Esok adalah hari perayaan di istana sehingga Dakota kini dipenuhi oleh berbagai tamu dari luar kerajaan. Mereka menginap di tempat - tempat yang telah Kenneth siapkan, namun semuanya adalah wisma milik Keluarga Days yang terletak di luar istana. Semenjak kejadian dimana Pangeran Albert membakar gaun pengantin Margaret, Kenneth menjadi trauma dan memutuskan tak akan membawa masuk satupun orang untuk menginap di istana.
Margaret sendiri kini telah memiliki kesibukannya sendiri. Ia mulai menempati istana ratu dan ia bekerja dengan nyaman disana. Beberapa petinggi kerajaan muncul di hadapannya, memperkenalkan diri kepada Margaret karena pada akhirnya mereka bekerja pada ratu.
"Perkenalkan, kami adalah Dewan Kebijakan Sosial dan Pendidikan, Yang Mulia."
"Perkenalkan, kami adalah Dewan Keuangan Kerajaan, Yang Mulia."
Margaret menghitung dengan jelas, ada lima orang disana. Tiga orang untuk Dewan Kebijakan Sosial dan Pendidikan serta dua orang untuk Dewan Keuangan Kerajaan. Margaret mengangguk. Ia berusaha mengingat - ngingat wajah mereka satu per satu.
"Baiklah, aku sudah memegang daftar nama disini. Aku akan mulai memeriksa ulang berkas tujuh hari terakhir, baik yang telah ditinjau oleh Yang Mulia Raja maupun yang belum sama sekali. Apakah ada masalah khusus yang ingin kalian sampaikan padaku ?"
"Ada, Yang Mulia. Mengenai beberapa kebijakan yang masih dalam peninjauan Yang Mulia Raja. Kami telah mengajukannya sejak dua minggu yang lalu namun belum ada keputusan lebih lanjut. Menurut kami, hal ini sangat penting untuk segera ditindaklanjuti mengingat Gorgina kesulitan mendapat akses menuju Candara." Salah satu dari Dewan Kebijakan Sosial unjuk suara. Ini adalah saat yang tepat untuk mengutarakan masalahnya.
"Bagaimana kronologinya, Tuan Ethan ?"
"Ada disini, Yang Mulia." Pria tua itu mengambil salah satu map yang berada di tumpukan meja Margaret. Margaret tetap tenang mendengarkan sembari membaca berkas - berkas yang telah dilampirkan Ethan disana.
"Gorgina adalah salah satu kota yang sedikit terpencil mengingat kota tersebut dikelilingi hutan. Untuk bisa keluar, akses satu - satunya adalah melewati Candara di bagian selatan. Namun sayangnya, akses menjadi sulit karena Gorgina mengalami musim dingin berkepanjangan sehingga salju menumpuk dan menutup satu - satunya jembatan yang ada disana. Gorgina menjadi terisolasi, pasokan makanan sering gagal masuk kesana."
"Lalu solusi apa yang kau tawarkan disini ?" Margaret menoleh.
"Membuat jalur baru untuk pembangunan jembatan, Yang Mulia. Jalur yang sekiranya tidak menjadi tempat longsornya salju. Aku telah memetakan banyak tempat dan di titik ini adalah lokasi yang strategis." Ethan menunjuk titik merah yang ia tandai pada peta yang berada disana.
"Ini adalah jalan keluar yang baik namun tidak memungkinkan untuk membangun jembatan di musim dingin seperti ini, terutama di tempat setinggi Gorgina. Apa ada saran yang lain ?" Mereka serempak diam sembari berpikir. Margaret menatap mereka satu per satu sembari menimbang - nimbang cara lain yang sekiranya bisa menjadi jalan keluar untuk saat ini.
"Periksa terlebih dahulu stok makanan disana baik - baik. Wali kotanya harus mengirim surat paling lambat seminggu dari sekarang agar aku bisa memutuskan langkah apa yang harus diambil."
"Baik, Yang Mulia. Aku akan mengirim suratku ke Gorgina sekarang juga."
"Biasanya kalian menggunakan merpati istana atau merpati kalian sendiri ?"
"Merpati kami sendiri, Yang Mulia."
"Baiklah, ku tunggu kabar dari kalian. Lalu Dewan Keuangan, bagaimana dengan kalian ?" Margaret melempar pertanyaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD DAYS - Bride for The King
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Sejarah (January 1st, 2023) #1 on King (Oct 10th, 2022) #1 on Smart (Dec 27th, 2023) #2 on Complicated (Aug 20th, 2022) #2 on Historical (Oct 25th, 2022) #2 on...