Hanya ada Kenneth, Elise, dan tabib itu dalam kamar Putri Margaret saat ini. Itu tidak termasuk dengan Putri Margaret sendiri yang saat ini sedang berbaring di ranjangnya sambil menahan kantuk. Ia sering menghabiskan waktunya untuk tidur akhir - akhir ini karena ia mudah sekali merasa lelah.
"Putri Margaret sedang mengandung, Yang Mulia." Ujar tabib itu hati - hati dengan tangan yang masih menggenggam pergelangan tangan Margaret. Perempuan itu spontan memejamkan matanya sambil mendengus kasar. Ternyata ia benar - benar hamil, seperti yang dicurigai Elise.
"Pastikan kau tidak membocorkan informasi ini pada siapapun. Sekarang kau bisa keluar sebentar, Elise akan menemanimu di ruang kunjungan." Kenneth tampak tenang seperti tak terjadi apapun saat ini. Mereka berdua menundukkan kepalanya sekilas kemudian keluar dari kamar Putri Margaret. Sementara itu Kenneth menutup pintu lalu menguncinya agar mereka berdua mendapat privasi saat membicarakan sesuatu yang krusial semacam ini.
"Bagaimana keadaanmu ? Apa kau baik - baik saja ?" Ia mengelus lembut rambut Margaret. Perempuan itu tersenyum sendiri sambil menatap Kenneth dengan tenang.
"Aku tidak pernah merasa sebaik ini sebelumnya." Margaret menyembunyikan kekhawatirannya sendiri, ia tak mau menambah beban pikiran yang ada di kepala Kenneth saat ini.
"Aku minta maaf telah membuatmu berada di posisi yang sulit, Putri Margaret." Margaret tak pernah mendengar Kenneth setulus ini sebelumnya.
"Apa kau menyesali hal ini, Yang Mulia ? Kau tidak mengingkan anak ini ?" Tanya Margaret hati - hati dengan suara yang bergetar walaupun ia tidak menangis. Kenneth adalah satu - satunya orang yang merasa bersalah disini karena telah membiarkan keadaan membuat Margaret berpikir demikian.
"Aku tidak berpikir demikian, sama sekali tidak, kau harus tahu itu."
"Aku melihat sepertinya kau menyesalinya, Ken." Sahutnya cepat. Untuk pertama kalinya Margaret berani memanggil lelaki itu dengan namanya secara langsung, membuat Kenneth sadar bahwa perempuan itu benar - benar sedang kecewa padanya.
"Aku tidak pernah menyesali kehadiran anak ini karena aku selalu tahu konsekuensi apa yang akan ku terima saat aku melakukan sesuatu." Tegas Kenneth disana.
"Aku akan menyiapkan pernikahan kerajaan secepatnya. Akan memakan waktu satu bulan, saat itu juga aku akan berhenti mengunjungimu agar desas desus mengenai hubungan kita cepat mereda." Imbuhnya.
"Apakah hanya itu satu - satunya cara ? Apakah kita benar - benar tidak bisa bertemu lagi ?" Perempuan itu mulai berkaca - kaca disana, seperti tersambar petir di siang hari.
"Aku tidak punya pilihan lagi, Putri Margaret. Aku minta maaf."
"Maksudku, tak apa. Kita harus melakukan ini. Aku akan tetap menghubungi keluargaku di Bolova untuk memastikan bahwa pengaruh kita masih tetap kuat disana sehingga kau bisa fokus dengan hal lain." Tiba - tiba Margaret tersenyum lebar. Ia melihat kesedihan di wajah Kenneth tadi sehingga ia tidak akan terlihat terpuruk di depan lelaki tersebut. Ia tak akan membuat keadaan Kenneth semakin sulit, ini adalah bagian dari kedewasaan Margaret yang sedang diuji.
"Aku tahu kau pasti akan mengerti posisiku saat ini, aku bersyukur kau sangat paham dengan keadaan kita." Kenneth menggenggam tangan Margaret dengan lembut, menyiratkan kesungguhan perasaannya disana.
"Baiklah, kau harus tidur sekarang. Kau harus cukup istirahat."
Kenneth menarik selimut Margaret ke atas agar perempuan itu merasa nyaman. Tepat saat Kenneth akan beralih, Margaret memegang lengannya kuat - kuat sehingga membuat Kenneth spontan menoleh. Sekalipun ia berusaha terlihat kuat di depan Kenneth, tetap saja sorot mata Margaret tidak bisa membohongi siapapun disini bahwa ia sedang sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD DAYS - Bride for The King
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Sejarah (January 1st, 2023) #1 on King (Oct 10th, 2022) #1 on Smart (Dec 27th, 2023) #2 on Complicated (Aug 20th, 2022) #2 on Historical (Oct 25th, 2022) #2 on...