14

3.1K 333 9
                                    

Margaret duduk di kasurnya dengan pandangan yang menatap lurus ke luar jendela. Ia tahu Kenneth baru saja memasuki kamarnya namun ia tak berniat menyapa lelaki itu sama sekali. Ia masih terlalu malu untuk berhadapan dengan Kenneth.

"Putri Margaret." Panggilnya pelan sambil ikut duduk di sebelahnya. Untuk pertama kalinya ia merasa canggung untuk berbicara dengan seseorang.

"Apa yang membawamu kemari, Yang Mulia ?" Tanyanya tenang.

"Aku mengunjungimu, tentu saja."

"Kau tidak perlu mengkhawatirkanku, aku baik - baik saja." Sahutnya cepat tanpa menoleh pada Kenneth sama sekali. Ia masih fokus pada bulan yang terlihat terang di luar jendelanya.

"Putri Margaret, aku benar - benar minta maaf atas..."

"Jangan bicarakan itu lagi. Aku hampir gila memikirkannya." Margaret terdengar ketus disana.

"Aku hanya ingin mengatakan bahwa kau tidak kotor sama sekali."

"Ini merupakan aib bagiku. Kau tidak tahu sulitnya hidup sebagai perempuan, Yang Mulia. Kau akan dinilai berdasarkan perilakumu sedangkan laki - laki dinilai berdasarkan pengalamannya. Dua hal yang cukup berbeda." Saat itu juga ia tertawa sinis disana, membuat Kenneth merasa tertampar karena ucapan perempuan itu memang benar.

"Aku sudah menghubungi keluargamu di Bolova untuk mengabarkan bahwa kau berada disini." Kenneth beralih pada pembicaraan lain yang menurutnya lebih penting. Margaret seketika menoleh dengan tatapan kecewanya.

"Kau berusaha mengusirku ?"

"Aku hanya mengabari mereka, jangan salah sangka. Aku tidak ingin dituduh bahwa aku telah menyembunyikanmu dari keluargamu." Sahut Kenneth cepat.

"Lagi pula bila aku mengusirmu dari sini, aku yakin kau tetap akan bertahan bagaimanapun caranya. Kau berambisi menjadi permaisuri, apa aku benar ?" Sedetik kemudian Margaret menatapnya tajam.

"Dengar, Putri Margaret." Lelaki itu mendekatkan posisinya dengan Margaret.

"Aku tidak akan menikahimu kecuali kau punya sesuatu yang menguntungkan untukku." 

"Apa yang kau inginkan ?" Tandasnya tegas. Kenneth mendekat pada telinga perempuan itu kemudian membisikkan sesuatu disana.

"Aku mau dukungan sepenuhnya. Aku mau koneksi yang kuat dengan keluarga bangsawan yang lain. Aku mau kekuasaan yang absolut."

"Kau memintaku melakukan hal seperti itu ? Aku sendiri tidak tahu bagaimana cara melakukannya." Margaret meninggi karena syarat yang diajukan Kenneth terlampau sulit menurutnya.

"Kau akan mulai dengan keluargamu di Bolova. Kebetulan keluargamu adalah keluarga sentral yang pendapatnya sangat didengar oleh keluarga yang lain. Aku ingin kau mengendalikan keluargamu sendiri, apa kau sanggup ?"

"Apa imbalan yang kau berikan padaku ?"

"Kursi ratu, bukankan itu tujuan utamamu datang kemari ?" Kenneth membalik pertanyaan tersebut dengan cerdasnya. Wajah mereka berhadap - hadapan saat ini, hanya berjarak beberapa senti saja.

"Aku bersedia." Ujar Margaret menyanggupinya setelah ia memikirkan hal tersebut matang - matang dalam beberapa detik saja. Kenneth tersenyum singkat disana, ia tahu bahwa Margaret pasti bersedia melakukannya.

"Bagus, kita akan bekerja sama mulai dari sekarang."

"Itu sebabnya kau melarang Pangeran Albert mendekatiku. Ini alasannya." Margaret mengungkit masalah kemarin, membuat Kenneth jenuh harus mendengar nama Albert.

"Kau terlalu berharga untuk lelaki sepertinya."

"Tapi setidaknya Albert sangat lembut. Kau tidak bisa sepertinya."

COLD DAYS - Bride for The KingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang