lemari Margaret untuk mencari baju - baju longgarnya disana. Padahal perut perempuan tersebut masih datar namun Elise tetap mengikuti perintah Sang Raja. Margaret akan segera mandi namun perempuan itu masih nyaman berada di atas kasurnya dan belum beranjak dari sana sama sekali.
Sementara itu, Margaret merasa bahwa Elise seperti tak ingin bicara dengannya saat ini. Ia merasa Elise tak hangat sama sekali padanya. Margaret tahu, Elise pasti sangat kecewa padanya.
"Elise, apakah kita akan keluar ke taman nanti ?"
"Kau harus tetap berada disini. Yang Mulia Raja tidak memperbolehkan kau terlihat oleh orang lain." Jawabnya datar.
"Elise, aku tahu aku salah..."
"Kau tentu salah Putri Margaret !" Wanita itu tiba - tiba saja menghempaskan baju yang baru saja ia ambil. Margaret tidak pernah melihat Elise semarah ini sebelumnya dan itu semakin memperburuk perasaannya.
"Aku minta maaf, aku tidak tahu hal seperti ini akan terjadi." Margaret menangis tertahan disana.
"Bagaimana bisa kau berkata seperti itu ? Kau membiarkan raja datang kemari setiap malam dan kau tak tahu bahwa hal seperti ini akan terjadi ? Aku kira kau tahu cara bermain aman namun aku salah. Lupakan saja, sekarang aku merasa gagal sebagai penjagamu." Elise memungut kembali baju Margaret yang tadi sempat ia hempaskan dengan marah. Wanita itu sudah akan benar - benar keluar dari kamar Margaret namun perasaannya tertahan di pintu. Ia mengambil nafas dalam - dalam sambil berusaha membuang emosinya.
"Aku hanya berharap bahwa berita ini tidak menyebar kemanapun, terutama ke telinga ibu suri. Aku sedang memastikan bahwa tak ada desas desus. Kau tidak bisa keluar kemanapun sekarang. Bahkan raja melarang Marriandra datang kemari. Hanya ada aku disini bersamamu di paviliun ini." Elise terdengar sangat datar dan kesal dalam waktu yang bersamaan.
"Aku minta maaf." Ujar Margaret sekali lagi dengan air mata yang mengalir disana.
"Lupakan, tidak sekali dua kali kita mengalami kesulitan semacam ini. Beruntunglah bila lelaki yang menghamilimu adalah seorang raja. Setidaknya kau aman." Sedetik kemudian ia pergi meninggalkan Margaret sendirian.
***
Margaret kembali pada rutinitas awalnya. Ia membaca buku, kadang juga menyulam. Ia berusaha sebisa mungkin untuk bersabar disini. Perempuan itu tak banyak berinteraksi dengan Elise akhir - akhir ini. Ia paham bahwa ia salah dan ia tak akan membuat Elise semakin kesal dengannya. Margaret bahkan mengikat rambutnya sendiri tanpa meminta bantuan Elise, padahal rambutnya sangat panjang.
Di malam - malam tertentu, Margaret keluar hanya untuk sekedar menghirup udara segar dari dinginnya malam. Ia membawa selimut kecil sambil mengintip dari jendela kamarnya. Bahkan untuk keluar ke balkon depan pun ia tak diperbolehkan. Itu sebabnya sekarang ia hanya berkutat di kamar dan ruang kunjungan.
Margaret duduk di kursi tersebut dengan nyaman. Mendadak, ia sering mengalami kesulitan tidur sehingga ia akan duduk di kursi, melamun sendiri hingga ia tertidur begitu saja disana. Elise awalnya sangat kecewa pada Margaret namun lambat laun ia sadar bahwa Margaret tak memiliki siapapun disini selain dirinya. Perempuan itu nampak kesepian disana, berusaha bersabar serta mempertahankan diri dalam istana ini.
Perlahan Elise menghampirinya lalu membangunkannya pelan. Margaret membuka matanya perlahan dengan tatapan bingung seolah ia tak ingat sedang berada dimana sekarang. Ia sempat menoleh ke kiri dan ke kanan sebelum akhirnya sadar bahwa ia tertidur di kursi untuk kesekian kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD DAYS - Bride for The King
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Sejarah (January 1st, 2023) #1 on King (Oct 10th, 2022) #1 on Smart (Dec 27th, 2023) #2 on Complicated (Aug 20th, 2022) #2 on Historical (Oct 25th, 2022) #2 on...