Kenneth sedang menulis sesuatu saat penjaga di depan menyambut kedatangan Margaret. Pintu ruang raja terbuka begitu saja lalu Margaret muncul dari sana sambil memberi hormat. Kenneth sepertinya masih enggan bicara dengan perempuan itu sehingga ia hanya memberi kode pada Margaret untuk duduk.
"Ku harap ini urusan yang penting hingga kau turun ke ruang raja." Kenneth kembali menulis disana.
"Kau marah padaku karena aku tak menuruti permintaanmu kemarin ?"
"Lebih tepatnya aku tak suka dengan ucapanmu kemarin." Ujarnya dengan jujur.
"Aku juga tidak suka caramu membatalkan perjanjian kita secara sepihak. Terlebih lagi aku sudah berkorban banyak disini." Margaret menekankan ucapannya.
"Aku sudah membantumu mendapat dukungan keluarga, Yang Mulia. Saat Lady Burgaret datang lagi kemari, aku sudah menyuruhnya untuk merayu keluarga yang lain untuk menangkap Kaum Dahn mengingat mereka berusaha berpencar sekarang. Aku bahkan harus bersabar saat kau menyuruhku diam di dalam Burrow selama sebulan penuh. Aku juga sangat bosan sebenarnya." Perempuan itu terdengar kesal.
"Margaret, kau sedang hamil." Sahut Kenneth pelan, namun mendalam.
"Kau yang membuatku seperti ini." Tandasnya tak kalah serius.
"Kau menyesalinya ?"
"Tidak, tentu saja. Aku hanya ingin kau menepati janjimu. Bila kau memang tidak ingin membagiku dengan urusan kerajaan, maka mari perbarui perjanjian kita." Tawarnya cerdas. Kenneth spontan menegas, raut wajahnya benar - benar serius saat ini.
"Aku akan memenuhi permintaanmu untuk tidak naik takhta. Namun aku ingin fasilitas sama seperti yang seorang ratu dapatkan."
"Maka kau juga harus bisa membantuku dalam kepentingan politik sama seperti yang seorang ratu lakukan." Sahut lelaki itu dengan cepat. Margaret diam sesaat untuk memikirkan kembali hal tersebut matang - matang.
"Kau ingin menjadi ratu bayangan disini, benar begitu ?" Kenneth bertanya dengan nada datar namun sangat mematikan bagi Margaret.
"Benar." Jawabnya dengan jujur.
"Aku tidak punya penawaran lagi selain tadi."
"Baiklah." Margaret terdengar menyerah disana.
"Kau menyebalkan sekali, asal kau tahu." Ia menggerutu lagi, membuat Kenneth melotot singkat, terkejut atas apa yang diucapkan Margaret baru saja.
"Kau sedang mengatai seorang raja, kau tahu ?"
"Saat ini aku tidak bicara padamu sebagai seorang permaisuri kepada raja. Aku bicara padamu sebagai sepasang partner."
"Tunggu, sejak kapan kau seperti ini ?" Kenneth mendengus kesal disana.
"Semenjak sepuluh menit yang lalu, kurasa. Aku baru saja akan memintamu untuk menemaniku berjalan mengelilingi istana ini. Kau bahkan tak pernah mengajakku melihat isi istana, Yang Mulia. Sepertinya lingkunganku hanya terbatas di Burrow saja."
"Permaisuri..."
"Baiklah kau sibuk, aku tahu." Sindir Margaret secara halus. Sedetik kemudian terdengar suara penjaga di depan yang menyambut kedatangan Viktor.
"Tunggu di luar sebentar. Aku akan menghampirimu begitu aku selesai bicara dengan ayahku."
"Tentu saja." Senyum Margaret muncul sekilas. Ia menundukkan badannya lalu pergi dari hadapan Kenneth.
"Putri Margaret ?" Viktor terkejut saat ia berpapasan dengan perempuan tersebut.
"Yang Mulia." Sapanya singkat sambil memberikan hormatnya kemudian beralih begitu saja. Margaret keluar dari pintu sementara itu Viktor cepat - cepat menghampiri Kenneth yang masih berada di meja kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
COLD DAYS - Bride for The King
Historical FictionWRITTEN IN BAHASA THIS STORY IS WRITTEN ORIGINALLY BY ME, NO PLAGIARISM ALLOWED *** #1 on Sejarah (January 1st, 2023) #1 on King (Oct 10th, 2022) #1 on Smart (Dec 27th, 2023) #2 on Complicated (Aug 20th, 2022) #2 on Historical (Oct 25th, 2022) #2 on...